Selasa, 16 Juli 2024

SANG BUDHA TIDAK TERTARIK MASUK ALAM SURGA MENJADI PENGHUNI SURGA.SEHINGGA IA TIDAK MENGAJARKAN CARA MASUK SURGA.INI ALASANNYA

 SANG BUDHA TIDAK TERTARIK MASUK ALAM SURGA MENJADI PENGHUNI SURGA.SEHINGGA IA TIDAK MENGAJARKAN CARA MASUK SURGA.INI ALASANNYA

Buddha berjuang untuk mencapai pembebasan total atau pemadaman sempurna dari siklus samsara. Buddha bahkan tidak tertarik untuk inkarnasi ke alam dewata (surgawi) yang penuh dengan kesenangan dan kebahagiaan tanpa sedikitpun penderitaan.menurut budha ,hidup abadi di alam surga bukanlah solusi.Berbeda dengan mayoritas agama lain yang bertujuan untuk hidup abadi di surga,kecuali para sufi agung yang telah mencapai kamil mukammil.nampaknya mereka juga sudah tidak tertarik incarnasi menjadi dewa di alam surga.dan hanya ILAHI ANTA MAQSUDI.bukan surga yg mereka inginkan tetapi menyatu dengan tuhan. Buddha menegaskan bahwa alam dewata atau surga juga masih terikat oleh samsara. Alam dewata dianggap lebih sulit untuk mencapai pembebasan mutlak, karena tanpa adanya penderitaan, makhluk di sana akan terlena oleh kenikmatan dan melupakan upaya untuk mencapai pemadaman total. Kehidupan di alam dewata dapat berlangsung sangat lama, ratusan bahkan miliaran tahun, tetapi tetap terikat oleh siklus kelahiran kembali.


Sebaliknya, alam manusia dianggap sebagai alam yang ideal untuk mencapai penyadaran. Hal ini disebabkan oleh kombinasi antara kesenangan dan penderitaan yang dialami manusia. Di dunia ini, kesenangan tidak abadi dan selalu disertai dengan penderitaan, sehingga manusia tidak terbuai oleh kenikmatan semata. Penderitaan yang ada di dunia ini memberikan kesempatan bagi manusia untuk menyadari ketidakkekalan dan berusaha mencapai pembebasan.


Di alam neraka, kondisi sebaliknya terjadi. Penderitaan sepenuhnya mendominasi, sehingga hampir mustahil bagi seseorang yang mengalami penderitaan hebat untuk berpikir dan menjalani upaya pembebasan. Intensitas penderitaan di alam neraka membuat makhluk di sana sulit untuk merasakan ketenangan atau kedamaian yang diperlukan untuk melakukan praktik spiritual menuju pembebasan.


Dengan demikian, kehidupan di dunia ini, dengan segala kesenangan dan penderitaannya, menawarkan peluang terbaik untuk mencapai penyadaran dan pembebasan dari siklus samsara.


Analoginya dapat diibaratkan seperti kondisi negara-negara dengan sumber daya alam yang berbeda:


1. **Negara yang Tandus Tanpa Sumber Daya**:

   Negara yang tandus dan hampir tidak memiliki sumber daya alam akan menghadapi kesulitan besar untuk berkembang. Contohnya adalah negara-negara seperti Chad dan Niger di Afrika. Tanpa sumber daya alam yang memadai, mereka kesulitan membangun ekonomi yang kuat dan berkelanjutan.


2. **Negara yang Sangat Kaya Sumber Daya**:

   Negara yang sangat kaya sumber daya alam juga dapat menghadapi tantangan dalam mencapai kemajuan. Hal ini sering disebabkan oleh fenomena yang dikenal sebagai "kutukan sumber daya," di mana ketergantungan pada sumber daya alam menghambat diversifikasi ekonomi dan menyebabkan korupsi serta konflik. Contohnya adalah Venezuela, yang memiliki cadangan minyak terbesar di dunia, namun mengalami kesulitan ekonomi yang parah.


3. **Negara yang Minim Sumber Daya Tetapi Masih Punya Sedikit Sumber Daya**:

   Negara yang memiliki sedikit sumber daya alam, tetapi tidak sepenuhnya tandus, sering kali memiliki peluang terbaik untuk berkembang. Mereka terdorong untuk berinovasi, mendiversifikasi ekonomi, dan meningkatkan pendidikan serta infrastruktur. Contohnya adalah Singapura dan Jepang. Singapura memiliki sangat sedikit sumber daya alam, tetapi berhasil menjadi salah satu negara terkaya di dunia melalui perdagangan, keuangan, dan teknologi. Jepang juga memiliki sumber daya alam yang terbatas, namun menjadi salah satu ekonomi terbesar dunia berkat industrialisasi dan inovasi teknologi.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar