Selasa, 30 Juli 2024

 BEBERAPA MENIT DIUJUNG KEMATIAN MENENTUKAN SURGA ATAU NERAKA

dalam berbagai ajaran spiritual, kondisi kesadaran seseorang pada saat detik detik ahir kematian dianggap sangat penting dan berpengaruh terhadap perjalanan jiwa setelah kematian. Dalam Buddhisme, kondisi kesadaran saat kematian dapat menentukan reinkarnasi seseorang. Jika seseorang berada dalam kesadaran Nibbana pada saat kematian, mereka akan terbebas dari samsara, siklus kelahiran dan kematian. Jika kesadaran berada pada jhana pertama, maka mereka akan terlahir di alam Brahma.


Dalam Islam, ada konsep serupa yang menyatakan bahwa keadaan kesadaran pada saat detik ahir kematian sangat menentukan nasib akhirat seseorang. Meskipun seseorang mungkin telah berbuat dosa sepanjang hidupnya, jika pada saat kematian mereka berada dalam kesadaran makrifat (pengetahuan langsung tentang Tuhan), maka mereka akan masuk surga. Oleh karena itu, dalam Islam, orang yang sekarat dianjurkan untuk membaca "La ilaha illallah" sebagai tanda akhir kata-kata mereka, merujuk pada hadits berikut:


"مَنْ كَانَ آخِرُ كَلامِهِ لَا إِلٰهَ إِلَّا اللهُ دَخَلَ الْجَنَّةَ"


**Terjemahan:**

"Barang siapa yang akhir kata-katanya 'La ilaha illallah', maka dia akan masuk surga." (HR. Abu Dawud)


Namun detik detik ahir kematian di tentukan oleh kebiasaan dan kondisi mental yang telah terbangun sepanjang hidup. Jika seseorang terbiasa berada dalam kesadaran spiritual yang mendalam dan sering menyambung diri dengan Allah, maka pada saat kematian, kesadaran ini akan lebih mudah muncul secara alami. Ini seperti analogi penggunaan Google Maps, jika seseorang sudah tahu jalan pulang dan selalu menggunakannya, maka mereka akan lebih mudah menemukan jalan kembali ke Allah atau surga.


Pada saat kematian, pikiran sadar tidak lagi berfungsi sebagai alat kontrol utama. Kesadaran kita sepenuhnya dipengaruhi oleh pikiran bawah sadar kita, yang dikendalikan oleh kebiasaan dan praktik spiritual kita selama hidup. Oleh karena itu, penting untuk membangun kebiasaan spiritual yang kuat agar kesadaran bawah sadar kita selaras dengan tujuan akhir kita.


Hanya mengucapkan "La ilaha illallah" tanpa pemahaman dan penghayatan yang mendalam tidak cukup. Seseorang harus benar-benar mengenal Allah dan hidup dalam kesadaran tersebut. Pengucapan kata-kata ini harus datang dari kedalaman kesadaran yang telah terbentuk melalui pengalaman dan praktik spiritual yang konsisten.


Dalam Islam, ada dalil yang menyatakan bahwa manusia mati sesuai dengan kebiasaan hidupnya. 


"يُبْعَثُ كُلُّ عَبْدٍ عَلَى مَا مَاتَ عَلَيْهِ"


**Terjemahan:**

"Setiap hamba akan dibangkitkan sesuai dengan keadaan saat ia mati." (HR. Muslim)


Dengan pemahaman ini, kita dapat melihat bahwa meskipun detik-detik terakhir kehidupan sangat penting, namun seluruh perjalanan hidup dan kebiasaan spiritual kita yang membentuk kesadaran tersebut. Oleh karena itu, berlatih dan hidup dalam kesadaran spiritual setiap hari adalah kunci untuk memastikan keadaan kesadaran yang tepat pada saat kematian.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar