Selasa, 16 Juli 2024

KENAPA SANG BUDHA YANG SUDAH BELAJAR KEHENINGAN TERTINGGI LEVEL 8 DENGAN KEDUA GURUNYA,MASIH BELUM MENGALAMI NIBBANA?

 KENAPA SANG BUDHA YANG SUDAH BELAJAR KEHENINGAN TERTINGGI LEVEL 8 DENGAN KEDUA GURUNYA,MASIH BELUM MENGALAMI NIBBANA?

Ketika Siddhartha Gautama belajar dengan kedua gurunya sebelum mencapai pencerahan, ia mencapai pencapaian meditatif yang lebih tinggi dari jhana yang berbentuk (rupa jhana), yaitu jhana yang tidak berbentuk (arupa jhana):


1. **Dengan Āḷāra Kālāma**: Siddhartha mencapai "Ākiñcaññāyatana" (Sfera Kekosongan), yang merupakan pencapaian meditasi ketujuh.


2. **Dengan Uddaka Rāmaputta**: Siddhartha mencapai "Nevasaññānāsaññāyatana" (Sfera Bukan Persepsi, Bukan Bukan-Persepsi), yang merupakan pencapaian meditasi kedelapan dan tertinggi dalam jhana yang tidak berbentuk (arupa jhana).


Jadi, Siddhartha Gautama mencapai jhana ketujuh dan kedelapan dalam proses belajar dengan kedua gurunya tersebut. Namun, meskipun ia mencapai tingkat meditatif yang sangat tinggi ini, ia merasa bahwa pencapaian tersebut tidak membawa kepada pembebasan penuh dari penderitaan (Nibbana), sehingga ia melanjutkan pencariannya hingga mencapai pencerahan di bawah pohon Bodhi.:


Saat meninggalkan kedua gurunya,sang budha melakukan meditasi sendiri dibawah pohon bodhi dan dia melakukan RENOVASI DALAM MEDITASINYA:

- **Jhana Keempat**: Dalam teks Buddhis, disebutkan bahwa Siddhartha Gautama mencapai jhana keempat di bawah Pohon Bodhi. Jhana keempat adalah tahap konsentrasi yang sangat tenang dan stabil, bebas dari kegembiraan (pīti) dan dipenuhi dengan keseimbangan (upekkhā) dan ketenangan (ekaggatā).

- **Pengembangan Wawasan**: Dari jhana keempat, Buddha beralih ke meditasi wawasan (vipassana). Dalam kondisi batin yang sangat stabil dan tenang ini, dia mulai mengamati dan merenungkan fenomena batin dan jasmani untuk memahami sifat sejati dari eksistensi: ketidakkekalan (anicca), penderitaan (dukkha), dan ketiadaan diri (anatta).


 Arupa Jhana (Jhana Tanpa Bentuk) dan Nibbana:

- **Arupa Jhana (Jhana Tanpa Bentuk)**: Ini adalah tahap meditatif yang lebih tinggi daripada jhana berbentuk (rupa jhana), termasuk jhana ketujuh dan kedelapan yang dia capai dengan Āḷāra Kālāma dan Uddaka Rāmaputta. Meskipun ini adalah kondisi meditatif yang sangat tinggi dan halus, mereka masih dalam ranah samsara dan tidak membawa pada pencerahan atau pembebasan total.

- **Fokus yang Berbeda**: Arupa jhana lebih berfokus pada konsentrasi yang mendalam dan pengalaman yang halus, sedangkan Nibbana memerlukan pemahaman mendalam dan penghancuran semua kekotoran batin melalui wawasan.


Kenapa Jhana Keempat Penting:

- **Stabilitas untuk Wawasan**: Jhana keempat memberikan stabilitas batin yang sangat kuat, yang merupakan dasar ideal untuk mengembangkan meditasi wawasan. Dari kondisi ini, praktisi dapat mengamati dengan jernih fenomena mental dan jasmani tanpa terganggu oleh kegembiraan atau kegelisahan.

- **Pengembangan Kebijaksanaan**: Dalam kondisi jhana keempat, Siddhartha Gautama mampu mengembangkan tiga pengetahuan (tevijja) yang membawa pada pencerahan: pengetahuan tentang kehidupan lampau, pengetahuan tentang kematian dan kelahiran kembali, dan pengetahuan tentang penghancuran kekotoran batin.


- **Kedalaman Jhana**: Meskipun Siddhartha Gautama mencapai jhana tertinggi dengan kedua gurunya, pencapaian tersebut tidak secara langsung membawa pada Nibbana karena mereka tidak melibatkan(Vipassana) pengembangan wawasan yang mendalam.

- **Pengembangan Wawasan**: Di bawah Pohon Bodhi, Siddhartha menggunakan jhana keempat sebagai dasar untuk mengembangkan meditasi wawasan(vipassana), yang memungkinkan dia mencapai Nibbana dengan memahami dan menghapus semua kekotoran batin.


Oleh karena itu, jhana keempat memainkan peran kunci dalam memberikan stabilitas batin yang diperlukan untuk mengembangkan wawasan yang membawa pada pencerahan dan pembebasan total.tetapi harus di lanjutkan penyempurnaan dengan vipassana.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar