Rabu, 11 Agustus 2021

TAWA ITU BAIK

Ketika tawa keluar dari pemikiran itu jelek. Tawa itu milik dunia biasa dan ini duniawi, bukan kosmik. Engkau menertawakan orang lain, engkau tertawa dengan mengorbankan orang lain, dan itu buruk dan kejam.

Ketika tawa keluar dari keheningan, engkau tidak menertawakan siapa pun. Engkau hanya menertawakan seluruh lelucon kosmik. Dan itu benar-benar lelucon! Itu sebabnya aku terus menceritakan lelucon kepadamu, karena lelucon membawa lebih dari sekadar kitab suci. Semua ini adalah lelucon karena di dalam dirimu, engkau memiliki segalanya dan engkau masih mencari kemana-mana. Apa lagi yang bisa lebih lucu?

Engkau adalah seorang raja yang bertindak seperti pengemis di jalanan. Engkau tidak hanya bertindak, tidak hanya menipu orang lain, tetapi engkau juga menipu dirimu sendiri bahwa engkau adalah seorang pengemis. Engkau memiliki sumber segala pengetahuan, tetapi engkau mengajukan pertanyaan (kepada orang lain). Engkau memiliki diri yang mengetahui dan berpikir bahwa engkau bodoh. Engkau memiliki keabadian di dalam dirimu dan engkau takut dan khawatir akan kematian dan penyakit. Ini benar-benar lelucon. Dan jika Mahakashyap tertawa, dia melakukannya dengan baik.

Tapi selain Buddha tidak ada yang mengerti. Buddha memahami tawa itu dan segera menyadari bahwa Mahakashyap telah mencapainya. Kualitas tawa itu kosmik. Dia mengerti seluruh kelucuan situasi. Tidak ada yang lain (selain dirimu). Semua yang terjadi seolah-olah Tuhan sedang bermain petak umpet denganmu. Orang lain mengira Mahakashyap bodoh, tertawa di depan Buddha. Tetapi Buddha tahu bahwa Mahakashyap bijaksana. Orang bodoh selalu memiliki kebijaksanaan halus di dalamnya, dan orang bijak selalu bertindak seperti orang bodoh.

Di masa lalu semua kaisar besar selalu memiliki satu orang bodoh di istana mereka. Mereka memiliki banyak orang bijak, penasihat, menteri, dan perdana menteri, tetapi selalu satu orang bodoh. Meskipun cerdas dan bijaksana, kaisar di seluruh dunia, di Timur dan Barat, memiliki joker istana yang bodoh. Mengapa? Karena ada hal-hal yang orang bijak tidak akan bisa mengerti dan hanya bisa dipahami oleh orang bodoh. Orang yang disebut bijak begitu bodoh sehingga kelicikan dan kepintarannya menutupi pikiran mereka.

Orang bodoh itu sederhana dan mereka dibutuhkan, karena orang yang disebut orang bijak tidak akan mengatakan sesuatu (yang membahayakan mereka). Mereka takut pada kaisar. Orang bodoh tidak takut pada orang lain. Dia akan berbicara apa adanya, apa pun konsekuensinya. Orang bodoh adalah orang yang tidak memikirkan konsekuensi.

Itulah yang dikatakan Krishna kepada Arjuna: "Jadilah orang bodoh. Jangan pikirkan konsekuensinya, akibatnya. Bertindaklah!" Begitulah cara orang bodoh bertindak: sederhana, tak memikirkan apa yang akan terjadi atau apa akibatnya. Orang pintar selalu memikirkan hasil terlebih dahulu, baru bertindak. Pikiran didahulukan, kemudian tindakan. Orang bodoh bertindak dulu. Pikiran tidak pernah datang lebih dulu. Kapan pun seseorang menyadari yang ultimate, dia tidak seperti orang bijak yang kau maksudkan. Dia tidak bisa. Dia mungkin seperti orang bodohmu, tapi dia tidak bisa seperti orang bijak yang kau maksudkan. Ketika Santo Fransiskus  (Santo Fransiskus dari Asisi) tercerahkan, dia biasa menyebut dirinya orang bodohnya Tuhan. Paus adalah orang bijak. Ketika Santo Fransiskus datang menemuinya, dia mengira Paus sudah gila. Dia cerdas, penuh perhitungan dan pintar. Kalau tidak, bagaimana dia bisa menjadi seorang paus?

Untuk menjadi paus, seseorang harus melewati banyak proses politik. Untuk menjadi paus kesucian tidak diperlukan. Diplomasi diperlukan, agresi kompetitif diperlukan untuk mengesampingkan orang lain, memaksakan jalanmu, menggunakan orang lain sebagai tangga dan kemudian membuangnya. Ini adalah politik karena seorang paus adalah seseorang dengan pemikiran politik. Religiusitas hanya sekunder atau tidak ada sama sekali. Dia mungkin seorang teolog, tetapi dia tidak religius, karena bagaimana orang religius bisa bersaing? Bagaimana bisa seorang manusia religius bertanding dan menjadi agresif untuk sebuah jabatan? Hanya politisi yang melakukan itu.

Santo Fransiskus datang menemui Paus dan Paus menganggap orang ini bodoh. Tetapi pohon, burung, dan ikan berpikir dengan cara yang berbeda. Ketika Santo Fransiskus pergi ke sungai, ikan-ikan akan melompat untuk merayakan kedatangannya. Ribuan orang menyaksikan fenomena ini. Jutaan ikan akan melompat secara bersamaan. Seluruh sungai akan hilang dan menjadi arena lompatan ikan. Santo Fransiskus telah datang dan ikan-ikan bahagia. Dan ke mana pun dia pergi, burung akan mengikutinya. Mereka akan datang dan duduk di kakinya, di tubuhnya, di pangkuannya. Mereka memahami orang bodoh ini lebih baik daripada Paus. Bahkan pohon-pohon yang telah menjadi kering dan hampir mati akan menjadi hijau dan mekar kembali jika Santo Fransiskus mendekat.

Pohon-pohon ini mengerti betul bahwa orang bodoh ini bukanlah orang bodoh biasa. Dia adalah orang bodohnya Tuhan. Ketika Mahakashyap tertawa, dia adalah orang bodohnya Tuhan, dan Buddha memahaminya karena Buddha bukanlah seorang paus. Tetapi pendeta-pendeta Buddha tidak memahaminya jadi mereka membuang seluruh anekdot.

OSHO
A Bird on the Wing
-----------

Tidak ada komentar:

Posting Komentar