LOGIKA MU GAK AKAN NYAMPE
Tak jarang, orang sering kali melogikakan sesuatu yang seharusnya barada diwilayah rasa.
Rasa dan logika sangatlah berbeda. Dimensi Fisik dan Energi mempunyai sesuatu keunikan masing-masing.
Semuanya saling melengkapi satu sama lain, orang bisa menjadi gilaa saat mulai melogikakan hal yang bersifat Methafisika atau tak nampak.
Essensi yang terkandung didalamnya akan berubah ketika berusaha memaksakan agar masuk logika.
Contoh sederhananya adalah Cinta.
Cinta Berada diwilayah Rasa, jika cinta berada dilogika. Seorang ibu tidak akan kuat berjuang demi anak-anaknya. Seorang suami tidak akan bisa menghidupi kehidupan rumah tangganya.
Karena Cintanya sudah teracuni oleh Logika,
- kalo aku begini, aku dapat apa?
- Kalo aku ngelakuin ini, dia ngelakuin apa?
Cinta menjadi perdagangan antara 2 insan yang sebenarnya tak perlu dipertanyakan.
Terus kalo dimanfaatkan gimana lang?
Ditipu misalnya sama orang yang dicintai?
Menurut saya, ini menurut saya sendiri.. boleh di terima boleh tidak. Tidak ada orang yang merasa tertipu ketika sedang merasakan Cinta.
Karena apapun pasti akan diberikannya. Biasanya seseorang mulai merasa tertipu atau di manfaatkan karena mulai menggunakan logika berpikir.
Padahal itu akan membuatnya sakit hati dan menyesal sudah memberikan cinta kepada orang tersebut.
Namun bayangkan, jika seseorang mempunyai tangki cinta yang luar biasa besar dan penuh. Alamiahnya pasti akan membagikan cinta itu kesemua makhluk. Itulah kenapa orang-orang besar dan hebat.
Seperti Nabi Muhammad, Yesus, Budha selalu menebarkan cinta kasih ke semua makhluk dan umatnya. Rasa Cinta masih berasa di wilayah rasa tidak masuk ke logika.
Bahasa logika adalah agresif, argumentatif, keras. Jika saya menggunakan bahasa yang
logis saya menjadi agresif pada pikiranmu. Saya mencoba untuk meyakinkanmu, untuk
mengubahmu, membuatmu menjadi boneka. Argumenku adalah “benar” dan engkau “salah”. Bahasa logika adalah egosentris: "Aku benar dan engkau salah, jadi aku harus
membuktikan bahwa aku benar dan engkau salah." Saya tidak peduli denganmu, yang ku perdulikan adalah egoku. Ego ku selalu “benar."
Bahasa cinta benar-benar berbeda. Saya tidak perduli dengan egoku; Saya prihatin denganmu. Saya tidak peduli untuk membuktikan sesuatu, untuk memperkuat ego saya. Saya peduli untuk membantu engkau. Ini adalah kasih sayang untuk membantumu untuk tumbuh, untuk membantumu bertransformasi, untuk membantumu dilahirkan kembali sebagai makhluk spiritual.
Kedua, logika akan selalu menjadi intelektual. Konsep dan prinsip akan signifikan, argumen akan signifikan.
Dengan bahasa cinta apa yang dikatakan tidak begitu signifikan, itu adalah cara mengatakan. Kata-kata adalah wadah, dan wadah tersebut tidak penting; isi, pesan yang lebih penting. Ini adalah pembicaraan dari hati-ke-hati, bukan diskusi pikiran-ke-pikiran. Ini bukan perdebatan, tapi adalah penyatuan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar