Rabu, 31 Juli 2024

 KEMELEKATAN/KETERIKATAN

Dalam ajaran Buddhisme, kemelekatan atau "tanha" (keinginan/nafsu) adalah salah satu dari tiga akar kejahatan (akusala-mula) yang menyebabkan penderitaan (dukkha). Ini adalah karakteristik kemelekatan pada berbagai entitas menurut pandangan Buddhisme:


1. **Manusia**:

   - **Keinginan sensual (kama-tanha)**: Keinginan akan kenikmatan indera seperti makanan, seks, dan hiburan.

   - **Keinginan untuk keberadaan (bhava-tanha)**: Keinginan untuk terus hidup, eksis, atau mendapatkan keberadaan tertentu.

   - **Keinginan untuk ketidakberadaan (vibhava-tanha)**: Keinginan untuk mengakhiri eksistensi, misalnya, keinginan untuk mati atau menghilang.


2. **Binatang**:

   - **Insting dasar**: Kemelekatan pada kebutuhan dasar seperti makanan, tempat tinggal, dan reproduksi.

   - **Perilaku teritorial**: Perlindungan terhadap wilayah atau kelompoknya dari ancaman luar.

   - **Naluri bertahan hidup**: Kecenderungan untuk menghindari bahaya dan mempertahankan hidup.


3. **Makhluk Halus (Deva)**:

   - **Kemelekatan pada kenikmatan surgawi**: Keinginan untuk terus menikmati kebahagiaan dan kemewahan yang ada di alam surgawi.

   - **Keinginan untuk mempertahankan status**: Keinginan untuk mempertahankan posisi dan status tinggi di antara para deva.


4. **Hantu Lapar (Preta)**:

   - **Keinginan yang tidak terpenuhi**: Keinginan yang tidak bisa dipuaskan, sering digambarkan dengan nafsu yang besar namun tidak pernah tercukupi.

   - **Kemelekatan pada masa lalu**: Terjebak dalam penyesalan atau keinginan yang berasal dari kehidupan sebelumnya.


5. **Makhluk Neraka (Naraka)**:

   - **Kebencian dan penderitaan**: Terjebak dalam lingkaran kebencian, rasa sakit, dan penderitaan yang ekstrem.

   - **Karma buruk**: Hasil dari tindakan buruk di kehidupan sebelumnya yang menyebabkan mereka terlahir di alam neraka.


6. **Asura (Makhluk Titan atau Setan)**:

   - **Kemelekatan pada kekuasaan dan konflik**: Sering digambarkan sebagai makhluk yang selalu dalam konflik dan memiliki keinginan kuat untuk berkuasa dan berperang.

   - **Kecemburuan**: Kemelekatan pada iri hati dan kecemburuan terhadap dewa-dewa.


Karakteristik kemelekatan ini menjelaskan bagaimana setiap entitas dalam pandangan Buddhisme terjebak dalam lingkaran samsara (kelahiran kembali) dan bagaimana kemelekatan ini menyebabkan penderitaan. Melepaskan kemelekatan adalah salah satu tujuan utama dalam praktik Buddhisme untuk mencapai pencerahan (nirvana).

Untuk alasan inilah mahluk mahluk ini eksis atau ADA.oleh karena itu di level pelajaran tinggi dalam semua ajaran,merasa ADA termasuk  suatu DOSA.dalam sufisme dinamakan ANANIYYAH ke aku an.dan termasuk syirik khofi.syirik yang lembut.

 VIPASSANA DAN BHAVANGA CITTA(SANG PENGAMAT YG DI LATIH DAN SANG PENGAMAT YANG SELALU ADA)

 Ini adalah dua jenis pengamat yang berbeda: pengamat yang diatur atau disengaja namanya (Vipassana) dan pengamat yang selalu ada (bhavanga citta). Ini merupakan wawasan yang menarik dan berharga dalam memahami kesadaran dan pengamatan. 


 1. **Pengamat yang Diatur atau Disengaja (Vipassana)**

   - **Pengamatan Disengaja**: Dalam praktik Vipassana, Anda secara aktif mengarahkan kesadaran untuk mengamati objek-objek tertentu seperti sensasi tubuh, pikiran, dan perasaan tanpa penilaian dan komentar( netral). Ini adalah bentuk pengamatan yang diatur atau disengaja.

   - **Kesadaran dan Perhatian**: Dalam mode ini, Anda menggunakan perhatian (sati) dan kebijaksanaan (panna) untuk menyadari objek-objek pengalaman dengan cara yang terfokus dan sistematis.

   - **Meditasi dan Latihan**: Pengamat disengaja ini adalah hasil dari meditasi dan latihan yang berulang, yang bertujuan untuk meningkatkan kesadaran dan pemahaman terhadap sifat sejati dari fenomena.

   - **Proses Kognitif**: Setiap momen pengamatan disengaja melibatkan serangkaian proses kognitif yang terstruktur, di mana kesadaran beralih dari satu objek ke objek lain secara berurutan.


2. **Pengamat yang Selalu Ada**

   - **Kesadaran Bawah Sadar**: Pengamat ini merujuk pada kesadaran yang selalu hadir, bahkan ketika Anda tidak secara aktif mengamati atau menyadari sesuatu. Ini mencakup kesadaran yang lebih mendalam atau bawah sadar yang terus-menerus bersaksi atau mengamati tanpa usaha sadar.

 Dalam Abhidhamma, ini bisa disamakan dengan bhavanga citta, kesadaran dasar yang berfungsi sebagai latar belakang dari semua aktivitas mental. Bhavanga citta terus mengalir ketika tidak ada objek yang jelas atau saat Anda tidak secara aktif terlibat dalam pengamatan.

   - **Keberlanjutan Kesadaran**: Ini menunjukkan bahwa kesadaran selalu hadir dan bersaksi, terlepas dari apakah Anda sedang dalam praktik meditasi atau tidak. Kesadaran ini mungkin tidak selalu fokus atau terarah, tetapi tetap ada sebagai latar belakang yang kontinu.

   - **Tanpa Upaya**: Pengamat ini tidak memerlukan upaya sadar atau pengaturan. Ini adalah bentuk kesadaran yang alami dan spontan, yang bersaksi terhadap semua pengalaman secara pasif.


Hubungan antara Subjek dan Objek

   - **Keterkaitan yang Tak Terpisahkan**: Anda mengamati bahwa subjek (pengamat) dan objek (yang diamati) selalu ada bersamaan. Tidak mungkin ada objek tanpa subjek yang menyadarinya, dan kesadaran subjek selalu memiliki objek untuk diamati.

   - **Kesadaran akan Kesadaran**: Ketika Anda menyadari suatu objek, sebenarnya Anda juga menyadari kesadaran yang telah ada sebelumnya. Ini menciptakan pemahaman bahwa kesadaran selalu ada dan bersaksi(sahadat). meskipun Anda mungkin tidak selalu menyadarinya secara aktif


Hal ini menggambarkan dua jenis pengamat: pengamat yang disengaja dalam praktik Vipassana dan pengamat yang selalu ada sebagai latar belakang objek. Keduanya menunjukkan aspek-aspek berbeda dari kesadaran. Pengamat disengaja melibatkan latihan aktif dan terarah(vipassana) sementara pengamat yang selalu ada menunjukkan keberlanjutan kesadaran tanpa upaya(bhavanga citta). Keterkaitan antara subjek dan objek menekankan bahwa kesadaran dan pengalaman selalu ada bersamaan, membentuk satu kesatuan yang tidak terpisahkan.sesuatu menjadi wujud karena kombinasi dari dua hal ini yaitu adanya objek dan adanya subjek yang tau atau sadar secara spontan.sehingga kemudian ada metode lanjutan yang disebut MENGAMATI SANG PENGAMAT,ATAU MENYADARI YANG SADAR,ATAU MENYAKSIKAN YG SELALU BERSAKSI.

 Spiritual dan agama itu berbeda.

Agama adalah jalan petunjuk metode cara sarana alat buku panduan dan google map untuk mengalami SPIRITUAL.

Sama seperti ILMU BELADIRI.ada gulat ada kempo ada tai kwon do ada jujitsu ada silat ada kapoera ada boxing ada ai kido ada karate ada wing chun ada jet kune do brucelee,ada ninjitsu Ada tarung drajat ada sambo ada samurai dan lain lain.bahkan dalam satu aliran beladiri banyak cabangnya.misal silat,ada psht pshw tapak suci perisai diri silat minang margoluyu kera sakti dan banyak lagi.

Ini mirip seperti agama.sebuah tehnik cara strategi jalan dan metode untuk satu tujuan

MENANG DALAM PERTARUNGAN.


Biasanya yang hanya belajar satu aliran beladiri cenderung fanatik dengan aliran beladirinya.padahal itu cuma cara dan sebuah metode saja.dan orang yang sudah belajar berbagai aliran beladiri cenderung bisa santai.bisa melihat kekurangan dan kelebihannya dan bisa meramu.maka lahirlah yang sekarang disebut mix martial art seni bela diri campuran.atau tarung bebas.pakai cara apapun yang penting MENANG.


Dan yang sudah tau banyak sekte dan aliran akan bisa tau master dari aliran A yang sakti.dan dari aliran B yg beneran hebat.dan biasanya mengakui kepiawaiannya karena paham betul.


Sama seperti itu juga,ada sahabat dari BUDHIS yang pernah melakukan penembusan lamgsung melalui jhana untuk melihat secara langsung dimana keberadaan syech siti jenar berada.dan dia melihat beliau berada di alam brahma/alam dewa/kalo islam nyebutnya alam surga.bahkan secara detail surga apa.


Ini menandakan didalam spiritual tidak ada doktren. Dari aliran apapun dari agama manapun bisa masuk alam surga,ASAL .......


Meskipun yang menembus orang budha.tetap akan mengakui kejernihan siti jenar.

Selasa, 30 Juli 2024

 KENAPA KARMA BELUM BERBUAH?

Setiap perbuatan, baik atau buruk, mengandung karma. Ketika kita berusaha untuk sukses namun belum melihat hasilnya, hal ini bukanlah karena Tuhan. Tidak ada sangkut pautnya dengan Tuhan. Sebuah tindakan belum menghasilkan buahnya karena belum cukup matang untuk berbuah. Hal itu disebabkan oleh berbagai faktir.ini beberapa sebab mengapa karma belum berbuah:


1.Syarat Belum Cukup: Karma memerlukan kondisi tertentu untuk berbuah. Sama seperti benih yang memerlukan tanah subur, air, dan sinar matahari untuk tumbuh, karma juga memerlukan syarat-syarat tertentu untuk menghasilkan hasil yang diinginkan.


2.Kebutuhan Tambahan Karma: Terkadang, sebuah tindakan memerlukan tambahan karma untuk bisa berbuah. Hal ini berarti kita perlu terus melakukan tindakan baik atau memperbaiki tindakan buruk untuk mencapai hasil yang diinginkan.


Tidak ada kaitannya dengan faktor eksternal seperti Tuhan. Seluruh kejadian dalam hidup kita disebabkan oleh kita sendiri. Oleh karena itu, karma buruk tidak akan terwujud jika kita melakukan upaya untuk menghambatnya berbuah. Sebaliknya, karma baik bisa kita percepat berbuahnya jika kita mendukung terwujudnya. Tentu saja, kita perlu mengetahui cara mendukung dan menghambatnya.


Karma juga bisa dipengaruhi oleh pihak eksternal jika kita terpengaruh oleh mereka. Misalnya, jika ada orang yang mencaci maki kita, maka karma buruknya akan berakibat pada orang tersebut. Namun, jika kita membalasnya, maka karma buruk juga akan kita peroleh karena kita terpancing oleh pihak eksternal untuk melakukan tindakan yang memicu karma tersebut. Sebaliknya, jika kita tidak merespon secara fisik maupun batin, maka kita terhindar dari karma buruk.


Di zaman Buddha, terdapat seorang resi bernama Angulimala yang banyak berbuat kebajikan. Namun, karena melakukan tindak kriminal, kebajikannya tertunda untuk berbuah. Hal ini menunjukkan bahwa tindakan buruk dapat menghalangi hasil dari tindakan baik.


Buah karma ini bisa terjadi saat ini atau di kehidupan reinkarnasi selanjutnya, tergantung pada dukungan yang kita berikan. Ibarat tanaman yang dipupuk dengan baik tentu lebih cepat berbuah. Jika kita mengetahui cara mendukung karma baik dan menghambat karma buruk, kita bisa mengatur alur kehidupan kita dengan lebih baik.


Memahami hukum karma mengajarkan kita bahwa kita memiliki kendali penuh atas nasib kita. Dengan mengetahui cara mendukung dan menghambat karma, kita bisa mempercepat terwujudnya karma baik dan menghambat karma buruk. Ini memberikan kita kekuatan untuk menciptakan kehidupan yang lebih baik bagi diri kita sendiri dan orang lain. Karma adalah hasil dari perbuatan kita sendiri, bukan dari faktor eksternal seperti Tuhan. Dengan demikian, kita harus selalu berusaha untuk melakukan tindakan baik dan menghindari tindakan buruk agar bisa mencapai kebahagiaan dan kesuksesan dalam hidup.

 BEBERAPA MENIT DIUJUNG KEMATIAN MENENTUKAN SURGA ATAU NERAKA

dalam berbagai ajaran spiritual, kondisi kesadaran seseorang pada saat detik detik ahir kematian dianggap sangat penting dan berpengaruh terhadap perjalanan jiwa setelah kematian. Dalam Buddhisme, kondisi kesadaran saat kematian dapat menentukan reinkarnasi seseorang. Jika seseorang berada dalam kesadaran Nibbana pada saat kematian, mereka akan terbebas dari samsara, siklus kelahiran dan kematian. Jika kesadaran berada pada jhana pertama, maka mereka akan terlahir di alam Brahma.


Dalam Islam, ada konsep serupa yang menyatakan bahwa keadaan kesadaran pada saat detik ahir kematian sangat menentukan nasib akhirat seseorang. Meskipun seseorang mungkin telah berbuat dosa sepanjang hidupnya, jika pada saat kematian mereka berada dalam kesadaran makrifat (pengetahuan langsung tentang Tuhan), maka mereka akan masuk surga. Oleh karena itu, dalam Islam, orang yang sekarat dianjurkan untuk membaca "La ilaha illallah" sebagai tanda akhir kata-kata mereka, merujuk pada hadits berikut:


"مَنْ كَانَ آخِرُ كَلامِهِ لَا إِلٰهَ إِلَّا اللهُ دَخَلَ الْجَنَّةَ"


**Terjemahan:**

"Barang siapa yang akhir kata-katanya 'La ilaha illallah', maka dia akan masuk surga." (HR. Abu Dawud)


Namun detik detik ahir kematian di tentukan oleh kebiasaan dan kondisi mental yang telah terbangun sepanjang hidup. Jika seseorang terbiasa berada dalam kesadaran spiritual yang mendalam dan sering menyambung diri dengan Allah, maka pada saat kematian, kesadaran ini akan lebih mudah muncul secara alami. Ini seperti analogi penggunaan Google Maps, jika seseorang sudah tahu jalan pulang dan selalu menggunakannya, maka mereka akan lebih mudah menemukan jalan kembali ke Allah atau surga.


Pada saat kematian, pikiran sadar tidak lagi berfungsi sebagai alat kontrol utama. Kesadaran kita sepenuhnya dipengaruhi oleh pikiran bawah sadar kita, yang dikendalikan oleh kebiasaan dan praktik spiritual kita selama hidup. Oleh karena itu, penting untuk membangun kebiasaan spiritual yang kuat agar kesadaran bawah sadar kita selaras dengan tujuan akhir kita.


Hanya mengucapkan "La ilaha illallah" tanpa pemahaman dan penghayatan yang mendalam tidak cukup. Seseorang harus benar-benar mengenal Allah dan hidup dalam kesadaran tersebut. Pengucapan kata-kata ini harus datang dari kedalaman kesadaran yang telah terbentuk melalui pengalaman dan praktik spiritual yang konsisten.


Dalam Islam, ada dalil yang menyatakan bahwa manusia mati sesuai dengan kebiasaan hidupnya. 


"يُبْعَثُ كُلُّ عَبْدٍ عَلَى مَا مَاتَ عَلَيْهِ"


**Terjemahan:**

"Setiap hamba akan dibangkitkan sesuai dengan keadaan saat ia mati." (HR. Muslim)


Dengan pemahaman ini, kita dapat melihat bahwa meskipun detik-detik terakhir kehidupan sangat penting, namun seluruh perjalanan hidup dan kebiasaan spiritual kita yang membentuk kesadaran tersebut. Oleh karena itu, berlatih dan hidup dalam kesadaran spiritual setiap hari adalah kunci untuk memastikan keadaan kesadaran yang tepat pada saat kematian.

 **Keberadaan: Kenyataan yang Tak Terbantahkan**

Keberadaan adalah realitas yang nyata dan tak terbantahkan, berbeda dengan konsep Tuhan yang seringkali dipandang sebagai fiksi, kebohongan, dan ciptaan manusia. Dalam pandangan Osho, keberadaan adalah esensi dari apa yang ada, sementara Tuhan adalah konstruksi mental yang dibuat oleh manusia untuk memenuhi kebutuhan psikologis dan emosionalnya.


**Keberadaan vs Tuhan**


Keberadaan adalah kenyataan yang bisa dirasakan dan dialami oleh mereka yang mencapai tingkat meditasi dan keheningan batin. Di sisi lain, Tuhan adalah penghiburan bagi pikiran yang menderita dan jiwa yang terluka. Keberadaan bukanlah buatan manusia; Tuhan adalah hasil dari imajinasi manusia yang menciptakan berbagai dewa sesuai dengan kebutuhan dan harapannya.


**Kenyataan Keberadaan**


Keberadaan adalah satu dan tak terpisahkan, sementara Tuhan hadir dalam berbagai bentuk sesuai dengan interpretasi budaya dan kepercayaan. Ada ribuan dewa yang berbeda, masing-masing mewakili kebutuhan dan penderitaan manusia. Tuhan adalah cerminan dari kelemahan dan ketidakmampuan manusia untuk memahami keberadaan sejati.


**Penyembuhan vs Penghiburan**


Keberadaan tidak menawarkan penghiburan tetapi penyembuhan sejati. Selaras dengan keberadaan berarti mencapai kesehatan dan kebahagiaan batin yang sesungguhnya. Sebaliknya, Tuhan memberikan penghiburan sementara tetapi tidak menyelesaikan akar masalah psikologis dan emosional manusia.


**Eksploitasi Atas Nama Tuhan**


Di tengah perdebatan tentang keberadaan dan Tuhan, penting untuk melihat bagaimana konsep Tuhan sering kali disalahgunakan untuk tujuan eksploitatif dan politik. 


1. **Penjajahan Amerika Latin oleh Spanyol**: Pada abad ke-16, penjelajah Spanyol seperti Hernán Cortés dan Francisco Pizarro menggunakan agama Katolik untuk membenarkan penjajahan dan eksploitasi penduduk asli di Amerika Latin. Mereka memaksa penduduk asli untuk memeluk agama Kristen sambil merampas tanah dan kekayaan mereka.

2. **Perang Salib**: Dari abad ke-11 hingga ke-13, Perang Salib dilancarkan atas nama Tuhan untuk merebut kembali Tanah Suci dari kendali Muslim. Ini menyebabkan ribuan kematian dan penderitaan, serta penjarahan kota-kota.

3. **Penaklukan India oleh Inggris**: Pada abad ke-19, Inggris menggunakan misionaris Kristen sebagai alat untuk menyebarkan pengaruh mereka dan memperkuat kekuasaan kolonial di India. Mereka mengeksploitasi agama untuk memecah belah masyarakat India dan memperkuat kendali politik.

4. **Perbudakan di Amerika Serikat**: Banyak pemilik budak di Amerika Serikat pada abad ke-18 dan ke-19 menggunakan Alkitab untuk membenarkan perbudakan, mengklaim bahwa itu adalah kehendak Tuhan bahwa orang kulit hitam diperbudak oleh orang kulit putih.

5. **Pendudukan Palestina oleh Israel**: Beberapa kelompok Zionis menggunakan klaim religius terhadap tanah yang dijanjikan dalam Kitab Suci Yahudi untuk membenarkan pendudukan dan perluasan pemukiman di wilayah Palestina, yang mengakibatkan konflik berkepanjangan.

6. **Penaklukan Afrika oleh Kolonialis Eropa**: Pada abad ke-19 dan ke-20, misionaris Kristen sering mendampingi penjajah Eropa ke Afrika, menggunakan agama untuk memperkenalkan nilai-nilai Barat dan membenarkan eksploitasi ekonomi serta sosial.

7. **Perang Bosnia**: Pada tahun 1990-an, konflik di Bosnia dan Herzegovina sering dibingkai sebagai perang agama antara Kristen Ortodoks Serbia, Katolik Kroasia, dan Muslim Bosnia, yang memicu kekerasan etnis dan agama.

8. **Penindasan Uighur di China**: Pemerintah China menggunakan kampanye melawan ekstremisme agama untuk membenarkan penahanan massal dan penganiayaan terhadap Muslim Uighur di Xinjiang.

9. **Genosida Armenia**: Pada awal abad ke-20, Kekaisaran Ottoman menggunakan agama sebagai pembenaran untuk genosida terhadap orang-orang Armenia yang sebagian besar beragama Kristen, membunuh lebih dari satu juta orang.

10. **Konflik di Timur Tengah**: Banyak konflik di Timur Tengah, termasuk di Suriah, Yaman, dan Irak, seringkali dibingkai sebagai perang agama antara Sunni dan Syiah, yang dimanfaatkan oleh kekuatan politik untuk keuntungan mereka sendiri.


**Realitas Tuhan**


Tuhan adalah konstruksi yang diciptakan untuk memberikan kepribadian kepada keberadaan, agar manusia dapat berhubungan dengannya. Ini adalah usaha primitif untuk memberikan makna dan perlindungan dalam menghadapi ketidakpastian kehidupan. Namun, kepercayaan ini menghalangi manusia dari pertumbuhan kesadaran sejati.


**Kesadaran dan Penolakan Tuhan**


Tokoh-tokoh seperti Buddha Gautama, yang mencapai puncak kesadaran batin, menolak keberadaan Tuhan. Mereka yang mencapai kesadaran sejati tidak membutuhkan Tuhan sebagai pelindung atau penghibur. Tuhan adalah ilusi yang bergantung pada kebodohan dan ketidakmampuan manusia untuk mengenal dirinya sendiri.


**Kebebasan Tanpa Tuhan**


Tanpa Tuhan, manusia dapat mencapai kebebasan sejati dan tumbuh berkembang tanpa batasan. Tuhan adalah simbol dari penindasan dan kontrol. Keberadaan, sebaliknya, memberikan martabat dan makna yang luar biasa bagi setiap individu, tanpa memandang status atau ukuran.


Keberadaan adalah realitas yang memberikan kesetaraan dan kesempatan yang sama bagi semua makhluk. Dengan menyingkirkan konsep Tuhan, manusia dapat membebaskan diri dari rantai dogma dan eksploitatif, dan menemukan kebebasan sejati untuk menjadi diri mereka sendiri. Keberadaan adalah kenyataan yang harus diterima dan dihid

 JANGAN BINGUNG SAAT SERING BERMEDITASI MALAH BANYAK SILUMAN BERDATANGAN

Saat kita bermeditasi dan mencapai kesadaran serta keheningan tertentu, vibrasi kita dapat menarik perhatian makhluk gaib dari alam rendah, seperti siluman dan demit, serta makhluk dari alam atas, seperti malaikat dan dewa. Tujuan mereka mendekat tentu berbeda. 


Makhluk dari alam rendah, seperti siluman atau asura, tertarik pada vibrasi kita karena vibrasi tersebut bisa menenangkan mereka untuk sementara waktu. Sebaliknya, dewa dan malaikat mendekat untuk ikut bersukacita atas vibrasi positif kita.


Jadi, jika dalam meditasi banyak makhluk gaib mendekat, jangan usir mereka. Mereka tidak jahat, hanya ingin merasakan ketenangan dari vibrasi kita, sama seperti seseorang yang kehausan dan mampir ke warung es teh untuk menghilangkan dahaga sementara waktu.

 PETA KESADARAN R HAWKINS HANYA MAMPU MENGUKUR KEJERNIHAN BATIN(JHANA)NAMUN KESADARAN TIDAK BISA DI UKUR 


David R. Hawkins, seorang psikolog dan penulis terkenal, mengembangkan apa yang dikenal sebagai "Peta Kesadaran". Peta ini mengukur berbagai tingkat kesadaran manusia berdasarkan skala logaritmik dari 1 hingga 1000. Skala ini mencakup berbagai keadaan batin, mulai dari rasa malu dan rasa bersalah hingga kondisi tertinggi seperti cinta tanpa syarat dan pencerahan.


Namun, ketika kita membandingkan Peta Kesadaran Hawkins dengan konsep dalam meditasi Buddhis, terutama dalam praktik Samatha dan Vipassana, kita menemukan beberapa kesamaan dan perbedaan penting. Salah satu kesamaan utama adalah bagaimana peta ini dapat dianggap sebagai pengukuran tingkat keheningan dan kejernihan batin, yang mirip dengan tingkatan kondisi Jhana yang dicapai melalui latihan Samatha.


Peta Kesadaran sebagai Skala Keheningan dan Kejernihan Batin


Dalam konteks meditasi Samatha, Jhana merujuk pada keadaan konsentrasi mendalam yang dicapai melalui latihan meditasi yang intens. Ada delapan tingkatan Jhana, mulai dari Jhana pertama hingga Jhana kedelapan. Setiap tingkatan Jhana mencerminkan tingkat keheningan dan kejernihan batin yang semakin dalam.


Peta Kesadaran Hawkins, jika dilihat dari sudut pandang ini, dapat diinterpretasikan sebagai skala yang mengukur tingkat keheningan dan kejernihan batin seseorang. Misalnya, tingkat kesadaran yang lebih rendah pada peta Hawkins mungkin mencerminkan keadaan batin yang terganggu atau penuh dengan emosi negatif, sementara tingkat yang lebih tinggi mencerminkan keadaan batin yang lebih tenang dan jernih, mirip dengan tingkatan Jhana yang lebih tinggi.


Pencerahan dan Kesadaran yang Tidak Bisa Diukur


Meskipun Peta Kesadaran Hawkins menawarkan cara untuk mengukur kondisi batin seseorang, penting untuk dicatat bahwa peta ini tidak mengukur tingkat pencerahan atau perluasan kesadaran yang sebenarnya. Dalam praktik Buddhis, pencerahan atau perluasan kesadaran dicapai melalui meditasi Vipassana dan puncaknya adalah Nibbana. Nibbana adalah keadaan tertinggi dari pembebasan dan pencerahan, yang melampaui konsep pengukuran.


Vipassana, atau meditasi wawasan, berbeda dengan Samatha dalam pendekatan dan tujuannya. Sementara Samatha berfokus pada pengembangan konsentrasi dan keheningan batin melalui Jhana, Vipassana berfokus pada pengamatan langsung dan pemahaman mendalam tentang sifat sejati dari pengalaman dan fenomena batin. Kondisi pencerahan yang dicapai melalui Vipassana tidak dapat diukur dengan skala apapun karena merupakan pengalaman yang sangat subyektif dan unik bagi individu tersebut.


Pengukuran Kondisi Jhana


Yang dapat diukur adalah kondisi Jhana yang memiliki level dari 1 sampai 8. Setiap level Jhana menunjukkan tingkat kedalaman konsentrasi dan kejernihan batin yang berbeda. Kondisi Jhana ini adalah hasil dari latihan Samatha yang intens dan terarah. Namun, kondisi kesadaran ala Vipassana tetap bisa dialami baik dalam keadaan Jhana maupun tanpa Jhana.


Vipassana memungkinkan seseorang untuk memiliki wawasan dan pemahaman mendalam tentang sifat sejati dari realitas, yang pada akhirnya dapat mengarah pada pencerahan. Pengalaman kesadaran yang lebih dalam ini, meskipun tidak dapat diukur secara langsung, tetap dapat dialami dalam berbagai tingkat Jhana atau bahkan di luar kondisi Jhana.


Peta Kesadaran David R. Hawkins dapat dilihat sebagai alat untuk mengukur tingkat keheningan dan kejernihan batin, yang memiliki kesamaan dengan tingkatan kondisi Jhana yang dicapai melalui latihan Samatha. Namun, peta ini bukanlah alat untuk mengukur tingkat pencerahan atau perluasan kesadaran yang sejati, yang dicapai melalui Vipassana dan mencapai puncaknya pada Nibbana. Pencerahan adalah pengalaman yang melampaui konsep pengukuran dan sangat unik bagi setiap individu. Pengukuran kondisi batin melalui Peta Kesadaran Hawkins lebih cocok untuk menggambarkan tingkat keheningan dan kejernihan yang dicapai dalam Jhana, sementara kesadaran dan wawasan ala Vipassana tetap bisa dialami dalam berbagai kondisi, baik dalam Jhana maupun di luar Jhana.


Sudah lama saya bikin ilustrasi kesadaran murni yang saya gambarkan bulat seperti di bawah ini.bedakan dengan karya hawkins yang lurus ke atas.yang bulat berarti kesadaran bisa ada pada kondisi manapun.tidak peduli state hening ataupun tidak hening.di gunung di pasar di manapun anda tetap bisa bervipasana dan sadar terjaga.tetapi kalo ingin mencapai kenaikan konsentrasi  dan hening seperti skala hawkins anda perlu menenangkan diri dengan suasana khusus.


Penjelasan ini menjawab banyak penanya yang bingung dengan skala skala hawkins.


Jadi tabel map of conciousnes hawkins tidak salah.hanya saja yang menjadi objek adalah tingkat kejernihan batin.BUKAN MENGUKUR KESADARAN.karna kesadaran tidak bisa di ukur dengan alat apapun.

Minggu, 28 Juli 2024

 Pengaruh Kehidupan Pemimpin Terhadap Ajaran Spiritual


Setiap ajaran spiritual memiliki corak yang unik, dipengaruhi oleh kehidupan dan pengalaman pemimpinnya. Sebagai contoh, ajaran Buddha memiliki fokus pada pembebasan dari penderitaan karena kehidupan awal Buddha yang penuh dengan kenyamanan dan kekayaan. Sejak kecil, Buddha sudah diprediksi oleh seorang Resi bahwa dia akan menjadi seorang pemimpin agama. Maka, Resi itu menyuruh Raja Sudhodana, ayah Buddha, untuk memastikan Buddha tidak melihat tiga hal: kematian, penyakit, dan penderitaan.


Awalnya, Buddha hanya menikmati kesenangan hidup. Namun, ketika dia akhirnya melihat orang mati, orang sakit, dan orang menderita, dia tersentak oleh kenyataan bahwa hidup tidak abadi dan penuh penderitaan. Ini memicu transformasinya menjadi seorang pertapa yang mencari cara untuk mengatasi penderitaan manusia. Buddha kemudian bertapa dan mengerahkan seluruh daya upayanya untuk membebaskan manusia dari penderitaan. Inilah yang mempengaruhi corak ajaran Buddha.


Muhammadiyah dan Ahmad Dahlan


Ajaran Muhammadiyah, yang didirikan oleh Ahmad Dahlan, berfokus pada pemberdayaan umat Islam dan pembebasan dari kemiskinan. Ahmad Dahlan sangat berhasrat untuk mewarnai ala sekta Muhammadiyahnya menjadi sekta yang cenderung membebaskan masyarakat Islam dari kemiskinan. Latar belakang dan pengalaman hidupnya melihat ketidakadilan dan kemiskinan di masyarakat mendorongnya untuk menciptakan perubahan melalui pendidikan dan amal. Pola pikir dan corak ajaran Muhammadiyah dipengaruhi oleh kehidupan masa lalu Ahmad Dahlan.


Osho dan Sinkretisme


Osho, dengan ajarannya yang menggabungkan elemen-elemen dari tradisi Barat dan Timur, mencerminkan pengalamannya yang luas dan pertemuannya dengan berbagai budaya. Osho sangat berhasrat dalam semua ajarannya diwarnai dengan pertemuan antara kutub Barat dan Timur, pertemuan antara miskin dan kaya, serta pertemuan antara spiritual dan duniawi. Osho melihat nilai dalam harmoni antara spiritualitas dan materialisme, miskin dan kaya, serta aspek-aspek lain dari kehidupan yang sering dipandang bertentangan. 


Setiap ajaran spiritual diwarnai dengan warna-warna yang coraknya berbeda karena dipengaruhi oleh garis kehidupan pemimpinnya. Pemimpin spiritual memiliki masalah dan pengalaman yang berbeda-beda, yang membentuk pola pikir dan ajaran mereka. Contohnya, Buddha tergerak untuk membebaskan manusia dari penderitaan karena pengalaman hidupnya. Begitu juga dengan Muhammadiyah dan Ahmad Dahlan, serta Osho.


Pola pikir dan ajaran seorang pemimpin spiritual dipengaruhi oleh latar belakang dan pengalaman hidup mereka. Oleh karena itu, penting untuk memahami bahwa mengikuti ajaran mereka tidak selalu harus berarti meniru seluruh aspek hidup mereka. Anda mungkin hidup dari kalangan miskin, kaya, atau pejabat, yang berbeda dengan latar belakang mereka. Ketika Anda mengikuti gaya pola pikir atau gaya spiritual sang Buddha atau gaya spiritualnya Mbah Hasyim Asy'ari, Anda cenderung akan mengikuti konsep-konsep mereka yang dipengaruhi oleh kehidupan mereka.


Oleh karena itu, menurut saya, Anda harus menemukan spiritual Anda sendiri sesuai gaya, pola pikir, dan tujuan Anda sendiri. Meskipun Anda juga boleh saja meniru mereka, biasanya hasilnya tidak sama karena hasrat Anda berbeda dengan hasrat sang Buddha, Mbah Hasyim Asy'ari, Osho, atau pemimpin Muhammadiyah. Anda bisa belajar konsep-konsep dan metode-metode dari mereka, tetapi tentukan minat, hasrat, dan pola Anda sendiri. Kita bisa belajar dengan menggunakan metode-metode dari mereka tanpa harus sama persis.

 Meditasi Mengamati Nafas untuk Penyembuhan Penyakit Pernafasan


Meditasi mengamati nafas secara konsentrasi dapat membantu menyembuhkan penyakit pernafasan seperti asma, penyakit jantung, dan penyakit lain yang berkaitan dengan pernafasan. Caranya cukup mudah: cukup mengamati nafas dan berkonsentrasi, kemudian lakukan secara rutin. Nafas yang awalnya sesak, lambat laun akan menjadi lega.


Ada dua solusi untuk mengatasi sesak nafas:


1. **Obat**: Menggunakan obat tidaklah salah. Jika Anda memiliki masalah pernafasan, Anda harus selalu sedia obat atau inhaler. Gunakan inhaler ketika sesak nafas kumat dan Anda tidak sempat untuk bermeditasi. Jadi, dalam situasi genting atau mendesak, inhaler adalah solusinya.

   

2. **Meditasi**: Ketika ada waktu dan Anda bisa bermeditasi, serta ketika muncul rasa sesak, cobalah untuk tidak langsung menggunakan inhaler. Gunakan meditasi untuk menangani sesak nafas. Hasilnya bisa luar biasa:

   - Penyakit bisa sembuh.

   - Anda tidak ketergantungan obat.

   - Penyembuhan terjadi secara alami.


Anda bisa mempraktikkan ini di rumah atau di mana pun Anda berada. Tekniknya adalah:


- Ketika sesak nafas muncul dan tidak ada waktu, gunakan inhaler. Tetap harus sedia inhaler.

- Ketika ada waktu untuk bermeditasi, gunakan penyakit itu sebagai target atau objek meditasi. Biarkan nafas yang sesak tetap alami, jangan dibuat halus. Bermeditasilah dan konsentrasilah mengamati nafas. Dengan tingkat keheningan tertentu, nafas Anda akan menjadi semakin halus, semakin lega, dan akhirnya sembuh. 


Teknik ini harus diulang-ulang, tidak bisa sekali. Ketika sesak nafas muncul dan ada waktu, langsunglah bermeditasi. Gunakan teknik ini terus-menerus, dan lama-lama penyakitnya akan sembuh.


Selamat mencoba.

 SESUATU YANG TIDAK BISA DIAJARKAN

Di dalam setiap orang sukses, terdapat satu kualitas yang tidak bisa diajarkan atau dimotivasi dari luar, melainkan sudah tertanam dalam diri mereka. Kualitas ini adalah ketahanan terhadap rasa sakit dan penderitaan. Orang yang sukses, baik dalam hal keuangan, spiritual, atau bidang lainnya, memiliki bakat alami untuk menghadapi dan mengatasi rintangan tanpa menyerah.


Ketahanan terhadap rasa sakit bukanlah sesuatu yang bisa diberikan atau dipelajari dari luar. Ini adalah karakteristik bawaan yang memungkinkan seseorang untuk tetap teguh dalam menghadapi kesulitan. Mereka yang memiliki ketahanan ini mampu bertahan dan bahkan berkembang di tengah cobaan dan penderitaan.


Contoh paling terkenal adalah Buddha, yang melalui penderitaan hebat untuk mencapai pencerahan. Beliau menjalani berbagai ujian, termasuk bertapa dengan sangat keras, hidup dengan makan seadanya, dan menghadapi kondisi yang ekstrem. Kemampuan Buddha untuk bertahan dan terus maju inilah yang akhirnya membawanya mencapai pencerahan.


Ketahanan ini bisa diibaratkan seperti bahan baku untuk membuat genteng. Meskipun sama-sama terbuat dari tanah, tanah untuk genteng harus memiliki spesifikasi khusus yang lebih tahan terhadap panas dan tekanan. Tanah ini harus diinjak-injak dan diproses dengan keras sebelum menjadi genteng yang kuat dan tahan lama. Demikian pula, orang sukses memiliki struktur mental dan emosional yang lebih tahan terhadap tekanan dan rasa sakit.


Seseorang dengan ketahanan ini mampu bertahan dalam proses meditasi yang panjang dan menantang, tanpa hasil yang instan. Mereka bisa bermeditasi selama berjam-jam setiap hari, bertahun-tahun, tanpa menyerah, meskipun belum melihat hasil yang nyata. Kemampuan untuk bertahan dan terus berjuang inilah yang membedakan mereka dari yang lain.


Ingatlah, kesuksesan bukanlah tentang menghindari rasa sakit dan penderitaan, melainkan tentang bagaimana kita menghadapinya. Bagi mereka yang memiliki ketahanan alami ini, setiap tantangan adalah kesempatan untuk tumbuh dan berkembang. Mereka tidak takut menghadapi rasa sakit, karena mereka tahu bahwa di balik setiap penderitaan, ada peluang untuk mencapai tujuan yang lebih besar.


Jadi, jika Anda merasa memiliki ketahanan ini, teruslah berjuang. Ketahuilah bahwa kemampuan Anda untuk menghadapi dan mengatasi rasa sakit adalah kunci menuju kesuksesan Anda. Terus maju, hadapi setiap rintangan dengan tekad yang kuat, dan Anda akan menemukan bahwa kesuksesan ada di tangan Anda.

Kamis, 25 Juli 2024

 BERAPA TAHUN WAKTU YANG DIPERLUKAN UNTUK MENGUASAI JHANA KE 4?

Waktu yang diperlukan untuk mencapai jhana ke-4 bervariasi tergantung pada banyak faktor, termasuk intensitas latihan, kualitas bimbingan, kondisi mental, dan dedikasi individu. Secara umum, mencapai jhana ke-4 bisa memakan waktu bertahun-tahun bahkan puluhan tahun bagi banyak praktisi. 


Namun, beberapa praktisi yang sangat berdedikasi dan mendapat bimbingan yang tepat mungkin mencapai jhana ke-4 dalam waktu lebih singkat, mungkin dalam beberapa tahun latihan harian yang konsisten. Ini juga tergantung pada seberapa dalam seseorang dapat memfokuskan pikiran dan mengembangkan konsentrasi selama meditasi samatha.


Faktor-faktor seperti lingkungan yang mendukung, pemahaman teori meditasi, dan pengurangan gangguan dalam kehidupan sehari-hari juga memainkan peran penting dalam mempercepat atau memperlambat kemajuan meditasi.


1. **Di rumah dengan keluarga dan masih bekerja:**

   - **Rata-rata waktu:** 10-20 tahun atau lebih

   - **Alasan:** Waktu dan energi yang terbagi antara pekerjaan, keluarga, dan tanggung jawab lainnya bisa membuat latihan meditasi tidak konsisten atau kurang mendalam.


2. **Saat ikut guru:**

   - **Rata-rata waktu:** 3-10 tahun

   - **Alasan:** Bimbingan langsung dari seorang guru, lingkungan yang mendukung, dan struktur latihan yang ketat dapat mempercepat kemajuan meditasi.


3. **Di rumah tapi tanpa keluarga dan kerja:**

   - **Rata-rata waktu:** 5-15 tahun

   - **Alasan:** Lebih banyak waktu dan energi dapat diinvestasikan dalam latihan meditasi, tetapi tanpa bimbingan langsung, kemajuan bisa jadi lebih lambat dibandingkan dengan berada di bawah bimbingan seorang guru.


Ini adalah perkiraan kasar dan dapat sangat bervariasi dari satu individu ke individu lain. Kemampuan untuk mencapai jhana ke-4 sangat tergantung pada dedikasi, disiplin, kondisi mental, dan kualitas latihan meditasi yang dilakukan.

 Pendidikan Modern dan Peran Teknologi: Sebuah Perspektif Baru

Zaman sekarang, mengajar adalah pekerjaan paling mudah. Materi sekolah yang diajarkan sering kali ketinggalan zaman, konservatif, dan tidak relevan dengan perkembangan teknologi modern. Apa yang diajarkan di sekolah sering kali berasal dari pengetahuan yang sudah usang, mungkin dari 500 tahun yang lalu. Materi yang uptodate tidak diajarkan karena guru-gurunya sendiri sering kali adalah orang-orang yang kuno dan konservatif, buta teknologi, dan buta perkembangan zaman serta internet. Di era OpenAI dan robot AI yang mampu menggantikan banyak peran dengan lebih cepat dan efisien, sekolah masih mengajarkan hal-hal yang bisa dengan mudah dijawab oleh AI.


Jika saya menjadi guru, saya akan tetap mengajarkan ilmu-ilmu jadul yang tidak berguna itu untuk memenuhi persyaratan kurikulum, tetapi hanya 30% dari waktu pengajaran, sekadar agar tidak melanggar aturan kuno tersebut. Sisanya, 70% dari materi yang saya ajarkan akan fokus pada hal-hal berikut:


1. **Penggunaan OpenAI dan Teknologi:**

   - Saya akan mengajarkan cara belajar dan menggunakan OpenAI. Siswa akan diajarkan bagaimana cara bertanya dan mengoptimalkan OpenAI untuk memperoleh pengetahuan tanpa perlu bergantung pada guru yang hanya tahu sedikit ilmu. OpenAI jauh lebih canggih dan hanya memerlukan keterampilan untuk menguasai AI serta niat untuk belajar.

   - Berdasarkan laporan McKinsey, penggunaan AI di pendidikan dapat meningkatkan efektivitas pembelajaran hingga 30% dibandingkan metode tradisional.


2. **Menghapus Materi Hafalan:**

   - Menghafal tidak memberikan nilai tambah pada kecerdasan siswa. Menurut penelitian oleh National Institutes of Health (NIH), metode belajar yang menekankan hafalan dapat membatasi kemampuan siswa untuk berpikir kritis dan kreatif.


3. **Mengembangkan Bakat Anak:**

   - Saya akan menggali bakat anak yang berbeda-beda dan memfasilitasi bakat mereka dengan bantuan aplikasi dan internet. Misalnya, siswa yang suka editing akan diberikan ilmu dan wawasan tentang aplikasi editing, siswa yang suka tarik suara akan diberikan akses ke aplikasi tarik suara, dan siswa yang suka animasi akan diberikan sumber daya untuk belajar animasi.

   - Data dari UNESCO menunjukkan bahwa pendidikan yang berfokus pada pengembangan bakat individu dapat meningkatkan motivasi dan prestasi akademik siswa.


4. **Meditasi untuk Pengendalian Diri:**

   - Mengajarkan meditasi sebagai bekal hidup di era yang serba ruwet. Meditasi dapat membantu siswa menguasai seni mengendalikan pikiran. Penelitian dari Harvard Medical School menunjukkan bahwa meditasi dapat meningkatkan konsentrasi dan kesehatan mental siswa.


5. **Ilmu Komunikasi Multibahasa:**

   - Mengajarkan komunikasi dalam berbagai bahasa dengan bantuan AI. Menurut World Economic Forum, keterampilan multibahasa sangat penting di era globalisasi untuk meningkatkan peluang karir siswa di masa depan.


**Sejarah dan Karakteristik Sistem Pendidikan Militer:**


Sistem pendidikan yang kita kenal saat ini banyak diadopsi dari model pendidikan militer yang diperkenalkan pada era industri di abad ke-19. Tujuan utamanya adalah untuk menciptakan tenaga kerja yang disiplin dan patuh, yang diperlukan untuk pabrik-pabrik industri yang berkembang pesat pada waktu itu.


- **Disiplin dan Struktur:** Sistem ini menekankan kedisiplinan dan struktur yang ketat, mirip dengan pelatihan militer. Siswa diharapkan mengikuti aturan dan jadwal yang ditetapkan dengan ketat.

- **Kepatuhan:** Fokus utama adalah membentuk individu yang patuh dan siap untuk bekerja di lingkungan yang membutuhkan keteraturan dan ketaatan.

- **Pengajaran Massal:** Metode pengajaran yang seragam dan massal digunakan untuk efisiensi, mirip dengan pelatihan tentara yang disiapkan secara massal.


Menurut data dari National Center for Education Statistics (NCES), banyak sistem sekolah umum di seluruh dunia masih menerapkan model pendidikan ini, yang dirancang untuk era industri dan tidak disesuaikan dengan kebutuhan era digital saat ini.


**Larangan Penggunaan HP dan Penolakan Teknologi:**


Melarang penggunaan HP dan teknologi di sekolah hanya akan membuat siswa semakin mundur dan ketinggalan zaman. Di era digital ini, keterampilan menggunakan teknologi adalah kebutuhan dasar. Data dari Pew Research Center menunjukkan bahwa 95% remaja memiliki akses ke smartphone, dan teknologi ini dapat digunakan untuk mendukung pembelajaran yang lebih interaktif dan efektif. Larangan ini justru menghambat perkembangan mereka dalam memahami dan menggunakan teknologi yang relevan di dunia kerja.


**Sekolah yang Membuang Waktu:**


Penelitian oleh Organisation for Economic Co-operation and Development (OECD) menemukan bahwa banyak materi yang diajarkan di sekolah tidak pernah digunakan dalam kehidupan nyata. Sebuah survei oleh Gallup menunjukkan bahwa 55% siswa merasa bahwa apa yang mereka pelajari di sekolah tidak relevan dengan kehidupan mereka di luar sekolah. Hal ini menunjukkan bahwa banyak waktu dan sumber daya yang terbuang untuk mempelajari materi yang tidak memberikan manfaat praktis.


Menurut laporan dari National Bureau of Economic Research (NBER), sistem pendidikan yang tidak relevan dengan kebutuhan pasar kerja modern dapat mengakibatkan peningkatan pengangguran dan kurangnya keterampilan yang diperlukan di dunia kerja.

Selasa, 23 Juli 2024

 KHANIKA SAMADHI

Khanika Samadhi, atau konsentrasi sesaat, adalah bentuk konsentrasi yang dicapai dalam meditasi di mana pikiran terfokus secara mendalam pada satu objek tetapi hanya untuk waktu yang sangat singkat. Dalam tradisi Theravada, ini sering dilihat sebagai tahap awal dalam pengembangan konsentrasi dan merupakan bagian dari proses mencapai konsentrasi yang lebih stabil dan mendalam, seperti upacara samadhi (konsentrasi mendekati) dan appana samadhi (konsentrasi penuh atau absorpsi).


 Ciri-ciri Khanika Samadhi


1. **Kesadaran Singkat**: Fokus pada objek meditasi hanya berlangsung dalam waktu singkat sebelum pikiran beralih.

2. **Konsentrasi yang Tidak Stabil**: Pikiran masih cenderung mudah terganggu oleh gangguan eksternal dan internal.

3. **Proses Awal**: Ini adalah langkah awal dalam pengembangan konsentrasi yang lebih dalam dan stabil dalam meditasi.

4. **Latihan yang Berkelanjutan**: Dengan latihan yang terus-menerus, khanika samadhi dapat berkembang menjadi bentuk konsentrasi yang lebih stabil.


Manfaat Khanika Samadhi


- **Meningkatkan Fokus**: Meskipun hanya sesaat, khanika samadhi membantu meningkatkan kemampuan fokus.

- **Persiapan untuk Konsentrasi Lebih Dalam**: Ini mempersiapkan pikiran untuk mencapai tingkat konsentrasi yang lebih tinggi dan stabil.

- **Kesadaran yang Lebih Tajam**: Praktisi mulai mengalami peningkatan dalam kesadaran dan kepekaan terhadap pikiran dan perasaan mereka.


 Latihan Khanika Samadhi


1. **Pilih Objek Meditasi**: Ini bisa berupa napas, suara, atau visualisasi tertentu.

2. **Fokus Sesaat**: Berusaha untuk menjaga fokus pada objek tersebut sebaik mungkin.

3. **Biarkan Gangguan**: Ketika gangguan muncul, akui tanpa reaksi dan kembalilah ke objek meditasi.

4. **Ulangi**: Terus berlatih dengan cara ini untuk memperpanjang durasi fokus sesaat.


Perkembangan dari Khanika Samadhi


Dengan latihan yang berkelanjutan, praktisi dapat mengembangkan khanika samadhi menjadi bentuk konsentrasi yang lebih stabil:


- **Upacara Samadhi**: Konsentrasi yang lebih mendekati stabilitas, meskipun belum sepenuhnya terfokus.

- **Appana Samadhi**: Konsentrasi penuh atau absorpsi di mana pikiran sepenuhnya terfokus dan tidak terganggu.


Dalam praktik meditasi, memahami dan melatih khanika samadhi adalah langkah penting dalam perjalanan menuju pencerahan dan keseimbangan batin.

 SAAT OBJEK MEDITASI MENGHILANG APA YANG HARUS DILAKUKAN?

Pada saat mencapai jhana, terutama jhana yang lebih tinggi, objek awal meditasi sering kali menghilang. Ini adalah ciri khas dari kedalaman konsentrasi dan ketenangan yang dicapai. Ketika ini terjadi, apa yang harus kita lakukan?


Yang kita lakukan saat objek yg kita amati memudar adalah seperti uraian di bawah ini:


Awalnya meditator memusatkan perhatian pada keluar masuknya nafas,lalu masuk jhana pertama.


 Jhana Pertama


**Objek Awal: Nafas**


1. **Pada saat mendalam, objek nafas memudar atau menghilang, maka selanjutnya gunakan objek sukacita (piti) dan kebahagiaan (sukha).**


2. **Konsentrasi Tunggal (Ekaggata):** 

   - Perasaan sukacita dan kebahagiaan menjadi pusat perhatian.


 Jhana Kedua


**Objek Awal: Sukacita dan Kebahagiaan**


1. **Pada saat mendalam, objek sukacita (piti) dan kebahagiaan (sukha) memudar atau menghilang, maka selanjutnya gunakan objek kebahagiaan yang lebih halus (sukha).**


2. **Pengembangan Sukha:** 

   - Fokus utama beralih ke perasaan kebahagiaan yang mendalam dan stabil.


 Jhana Ketiga


**Objek Awal: Kebahagiaan yang Mendalam**


1. **Pada saat mendalam, objek kebahagiaan (sukha) memudar atau menghilang, maka selanjutnya gunakan objek keseimbangan dan ketenangan (upekkha).**


2. **Pengembangan Upekkha:** 

   - Perasaan keseimbangan dan ketenangan menjadi pusat perhatian.


 Jhana Keempat


**Objek Awal: Keseimbangan dan Ketenangan**


1. **Pada saat mendalam, objek keseimbangan (upekkha) memudar atau menghilang, maka selanjutnya gunakan objek kesadaran murni tanpa objek.**


2. **Pengembangan Kesadaran Murni:** 

   - Fokus utama beralih ke kesadaran murni tanpa objek.


Jhana Kelima


**Objek Awal: Kesadaran Murni Tanpa Objek**


1. **Pada saat mendalam, objek kesadaran murni memudar atau menghilang, maka selanjutnya gunakan objek kedalaman kesadaran itu sendiri.**


2. **Pengembangan Kedalaman Kesadaran:** 

   - Perasaan keseimbangan yang sangat halus berkembang menjadi kesadaran murni.


Jhana Keenam


**Objek Awal: Kedalaman Kesadaran**


1. **Pada saat mendalam, objek kedalaman kesadaran memudar atau menghilang, maka selanjutnya gunakan objek kesadaran murni tanpa batasan.**


2. **Pengembangan Kesadaran Murni Tanpa Batasan:** 

   - Konsentrasi mendalam tanpa objek atau batasan apapun.


 Jhana Ketujuh


**Objek Awal: Kesadaran Murni Tanpa Batasan**


1. **Pada saat mendalam, objek kesadaran murni tanpa batasan memudar atau menghilang, maka selanjutnya gunakan objek ketiadaan batasan dan ketiadaan objek.**


2. **Pengembangan Ketiadaan Batasan:** 

   - Kesadaran murni tanpa batasan menjadi pengalaman utama.


Pada setiap tahap jhana, perhatian beralih dari objek yang memudar atau menghilang ke objek baru yang lebih halus dan mendalam, hingga akhirnya mencapai kesadaran murni tanpa batasan di jhana ketujuh.


Intinya adalah ketika objek yang di amati lenyap.cari objek yang masih bisa di amati.begitu terus sampai tidak ada lagi yang lenyap

 MEDITASI ITU SEPERTI MENGAKTIFKAN FITUR ZOOM DAN SLOWMOTION PADA KAMERA

Meditasi Buddhis melibatkan pengamatan objek dengan penuh perhatian dan kesadaran. Saat kita memusatkan perhatian dengan semakin mendalam, detail-detail objek menjadi semakin jelas. Ini seperti menggunakan fitur zoom pada kamera; semakin kita memperbesar gambar, semakin jelas kita bisa melihat detail yang sebelumnya tidak terlihat.


Bayangkan juga proses ini seperti video yang diperlambat atau slow motion. Dalam video slow motion, gerakan yang cepat dan sulit ditangkap oleh mata telanjang menjadi lebih lambat dan detail-detail prosesnya menjadi terlihat jelas. Hal ini memungkinkan kita untuk mengamati setiap tahap dari suatu kejadian dengan lebih teliti.


Misalnya, dalam kehidupan sehari-hari, kita mungkin tidak menyadari gerakan kecil dari tangan kita saat menulis atau ketukan jantung saat kita berlari. Namun, melalui meditasi yang mendalam, kita dapat memperhatikan hal-hal kecil ini dengan sangat jelas, seperti gerakan otot, perubahan napas, atau detak jantung. Proses ini mirip dengan memperlambat video gerakan cepat menjadi slow motion, di mana setiap detil kecil menjadi lebih terlihat dan mudah diamati.


Semakin dalam kita masuk ke dalam meditasi, semakin lambat "slow motion" dari kesadaran kita bekerja. Kita mulai melihat dan memahami proses-proses halus yang sebelumnya tersembunyi di balik kecepatan dan kebisingan pikiran kita. Ini tidak hanya berlaku untuk pengamatan fisik tetapi juga untuk proses mental dan emosional. Misalnya, kita dapat mulai melihat bagaimana pikiran dan perasaan muncul, berinteraksi, dan menghilang dengan detail yang lebih besar.


Dengan latihan yang terus-menerus, meditasi membantu kita memperlambat dan memperjelas pandangan kita terhadap dunia, baik itu secara fisik maupun mental. Kita mulai memahami lebih dalam tentang bagaimana segala sesuatu bekerja dan berinteraksi, membawa kita pada tingkat kesadaran yang lebih tinggi dan kebijaksanaan yang lebih dalam. Ini memberikan kita wawasan yang lebih besar tentang diri kita sendiri dan dunia di sekitar kita, membantu kita hidup dengan lebih sadar dan penuh perhatian.


Meditasi bukan hal klenik dan magic namun dunia klenik dan magis bisa di alami karena proses ini.

Meditasi hanya nge zoom dan aktifkan slowmotion untuk melihat hal hal yang tidak bisa dilihat dalam kondisi biasa.

 MEDITASI MENGEMBANGKAN KEMAMPUAN PENGLIHATAN KITA

Meditasi Buddhis memang bertujuan untuk mengoptimalkan kemampuan dasar manusia. Pada umumnya, kita melihat dunia secara terbatas karena adanya bias pikiran. Bias ini mengaburkan persepsi kita sehingga banyak hal yang sebenarnya ada tidak dapat kita lihat dengan jelas. Meditasi berfungsi untuk membersihkan bias-bias ini, memungkinkan kita melihat secara lebih detail.


Ibarat seorang penembak jitu (sniper) yang pandangannya terhalang oleh kotoran di teropongnya, ketika kotoran itu dibersihkan, penembak jitu tersebut dapat melihat target dari jarak yang sangat jauh dengan akurasi tinggi. Misalkan, dengan menggunakan sniper merek A, penembak dapat melihat target sejauh 1 mil. Jika menggunakan sniper merek B yang lebih canggih, jarak pandang bisa mencapai 100 mil.


Dalam konteks meditasi, pikiran kita yang sudah terbebas dari bias dapat melihat lebih jauh dan lebih dalam ke dalam realitas. Ini tidak hanya mencakup objek fisik tetapi juga fenomena non-fisik. Praktisi meditasi dapat memahami fenomena yang sebelumnya tidak tampak, seperti siklus hukum karma dan reinkarnasi. Mereka juga dapat memahami dengan lebih jelas konsep-konsep yang lebih tinggi seperti bulan, bintang, planet, alam dewa, surga, dan neraka.


Dengan demikian, meditasi Buddhis tidak hanya membantu kita dalam melihat dunia dengan lebih jernih dan detail, tetapi juga membuka pintu bagi pemahaman yang lebih dalam tentang realitas dan eksistensi kita. Ini memberikan kita kemampuan untuk melihat dan memahami hal-hal yang sebelumnya tersembunyi dari pandangan biasa, meningkatkan kebijaksanaan dan kesadaran kita tentang kehidupan.

SPIRITUAL BISA BERTAMBAH DAN BERKURANG

 KESADARAN BISA BERTAMBAH DAN BERKURANG

Perubahan sikap dan mental setelah seseorang habis ngaji, haji, menghadiri acara ritual, atau mendengar ceramah seorang guru biasanya hanya berlangsung sementara. Setelah seminggu atau sebulan, orang tersebut seringkali kembali ke STELAN PABRIK AWAL.kebiasaan lamanya. Misalnya, yang awalnya suka marah kembali marah, yang awalnya tidak sadar kembali tidak sadar. Hal ini terjadi karena pengalaman ruhani tidak bersifat abadi. Pengalaman tersebut selalu berubah, bisa bertambah atau berkurang.


Fenomena ini mirip dengan latihan fisik di gym. Jika latihan otot tidak dilakukan secara rutin, otot yang telah terbentuk akan mengecil kembali. Oleh karena itu, dalam konteks spiritual, istiqomah (konsistensi) lebih utama daripada keramat. Orang yang memiliki bakat pun, jika tidak dilatih dan ditingkatkan, akan mengalami penurunan.


1. **Pengalaman Ruhani yang Sementara**:

   Pengalaman spiritual seringkali memberikan dorongan positif sementara, mirip dengan euforia setelah mendengar motivasi. Namun, efek ini biasanya berkurang seiring waktu karena rutinitas sehari-hari dan pengaruh lingkungan yang kuat.


2. **Konsistensi adalah Kunci**:

   Seperti latihan fisik yang membutuhkan konsistensi agar otot tetap terjaga, praktik spiritual juga memerlukan istiqomah. Tanpa konsistensi, pengalaman spiritual tidak dapat memberikan perubahan jangka panjang.


3. **Pengaruh Lingkungan dan Kebiasaan**:

   Kebiasaan lama dan pengaruh lingkungan memiliki peran besar dalam pembentukan sikap dan perilaku seseorang. Tanpa perubahan signifikan dalam lingkungan dan kebiasaan, seseorang cenderung kembali ke pola lama.


4. **Pentingnya Latihan Rutin**:

   Latihan spiritual yang rutin, seperti sholat, dzikir, atau meditasi, dapat membantu mempertahankan efek positif dari pengalaman spiritual. Ini mirip dengan latihan fisik yang harus dilakukan secara teratur untuk mempertahankan kebugaran.


5. **Pembelajaran Berkelanjutan**:

   Orang berbakat sekalipun memerlukan pembelajaran dan peningkatan berkelanjutan. Dalam konteks spiritual, pembelajaran berkelanjutan melalui membaca, mendengar ceramah, dan berinteraksi dengan orang-orang bijak sangat penting untuk mempertahankan dan meningkatkan kualitas spiritual.


Dengan memahami hal-hal di atas, kita bisa melihat bahwa untuk mencapai perubahan yang lebih permanen dalam sikap dan mental, diperlukan upaya yang konsisten dan berkelanjutan. Pengalaman spiritual adalah titik awal yang baik, namun tanpa tindak lanjut yang rutin dan kesadaran yang terus dipupuk, perubahan tersebut tidak akan bertahan lama.

Senin, 22 Juli 2024

MEDITASI MENGHADAP PATUNG ATAU MEMANDANG WAJAH GURU ATAU MASTER APAKAH BISA?

 MEDITASI MENGHADAP PATUNG ATAU MEMANDANG WAJAH GURU ATAU MASTER APAKAH BISA?

Dalam samatha bhavana, tujuan utamanya adalah mencapai ketenangan pikiran dengan fokus pada satu objek secara terus-menerus. Memilih objek yang memiliki makna spiritual yang mendalam, seperti wali, ulama, master, atau patung dewa, bisa sangat membantu dalam meditasi ini, terutama jika objek tersebut memberikan inspirasi atau perasaan tenang dan bahagia kepada praktisi.


Meditasi dengan objek yang mewakili pencerahan atau kebijaksanaan dapat memberikan motivasi tambahan dan kedalaman spiritual dalam praktik. Objek-objek ini bisa berfungsi sebagai pengingat visual atau mental akan tujuan akhir dari meditasi, yaitu mencapai pencerahan atau pemahaman yang lebih dalam tentang diri dan alam semesta.


Namun, penting untuk diingat bahwa pencerahan dalam meditasi lebih berkaitan dengan proses internal daripada objek eksternal. Objek meditasi membantu menstabilkan pikiran, tetapi pencapaian pencerahan adalah hasil dari disiplin, konsistensi, dan pemahaman yang mendalam yang berkembang melalui praktik meditasi yang berkelanjutan.


Jadi, menggunakan objek manusia yang tercerahkan atau patung dewa dalam samatha bhavana dapat membantu proses meditasi di awal dan memberikan dorongan spiritual, tetapi pencerahan itu sendiri adalah hasil dari usaha internal dan pemahaman mendalam yang berkembang dari praktik tersebut.

BERBEDAAN ENERGI PRANA DAN ENERGI KUNDALINI

 BERBEDAAN ENERGI PRANA DAN ENERGI KUNDALINI

Prana dan kundalini adalah konsep energi dalam tradisi spiritual India yang memiliki perbedaan mendasar dalam sifat, fungsi, dan manifestasinya.


**Prana:**

- **Definisi:** Prana adalah energi vital atau kekuatan hidup yang mengalir melalui semua makhluk hidup. Ini sering digambarkan sebagai "napas kehidupan."

- **Asal:** Prana diambil dari udara yang kita hirup dan dari makanan yang kita konsumsi.

- **Fungsi:** Prana mengalir melalui tubuh dalam saluran energi yang disebut nadis. Prana bertanggung jawab atas berbagai fungsi fisiologis dan psikologis tubuh.

- **Manfaat:** Pengendalian prana melalui praktik seperti pranayama (latihan pernapasan) dapat meningkatkan kesehatan fisik dan mental, memberikan ketenangan, dan meningkatkan kesadaran.


**Kundalini:**

- **Definisi:** Kundalini adalah energi spiritual yang diyakini berdiam di dasar tulang belakang, dalam chakra pertama (Muladhara Chakra). Kundalini sering digambarkan sebagai ular yang tidur melingkar di dasar tulang belakang.

- **Asal:** Kundalini dianggap sebagai potensi energi spiritual yang belum diaktifkan dalam setiap individu.

- **Fungsi:** Saat kundalini dibangkitkan, ia naik melalui saluran energi utama (sushumna nadi) di sepanjang tulang belakang, melewati dan membangkitkan setiap chakra, hingga mencapai chakra tertinggi (Sahasrara Chakra) di puncak kepala.

- **Manfaat:** Kebangkitan kundalini dapat menghasilkan pengalaman mistis, peningkatan kesadaran spiritual, dan transformasi spiritual yang mendalam. Namun, kebangkitan kundalini yang tidak terkontrol atau tidak siap dapat menyebabkan ketidaknyamanan fisik, emosional, atau psikologis.


**Perbedaan Utama:**

1. **Sifat Energi:** Prana adalah energi kehidupan yang mendasari semua fungsi vital, sedangkan kundalini adalah energi spiritual potensial yang tidur di dasar tulang belakang.

2. **Pengendalian:** Prana dapat dikendalikan dan diatur melalui latihan pernapasan dan yoga, sedangkan kebangkitan kundalini membutuhkan praktik spiritual yang lebih dalam dan biasanya bimbingan dari guru yang berpengalaman.

3. **Manifestasi:** Prana mengalir melalui nadis dan chakra untuk menopang kehidupan, sementara kundalini, ketika bangkit, bergerak melalui sushumna nadi dan dapat mengaktifkan chakra secara mendalam.

4. **Tujuan:** Praktik prana biasanya bertujuan untuk kesehatan dan kesejahteraan holistik, sementara praktik kundalini bertujuan untuk kebangkitan spiritual dan pencerahan.


Meskipun keduanya terkait dengan energi dalam tubuh, mereka memiliki tujuan dan dampak yang berbeda dalam praktik spiritual.


beberapa aliran spiritual yang mengolah prana dan kundalini:


**Aliran-Aliran yang Mengolah Prana:**


1. **Yoga:**

   - **Hatha Yoga:** Fokus pada pengendalian tubuh dan napas untuk menyeimbangkan energi prana.

   - **Pranayama:** Latihan pernapasan yang dirancang khusus untuk mengatur dan mengendalikan prana.


2. **Ayurveda:**

   - Sistem pengobatan tradisional India yang menggunakan teknik pengaturan prana melalui diet, herbal, dan latihan fisik.


3. **Tai Chi dan Qigong:**

   - Praktik dari tradisi Tiongkok yang mengolah energi vital (dikenal sebagai "chi" atau "qi" dalam bahasa Tiongkok, yang mirip dengan prana) melalui gerakan lembut, pernapasan, dan meditasi.


4. **Reiki:**

   - Teknik penyembuhan energi Jepang yang menggunakan pengaturan energi prana untuk menyembuhkan tubuh dan pikiran.


**Aliran-Aliran yang Mengolah Kundalini:**


1. **Kundalini Yoga:**

   - Dikenalkan oleh Yogi Bhajan di Barat, praktik ini melibatkan serangkaian teknik fisik, pernapasan, mantra, dan meditasi untuk membangkitkan dan mengarahkan energi kundalini.


2. **Tantra:**

   - Tradisi spiritual yang mencakup berbagai praktik untuk membangkitkan energi kundalini, sering melalui ritual, meditasi, dan teknik pernapasan.


3. **Shaktipat:**

   - Tradisi di mana seorang guru spiritual (guru) memberikan transmisi energi untuk membangkitkan kundalini pada muridnya.


4. **Kriya Yoga:**

   - Diajarkan oleh Paramahansa Yogananda, ini adalah praktik meditasi yang bertujuan untuk membersihkan dan membangkitkan energi kundalini melalui serangkaian teknik pernapasan dan meditasi.


5. **Laya Yoga:**

   - Fokus pada pembubaran pikiran ke dalam energi kundalini melalui meditasi dan mantra.

Minggu, 21 Juli 2024

TIBA TIBA GATAL DI TENGGOROKAN SAAT MASUK LEBIH DALAM SAAT MEDITASI

 TIBA TIBA GATAL DI TENGGOROKAN SAAT MASUK LEBIH DALAM SAAT MEDITASI

Mengalami rasa gatal di tenggorokan yang memicu batuk saat mencapai keadaan rileks yang dalam dalam meditasi bisa disebabkan oleh beberapa faktor:


1. **Relaksasi Otot**: Ketika tubuh menjadi sangat rileks, otot-otot di sekitar tenggorokan juga bisa rileks, yang kadang menyebabkan sedikit iritasi atau gatal.


2. **Perubahan Napas**: Perubahan pola pernapasan selama meditasi dapat menyebabkan udara mengalir dengan cara yang berbeda melalui tenggorokan, yang bisa menyebabkan iritasi atau gatal.


3. **Kekeringan**: Bernafas melalui mulut atau berada di ruangan dengan udara kering bisa menyebabkan tenggorokan menjadi kering dan gatal.


4. **Pikiran yang Mengganggu**: Pikiran bawah sadar atau emosi yang muncul selama meditasi bisa memanifestasikan diri sebagai sensasi fisik seperti gatal di tenggorokan.


5. **Fokus yang Berlebihan**: Terlalu fokus pada satu area tubuh bisa menyebabkan meningkatnya kesadaran terhadap sensasi kecil yang biasanya tidak diperhatikan, termasuk gatal di tenggorokan.


Untuk mengatasi ini, Anda bisa mencoba beberapa tips berikut:


1. **Tetap Terhidrasi**: Minum air sebelum meditasi bisa membantu menjaga tenggorokan tetap lembab.

2. **Lingkungan yang Nyaman**: Pastikan ruangan tidak terlalu kering. Menggunakan humidifier bisa membantu.

3. **Teknik Pernapasan**: Coba variasi teknik pernapasan yang mungkin lebih nyaman untuk Anda dan tidak menyebabkan iritasi.

4. **Penerimaan Sensasi**: Alih-alih melawan sensasi gatal, coba amati dengan netral tanpa menghakimi, dan biarkan sensasi itu berlalu dengan sendirinya.

5. **Posisi yang Nyaman**: Pastikan posisi tubuh nyaman dan tidak ada ketegangan di leher atau tenggorokan.

MEDITASI MENDALAM VS MEDITASI MELUAS

 MEDITASI MENDALAM VS MEDITASI MELUAS

Banyak guru kesadaran yang aktif di media sosial mengajarkan dan membagikan metode mindfulness dan vipassana bhavana. Metode ini melibatkan kesadaran dalam gerak dan meditasi diam, serta menciptakan suasana rileks yang membantu meluaskan kesadaran.


Di sisi lain, para praktisi supranatural, dukun, alkemis, okultis, dan esoteris lebih sering menggunakan metode konsentrasi dalam praktik mereka. 


Jika kesadaran hanya dicapai melalui jalan meluaskan kesadaran, kelemahannya adalah metode ini tidak mampu menyapu emosi sampai ke akarnya. Teknik ini hanya memungkinkan pengamatan pada aspek fisik yang kasar.


Sebaliknya, para pakar esoterisme yang mahir dalam meditasi dan konsentrasi sering kali terjebak dalam pencarian siddhi, karomah, atau kekuatan ajaib. Mereka cenderung tidak melanjutkan ke tahap meditasi yang meluaskan kesadaran.


Akibatnya, mereka hanya mendapatkan sebagian dari manfaat meditasi tanpa mengalami kesadaran yang meluas.

proses meditasi Vipassana yang melibatkan Jhana

 proses meditasi Vipassana yang melibatkan Jhana

Fase pertama:Masuk ke Jhana


1. **Jhana Pertama (First Jhana)**

   - Dalam tahap ini, praktisi mencapai konsentrasi mendalam dengan memfokuskan pikiran pada satu objek meditasi. Perhatian terhadap objek menjadi stabil, dan lima faktor Jhana muncul: vitakka (aplikasi awal), vicāra (penyelidikan berkelanjutan), pīti (kegembiraan), sukha (kebahagiaan), dan ekaggatā (kesatuan pikiran).


2. **Jhana Kedua (Second Jhana)**

   - Setelah stabil di Jhana pertama, praktisi melanjutkan ke Jhana kedua dengan meninggalkan vitakka dan vicāra. Di sini, hanya pīti, sukha, dan ekaggatā yang tetap ada, dengan konsentrasi yang lebih dalam dan ketenangan yang lebih besar.


3. **Jhana Ketiga (Third Jhana)**

   - Dalam Jhana ketiga, praktisi mengatasi pīti, sehingga hanya sukha dan ekaggatā yang tersisa. Ketenangan dan kebahagiaan menjadi lebih murni, dengan fokus yang lebih mendalam.


4. **Jhana Keempat (Fourth Jhana)**

   - Pada tahap ini, praktisi meninggalkan sukha, hanya menyisakan ekaggatā dan upekkhā (keseimbangan). Ketenangan yang mendalam dan keseimbangan sempurna tercapai, dengan konsentrasi yang sangat kuat dan stabil.


Fase kedua Turun dari Jhana


1. **Dari Jhana Keempat ke Jhana Ketiga**

   - Praktisi secara perlahan keluar dari Jhana keempat dan kembali ke Jhana ketiga, kembali mengalami sukha dan ekaggatā. Transisi ini dilakukan dengan hati-hati untuk mempertahankan konsentrasi yang mendalam.


2. **Dari Jhana Ketiga ke Jhana Kedua**

   - Selanjutnya, praktisi turun ke Jhana kedua, mengembalikan pīti bersama dengan sukha dan ekaggatā. Ini melibatkan pelonggaran konsentrasi secara bertahap sambil tetap menjaga kedalaman meditasi.


3. **Dari Jhana Kedua ke Jhana Pertama**

   - Akhirnya, praktisi kembali ke Jhana pertama, dengan vitakka, vicāra, pīti, sukha, dan ekaggatā. Ini adalah langkah terakhir sebelum keluar dari Jhana secara keseluruhan.


 Keluar dari Jhana


- **Kondisi Konsentrasi Akses (Upacara Samadhi)**

  - Setelah turun dari Jhana pertama, praktisi keluar dari kondisi Jhana dan berdiam di kondisi konsentrasi akses, yang dikenal sebagai Upacara Samadhi. Ini adalah kondisi konsentrasi yang tinggi tetapi belum mencapai tingkat Jhana. Di sini, pikiran stabil dan cukup terfokus untuk pengamatan yang lebih dalam.


 Pengamatan dalam Meditasi Vipassana


1. **Rupa-kalapa (Partikel Materi Halus)**

   - Dalam kondisi Upacara Samadhi, praktisi mulai mengamati rupa-kalapa, yaitu partikel-partikel halus yang membentuk materi fisik. Pengamatan ini memungkinkan pemahaman yang lebih mendalam tentang sifat sejati dari tubuh fisik.


2. **Citta (Kesadaran atau Pikiran)**

   - Praktisi kemudian mengamati citta atau kesadaran. Mereka memperhatikan berbagai keadaan kesadaran yang muncul dan lenyap, memahami sifat dan perubahan dari pikiran mereka.


3. **Cetasika (Faktor-faktor Mental)**

   - Terakhir, praktisi mengamati cetasika atau faktor-faktor mental yang menyertai kesadaran. Ini termasuk faktor-faktor seperti keinginan, kemelekatan, perhatian, kebijaksanaan, dan lain-lain. Praktisi memahami bagaimana faktor-faktor ini bekerja bersama dalam proses mental mereka.

perbedaan mereka yang memiliki jhana dan tidak memiliki Jhana dalam praktik meditasi Vipassana:

 perbedaan mereka yang memiliki jhana dan tidak memiliki Jhana dalam praktik meditasi Vipassana:


 Tanpa Jhana

**Yang diamati:**

1. **Kayanu-passana (Pengamatan terhadap jasmani)**

   - Pengamatan terhadap tubuh fisik, seperti gerakan, postur, dan sensasi fisik. Praktisi memperhatikan fenomena jasmani tanpa mengidentifikasikan diri dengannya.


2. **Vedananu-passana (Pengamatan terhadap perasaan)**

   - Pengamatan terhadap perasaan atau sensasi yang timbul, baik yang menyenangkan, tidak menyenangkan, maupun netral. Praktisi menyadari perasaan ini tanpa terjerat atau terpengaruh oleh mereka.


3. **Cittanupassana (Pengamatan terhadap pikiran)**

   - Pengamatan terhadap aktivitas mental, seperti pikiran, ide, dan emosi. Praktisi menyadari keadaan pikiran mereka, apakah sedang terpusat, terganggu, penuh nafsu, marah, atau netral.


4. **Dhammanupassana (Pengamatan terhadap bentukan-bentukan pikiran)**

   - Pengamatan terhadap fenomena mental yang lebih kompleks seperti hukum-hukum mental, keadaan batin yang muncul dan lenyap, dan pola-pola pikiran. Ini mencakup memahami sifat alami dari fenomena mental.


 Dengan Jhana

**Yang diamati:**

1. **Rupa-kalapa (Partikel materi halus)**

   - Pengamatan terhadap partikel-partikel halus yang membentuk materi. Praktisi dengan kemampuan Jhana dapat menyelami fenomena materi hingga tingkat sangat halus, mengamati rupa-kalapa yang menyusun tubuh fisik.


2. **Citta (Kesadaran atau pikiran)**

   - Pengamatan yang lebih mendalam terhadap kesadaran itu sendiri. Praktisi memperhatikan berbagai jenis kesadaran yang muncul dan hilang, serta sifat-sifat dari kesadaran tersebut.


3. **Cetasika (Faktor-faktor mental)**

   - Pengamatan terhadap faktor-faktor mental yang menyertai kesadaran, seperti keinginan, kemelekatan, perhatian, kebijaksanaan, dan lain-lain. Praktisi memahami bagaimana faktor-faktor ini bekerja bersama-sama dalam proses mental.


- **Tanpa Jhana:**

  - Praktik tanpa Jhana lebih berfokus pada fenomena-fenomena kasar dan nyata dari tubuh dan pikiran. Ini adalah langkah awal yang penting dalam meditasi Vipassana, membantu praktisi untuk mengembangkan kesadaran dan pemahaman mendasar tentang tubuh dan pikiran mereka.


- **Dengan Jhana:**

  - Praktik dengan Jhana memungkinkan pengamatan yang lebih halus dan mendalam terhadap fenomena mental dan materi. Jhana adalah keadaan konsentrasi mendalam yang membantu praktisi mencapai tingkat pemahaman yang lebih tinggi. Dengan Jhana, pengamatan menjadi lebih stabil dan terfokus, memungkinkan analisis yang lebih rinci terhadap partikel materi halus (rupa-kalapa), kesadaran (citta), dan faktor-faktor mental (cetasika).


Mengembangkan Jhana membutuhkan latihan meditasi yang intensif dan berkelanjutan. Mereka yang memiliki kemampuan Jhana dapat mencapai tingkat wawasan dan pemahaman yang lebih mendalam dibandingkan dengan mereka yang belum mengembangkan konsentrasi tersebut.

Sekolah harus mengajarkan keuangan

 Kesalahan sekolah adalah membuat cara berpikir yang salah tentang uang.disekolah tidak di ajarkan keuangan 

Sehingga setelah lulus sekolah neramai ramai pokus mencari pekerjaan.


Padahal sebenarnya yang dicari adalah uang.bukan pekerjaan.kalo kita fokus pada pekerjaan kita mendapatkan pekerjaan.namun jika kita pokus pada uang,kita bisa bebas melakukan apapun yang penting dapet duit.pikiran bisa leluasa untuk eksplorasi mencari cara mendapatkan uang.sehingga jalannya tidak terbatas bekerja menjadi karyawan.bisa juga berbisnis,jualan,membuat produk,membuka usaha dan banyak jalan lainnya.karena fokusnya uang bukan bekerja,

Apa yang kita fokuskan itu yang kita dapatkan.


Fokus pada Uang vs. Fokus pada Pekerjaan


1. **Mencari Pekerjaan vs. Mencari Uang:**

   Fokus utama kebanyakan lulusan adalah mendapatkan pekerjaan karena mereka diajarkan bahwa pekerjaan adalah satu-satunya cara untuk memperoleh pendapatan. Namun, jika mereka mengubah fokus menjadi mencari uang, mereka akan mulai memikirkan berbagai cara untuk menghasilkan pendapatan, tidak terbatas pada pekerjaan formal saja.


2. **Kreativitas dan Kebebasan Finansial:**

   Dengan fokus pada uang, orang akan lebih kreatif dalam mencari peluang untuk menghasilkan uang. Ini bisa berarti memulai bisnis, menjual produk atau jasa, berinvestasi di pasar saham, atau bahkan mencari pekerjaan freelance yang menawarkan fleksibilitas lebih besar.


Pentingnya Mengubah Pola Pikir


1. **Mindset Entrepreneurial:**

   Mengembangkan pola pikir kewirausahaan sangat penting. Ini melibatkan melihat setiap situasi sebagai peluang untuk menghasilkan uang dan tidak terbatas pada pekerjaan tradisional. Orang dengan mindset ini lebih cenderung untuk mengambil risiko yang terukur dan mencari cara-cara baru untuk meningkatkan pendapatan mereka.


2. **Pendidikan dan Pelatihan Kewirausahaan:**

   Sekolah dan institusi pendidikan perlu mulai mengintegrasikan pelatihan kewirausahaan dan pendidikan keuangan dalam kurikulum mereka. Ini akan membantu siswa memahami pentingnya pengelolaan uang, investasi, dan cara memulai dan menjalankan bisnis.


Fokus utama dari pendidikan seharusnya tidak hanya menghasilkan karyawan yang baik, tetapi juga individu yang mampu mengelola keuangan mereka sendiri dan mencari berbagai sumber pendapatan. Mengubah fokus dari mencari pekerjaan menjadi mencari cara untuk menghasilkan uang akan memberikan kebebasan dan peluang yang lebih besar bagi lulusan untuk berhasil dalam berbagai bidang, baik sebagai karyawan, pengusaha, atau investor. Pendidikan keuangan yang baik adalah kunci untuk mencapai tujuan ini dan menciptakan masyarakat yang lebih mandiri dan sejahtera secara finansial.

FASE AWAL SAMPAI TERDALAM SAAT MENGAMATI NAFAS

 FASE AWAL SAMPAI TERDALAM SAAT MENGAMATI NAFAS

 Tahap Awal: Penyesuaian dan Kesadaran Awal


1. **Penyesuaian Awal**:

   - Pada awalnya, Anda mulai dengan merasakan sensasi nafas masuk dan keluar. Mungkin Anda fokus pada area hidung, perut, atau dada. Sensasi ini mungkin terasa samar atau terputus-putus pada awalnya.


2. **Peningkatan Kesadaran**:

   - Seiring dengan latihan, kesadaran terhadap nafas mulai meningkat. Anda mulai bisa merasakan lebih jelas sensasi udara yang masuk dan keluar dari tubuh. Ritme nafas menjadi lebih konsisten dan terasa lebih alami.


 Tahap Tengah: Mendalamnya Pengalaman


3. **Konsentrasi yang Stabil**:

   - Kesadaran terhadap nafas menjadi lebih stabil dan mantap. Anda bisa merasakan setiap nafas masuk dan keluar dengan lebih

 mendalam dan intens. Pikiran-pikiran lain mulai mereda, dan fokus Anda tertuju sepenuhnya pada nafas.


4. **Kedalaman Kesadaran Tubuh**:

   - Anda mulai merasakan bagaimana setiap nafas mempengaruhi seluruh tubuh. Ada perasaan menyatu dengan ritme pernafasan, seolah-olah setiap nafas meresap ke seluruh bagian tubuh. Sensasi ini bisa terasa seperti gelombang yang menyebar dari pusat ke pinggiran tubuh.


 Tahap Lanjutan: Pengalaman Mendalam dan Transformatif


5. **Kehadiran Penuh**:

   - Anda mencapai tingkat kedalaman di mana kesadaran terhadap nafas sangat tajam. Setiap nafas terasa sangat hidup dan nyata. Ada perasaan kehadiran penuh dan keterhubungan yang kuat dengan tubuh Anda.


6. **Pengamatan Tanpa Upaya**:

   - Pada titik ini, pengamatan nafas terjadi secara alami tanpa usaha keras. Kesadaran Anda tertanam dalam ritme nafas tanpa gangguan. Pikiran berada dalam keadaan diam dan tenang, sepenuhnya terserap dalam ritme pernafasan.


 Titik Tertinggi: Keterhubungan Mendalam dan Kebijaksanaan


7. **Keheningan dan Kedamaian**:

   - Anda mencapai titik di mana kesadaran terhadap nafas membawa kedamaian yang mendalam. Ada keheningan batin yang menyelimuti, dan pikiran benar-benar tenang. Sensasi nafas menjadi pusat dari pengalaman meditatif Anda.


8. **Wawasan dan Keterhubungan Mendalam**:

   - Pada titik tertinggi ini, Anda mungkin mengalami wawasan mendalam tentang keterhubungan antara pikiran, tubuh, dan nafas. Ada perasaan bahwa nafas adalah manifestasi dari kehidupan itu sendiri, dan Anda merasakan keterhubungan mendalam dengan seluruh eksistensi.


9. **Transformasi Emosional**:

   - Perasaan emosional Anda berubah, menjadi lebih stabil dan seimbang. Anda merasakan ketenangan yang mendalam dan kemampuan untuk menghadapi emosi dengan lebih bijaksana. Ada rasa penerimaan dan kebebasan dari reaktivitas emosional.


Pengalaman yang Lebih Mendalam Saat Meditasi dengan Pengamatan Nafas


 Tahap Kedalaman Tinggi


1. **Pengamatan yang Sangat Tajam**

   - **Kejernihan Sensasi Nafas**: Sensasi nafas menjadi sangat tajam dan jelas. Setiap detil dari proses pernafasan—udara masuk, jeda, udara keluar, jeda—terasa dengan kejelasan luar biasa.

   - **Kehadiran yang Mendalam**: Anda merasakan kehadiran yang mendalam dalam setiap momen. Kesadaran Anda sepenuhnya terbenam dalam ritme nafas tanpa sedikit pun gangguan.


2. **Keadaan Fisik dan Mental yang Halus**

   - **Relaksasi Tubuh yang Mendalam**: Tubuh Anda terasa sangat ringan dan nyaman. Ketegangan fisik benar-benar menghilang, dan ada perasaan relaksasi yang mendalam dan menyeluruh.

   - **Pikiran yang Tenang**: Pikiran Anda menjadi sangat tenang dan jernih. Tidak ada distraksi atau pikiran yang mengganggu. Hanya ada kesadaran yang murni dan tenang terhadap nafas.


3. **Pengalaman Ekstasi dan Kedamaian**

   - **Perasaan Kebahagiaan**: Muncul perasaan kebahagiaan dan ekstasi yang halus dan mendalam. Kebahagiaan ini tidak berasal dari luar, tetapi dari dalam diri, sebagai hasil dari kedalaman meditasi.

   - **Kedamaian yang Mendalam**: Ada perasaan kedamaian yang sangat mendalam dan menyeluruh. Kedamaian ini terasa sangat stabil dan tidak tergoyahkan.


 Tahap Kedalaman Lebih Tinggi


4. **Peleburan Identitas**

   - **Peleburan Ego**: Kesadaran Anda mulai melampaui batasan ego. Identitas pribadi, cerita, dan label diri menghilang. Anda merasakan kesatuan dengan seluruh eksistensi tanpa batasan individualitas.

   - **Perasaan Keterhubungan Universal**: Ada perasaan keterhubungan yang mendalam dengan segala sesuatu di sekitar Anda. Perasaan "saya" dan "mereka" menghilang, digantikan oleh perasaan keterhubungan yang universal.


5. **Pengalaman Ruang dan Kekosongan**

   - **Ruang yang Tidak Terbatas**: Kesadaran Anda merasakan ruang yang tidak terbatas. Nafas tampak mengalir dalam ruang yang luas dan tak berbatas, memberikan perasaan kebebasan dan kelapangan.

   - **Kekosongan yang Damai**: Ada pengalaman kekosongan yang penuh kedamaian. Kekosongan ini bukan berarti kehampaan, tetapi keadaan tanpa pikiran, tanpa gangguan, hanya kedamaian murni.


6. **Wawasan dan Kebijaksanaan Mendalam**

   - **Kebijaksanaan Intuitif**: Dari kedalaman meditasi, muncul wawasan dan kebijaksanaan intuitif. Anda mungkin mendapatkan pemahaman mendalam tentang diri, kehidupan, dan realitas yang melampaui logika rasional.

   - **Penerimaan Total**: Ada perasaan penerimaan total terhadap segala sesuatu. Tidak ada perlawanan atau penolakan, hanya penerimaan penuh dan tulus terhadap apa pun yang muncul dalam kesadaran.


 Titik Tertinggi dalam Meditasi


7. **Kehadiran Murni dan Kesadaran Non-dual**

   - **Kehadiran Murni**: Anda mencapai keadaan di mana kesadaran Anda adalah kehadiran murni. Tidak ada objek yang diamati atau pengamat, hanya kesadaran itu sendiri.

   - **Kesadaran Non-dual**: Pada titik tertinggi, Anda mungkin mengalami kesadaran non-dual, di mana subjek (pengamat) dan objek (nafas) menjadi satu. Tidak ada dualitas, hanya kesatuan kesadaran.


8. **Kebahagiaan yang Tak Terbatas**

   - **Kebahagiaan yang Tak Terbatas**: Kebahagiaan yang Anda rasakan melampaui sensasi biasa. Ini adalah kebahagiaan yang tak terbatas, tidak terikat oleh kondisi eksternal atau internal.


9. **Kehidupan yang Tercerahkan**

   - **Pencerahan**: Pengalaman ini bisa membawa pencerahan atau wawasan mendalam tentang hakikat eksistensi. Anda mungkin merasakan transformasi yang mendalam dalam cara pandang dan hubungan Anda dengan dunia.


Berikut adalah deskripsi yang lebih mendalam tentang pengalaman dan efek mengamati nafas dalam meditasi hingga ke titik tertinggi:


Pengalaman Mendalam yang Lebih Tinggi lagi Saat Meditasi Mengamati Nafas


Kedalaman Lanjutan


1. **Kesatuan dengan Nafas**

   - **Peleburan dengan Ritme Nafas**: Anda merasakan seolah-olah tidak ada perbedaan antara Anda dan nafas. Setiap nafas terasa sebagai bagian integral dari diri Anda, menciptakan perasaan menyatu dan selaras dengan setiap tarikan dan hembusan nafas.

   - **Sensasi Mengalir**: Nafas terasa mengalir tanpa hambatan. Sensasi aliran ini membawa rasa ketenangan dan kelancaran, seolah-olah seluruh tubuh dan pikiran bergerak bersama ritme nafas.


2. **Kehilangan Kesadaran Diri**

   - **Ego Menghilang**: Identitas pribadi dan ego mulai memudar. Anda tidak lagi merasa sebagai individu yang terpisah, melainkan sebagai bagian dari aliran kesadaran yang lebih besar.

   - **Pengamatan Tanpa Pengamat**: Ada perasaan bahwa pengamatan terjadi tanpa ada pengamat. Nafas diamati oleh kesadaran murni, tanpa ada identifikasi dengan "diri" sebagai pengamat.


3. **Rasa Kedamaian yang Sangat Dalam**

   - **Kedamaian Mendalam**: Perasaan kedamaian ini jauh lebih mendalam daripada sebelumnya. Tidak ada gangguan, ketegangan, atau kecemasan. Anda berada dalam keadaan damai yang tak tergoyahkan.

   - **Ketenangan Tanpa Batas**: Kedamaian ini terasa meluas, tidak terbatas pada tubuh tetapi merembes ke seluruh ruang kesadaran. Ada ketenangan yang meluas ke seluruh lingkungan dan ruang sekitarnya.


Kedalaman Lebih Tinggi


4. **Transendensi Tubuh dan Pikiran**

   - **Melampaui Tubuh Fisik**: Kesadaran mulai melampaui batasan tubuh fisik. Anda mungkin merasakan tubuh menjadi sangat ringan atau bahkan seolah-olah tubuh menghilang sama sekali.

   - **Kebebasan dari Pikiran**: Pikiran menjadi sangat tenang dan hening. Tidak ada pikiran yang muncul, hanya kesadaran murni yang tetap. Anda merasakan kebebasan dari beban pikiran sehari-hari.


5. **Kesadaran yang Meluas**

   - **Ruang Kesadaran**: Kesadaran Anda meluas hingga mencakup ruang yang sangat luas. Ada perasaan bahwa kesadaran Anda tidak lagi terbatas pada tubuh, tetapi mencakup seluruh alam semesta.

   - **Keterhubungan Universal**: Ada perasaan keterhubungan yang mendalam dengan seluruh eksistensi. Anda merasa terhubung dengan setiap makhluk hidup, setiap elemen alam, dan seluruh kosmos.


 Pengalaman Puncak


6. **Keadaan Non-dualitas**

   - **Kesadaran Non-dual**: Anda mencapai keadaan di mana tidak ada lagi dualitas antara subjek dan objek. Tidak ada lagi perbedaan antara pengamat dan yang diamati. Semua adalah satu kesadaran yang tidak terbagi.

   - **Keterhubungan Mutlak**: Anda merasakan keterhubungan mutlak dengan segala sesuatu. Ada perasaan bahwa segala sesuatu adalah manifestasi dari kesadaran yang sama.


7. **Kebahagiaan dan Bliss yang Tak Terbatas**

   - **Kebahagiaan yang Mendalam**: Kebahagiaan yang dirasakan sangat mendalam dan melampaui pengalaman kebahagiaan biasa. Ini adalah kebahagiaan yang datang dari dalam, tanpa tergantung pada kondisi eksternal.

   - **Bliss dan Ekstasi**: Anda mungkin mengalami perasaan bliss dan ekstasi yang sangat intens. Ini bukan bliss fisik, tetapi perasaan kebahagiaan spiritual yang sangat mendalam.


8. **Pencerahan dan Kesadaran Tertinggi**

   - **Wawasan Mendalam**: Anda mendapatkan wawasan mendalam tentang hakikat eksistensi, diri, dan realitas. Ini adalah pemahaman intuitif yang melampaui logika dan analisis rasional.

   - **Kehidupan Tercerahkan**: Anda merasakan keadaan pencerahan di mana ada pemahaman mendalam dan kebijaksanaan yang datang dari pengalaman meditasi. Ini membawa transformasi mendalam dalam cara pandang dan cara hidup Anda.

Sabtu, 20 Juli 2024

 Sang Pengamat: Teknologi Super Canggih dalam Diri Kita

Buddhisme mengajarkan bahwa dalam diri kita sudah terdapat teknologi super canggih untuk memahami segala sesuatu: sang pengamat atau peneliti. Buddha tidak mengajarkan klenik atau hal-hal mistis, melainkan metode yang rasional dan empiris. Buddha hanya menunjukkan cara untuk mengaktifkan dan menggunakan kemampuan alami kita sebagai ilmuwan, tanpa memerlukan alat dari luar.


Teknologi Alami dalam Diri


Sang pengamat ini bisa diibaratkan sebagai teleskop canggih yang mampu melihat hal terkecil dan paling inti dari keberadaan. Seperti halnya Einstein yang menggunakan mikroskop kuantum untuk menemukan titik terkecil dari atom dan menemukan quanta atau energi, sang pengamat dalam diri kita berfungsi untuk melihat hal paling kecil dan paling mendasar dari keberadaan.


 Aktivasi Sang Pengamat


Namun, cara mengaktifkan sang pengamat ini perlu dijelaskan. Seperti kita memiliki mesin canggih, kita membutuhkan buku panduan penggunaannya. Di sinilah peran Buddha. Melalui meditasi ala Buddhisme, kita mengaktifkan kemampuan alami manusia sebagai ilmuwan. Tidak ada kaitannya dengan Tuhan, dewa, atau hal-hal mistis lainnya. Buddhisme tidak membutuhkan kepercayaan atau kepatuhan, melainkan penggunaan kemampuan alami kita sebagai ilmuwan.


Pengamatan Empiris


Dengan mengaktifkan kemampuan ini, kita bisa melihat seluruh keberadaan yang samar atau tidak diketahui. Dengan mengolah sensitivitas dan mengaktifkan sang pengamat yang netral, kita mampu mengamati segala sesuatu secara mendalam. Sang pengamat ini akan menjadi sangat canggih ketika dia berkonsentrasi pada satu objek secara mendalam. Ia mampu melihat alur dan proses terjadinya keberadaan.


Menyaksikan Keberadaan


Mulai dari mengamati pikiran, kita masuk lebih dalam dan mampu mengamati proses pikiran muncul dan berakhir. Dari mana asalnya, apa saja faktor penguat dan penggeraknya, dan apa saja faktor yang bisa mematikannya. Kemudian, tampaklah matriks peraturan alam, adanya hukum sebab-akibat yang bisa dilihat secara langsung. Terlihat bahwa tidak ada sang pencipta tunggal dalam keberadaan.


 Memahami Alam Semesta


Kita bisa mengamati bagaimana nafas bergerak, bagaimana nafsu hidup dan berkembang, serta faktor-faktor penyusun tubuh fisik manusia, dari sel, partikel atom, quark, sampai yang lebih kecil lagi seperti partikel Tuhan(god particle) atau citta. Semua ini bisa dilihat secara langsung melalui proses pengamatan mendalam tanpa penilaian.


Ehipassiko: Datang dan Saksikan


Oleh karena itu, Buddha menyuruh kita untuk melakukan **ehipassiko** (datang dan saksikanlah). Melalui proses pengamatan secara terkonsentrasi, mendalam, dan terus-menerus, kita bisa mengetahui semuanya secara empiris. Tidak ada doa, nyanyian, atau keyakinan yang diperlukan. Kita hanya perlu menjadi ilmuwan untuk meningkatkan kemampuan teleskop kita dan menyaksikan dengan penuh perhatian.


 Melihat Proses Alam


Dengan landasan ini, kita bisa menyaksikan semua proses: proses berpikir, proses merasa, gerakan tubuh, tumbuhnya rumput, muncul dan lenyapnya api, dan lain-lain. Semakin dalam pengamatan, semakin banyak yang bisa diketahui, termasuk tentang masa lalu dan masa depan. Kita bisa mengetahui dari mana asal kita dan ke mana kita akan pergi.

Jumat, 19 Juli 2024

WAHDATUS SUHUD DAN WAHDATUL WUJUD

 WAHDATUS SUHUD DAN WAHDATUL WUJUD

Zikir dalam Sufisme adalah praktik spiritual yang sangat penting untuk mencapai ketenangan batin dan pembersihan jiwa. Meskipun zikir efektif dalam membawa seseorang ke keadaan nafsul muthmainnah (jiwa yang tenang), ia tidak serta-merta mengantarkan pada pertemuan langsung dengan Tuhan atau pembebasan mutlak.


**Fungsi Zikir dalam Sufisme**


Zikir adalah pengulangan nama-nama Tuhan, frasa, atau doa yang bertujuan untuk:


1. **Konsentrasi dan Fokus**: Mengarahkan perhatian sepenuhnya kepada Tuhan, meningkatkan kedekatan spiritual.

2. **Pembersihan Batin**: Membantu dalam mencapai keadaan batin yang tenang dan bersih dari gangguan, yang dikenal sebagai **nafsul muthmainnah**.

3. **Pencapaian Ketenangan**: Membawa ketenangan batin dan mengurangi kekacauan mental.


**Keterbatasan Zikir**


Meskipun zikir dapat mencapai ketenangan batin dan pembersihan jiwa, ia tidak langsung menghasilkan pertemuan dengan Tuhan atau pembebasan mutlak. Zikir adalah tahap penting dalam proses spiritual, tetapi tidak mencakup keseluruhan pengalaman spiritual yang lebih mendalam.


**Langkah Selanjutnya: Mencapai Pembebasan Penuh**


Setelah seseorang mencapai kejernihan batin melalui zikir, yang sering kali disebut sebagai **Wahdatus Syuhud** (kesatuan kesaksian atau pengamatan terhadap kehadiran Tuhan), langkah selanjutnya adalah melanjutkan perjalanan spiritual untuk mencapai **kamil mukammil** atau pembebasan penuh. Ini melibatkan praktek **Billah**, yaitu kesadaran penuh bahwa seluruh gerak lahir dan batin adalah manifestasi dari gerak Tuhan, yang dalam konsep Sufisme disebut **Wahdatul Wujud** (kesatuan eksistensi).


**Dalil dari Al-Qur'an**


Dalam Al-Qur'an, terdapat ayat yang menunjukkan bahwa hanya jiwa yang tenang dan mencapai tahap pencerahan yang dapat mendekati Tuhan secara penuh:


> **"يَا أَيَّتُهَا النَّفْسُ الْمُطْمَئِنَّةُ، ارْجِعِي إِلَى رَبِّكِ رَاضِيَةً مَرْضِيَّةً"**  

> (Qur'an, Surah Al-Fajr, 89:27-28)


**Terjemahan:**

> "Wahai jiwa yang tenang, kembalilah kepada Tuhanmu dengan ridha dan diridhai."


Zikir adalah alat penting dalam mencapai ketenangan batin dan pembersihan jiwa. Namun, untuk mencapai pembebasan mutlak dan pertemuan langsung dengan Tuhan, seseorang harus melanjutkan perjalanan spiritual melampaui zikir. Ini melibatkan praktek **Billah**, atau kesadaran penuh akan bahwa segala gerak lahir dan batin adalah bagian dari kehendak Tuhan, yang dikenal sebagai **Wahdatul Wujud**. Melalui proses ini, seseorang dapat mencapai pencerahan yang lebih tinggi dan makrifat kamil mukammil.

Keutamaan Meditasi pada Waktu yang Sama dan Tempat Khusus

 Keutamaan Meditasi pada Waktu yang Sama dan Tempat Khusus


**Pentingnya Konsistensi Waktu**

Melakukan meditasi pada waktu yang sama setiap hari sangat dianjurkan. Konsistensi waktu ini membantu tubuh dan pikiran terbiasa, sehingga proses meditasi menjadi lebih efektif.


**Manfaat Tempat Khusus**

Melakukan meditasi di tempat yang khusus dapat membantu mengumpulkan energi di satu ruangan. Energi yang terkumpul akan memberikan dampak positif pada kualitas meditasi.


Kamar Khusus untuk Meditasi dan Sembahyang


**Keuntungan Kamar Khusus**

Memiliki kamar khusus yang digunakan hanya untuk meditasi dan bersembahyang sangat bermanfaat. Kamar ini menjadi ruang sakral yang membantu Anda lebih fokus dan tenang.


**Alternatif Tanpa Kamar Khusus**

Meskipun tidak wajib, jika tidak memiliki kamar khusus, Anda bisa melakukan meditasi di kamar tidur. Pastikan kamar tidur tetap dalam keadaan bersih dan nyaman untuk mendukung suasana meditasi.


 Meditasi di Luar Rumah


**Pilihan Meditasi di Luar**

Jika tidak memiliki ruang khusus di dalam rumah, meditasi di luar rumah seperti di halaman yang tidak tertutup atap juga merupakan pilihan yang baik. Energi di luar rumah lebih murni dan dapat membantu Anda merasa lebih terhubung dengan alam.


Contoh Orang-Orang yang Tercerahkan melalui Meditasi di Luar Ruangan


**Siddhartha Gautama (Buddha)**

Siddhartha Gautama mencapai pencerahan di bawah pohon Bodhi, sebuah pohon di alam terbuka. Lokasi ini kemudian menjadi tempat suci yang dikenal sebagai Bodh Gaya di India.


**Musa (Moses)**

Nabi Musa menerima wahyu di Gunung Sinai, sebuah lokasi di alam terbuka yang terisolasi. Meditasinya di gunung ini mempertemukannya dengan Tuhan.


**Isa (Yesus Kristus)**

Yesus sering bermeditasi dan berdoa di tempat-tempat terbuka seperti padang gurun dan taman Getsemani. Pengalaman-pengalaman ini memperkuat hubungannya dengan Tuhan.


**Muhammad**

Nabi Muhammad sering merenung di gua Hira di luar kota Mekkah. Di tempat ini, ia menerima wahyu pertama dari Malaikat Jibril yang kemudian menjadi dasar ajaran Islam.


**Laozi (Lao Tzu)**

Laozi, filsuf Tiongkok yang menulis "Tao Te Ching", dikenal bermeditasi di alam terbuka, mencari keharmonisan dengan alam dan menemukan kebijaksanaan dari lingkungan sekitar.


Para tokoh ini hampir tidak ada yang tercerahkan di tempat ibadah misalnya masjid sinagong gereja wihara dan kuil.justru mereka tercerahkan di bawah pohon.di gua gua.di gunung gunung dan alam terbuka lainnya.


Info kelas meditasi: wa 085848355117

KENAPA VIPASSANA TIDAK BERKEMBANG

 KENAPA VIPASSANA TIDAK BERKEMBANG?

Vipassana dan Samatha adalah dua jenis meditasi dalam tradisi Buddhis yang sering kali saling melengkapi. Vipassana adalah meditasi wawasan yang berfokus pada pemahaman mendalam tentang sifat sebenarnya dari realitas, sedangkan Samatha adalah meditasi konsentrasi yang bertujuan untuk menenangkan dan memusatkan pikiran.


Salah satu alasan mengapa Vipassana mungkin tidak berkembang dengan baik dan meditator masih bisa tertarik dengan emosi adalah kurangnya latihan Samatha Bhavana. Meditasi Samatha membantu mengembangkan kemampuan untuk memusatkan pikiran dan mencapai ketenangan batin. Dengan pikiran yang tenang dan terkonsentrasi, seorang meditator akan lebih mampu mengamati pengalaman mereka dengan jernih dan tanpa bias, yang merupakan inti dari latihan Vipassana.


Ketika seseorang tidak melatih Samatha, pikiran mereka mungkin tetap gelisah dan tidak stabil. Dalam keadaan pikiran yang gelisah, meditator akan kesulitan untuk mengamati pengalaman mereka dengan jernih. Pikiran yang tidak tenang mudah terpengaruh oleh emosi seperti kegelisahan, kemarahan, atau kesedihan. Hal ini dapat menghambat perkembangan wawasan mendalam yang menjadi tujuan dari meditasi Vipassana.


Selain itu, tanpa kemampuan untuk memusatkan pikiran yang dikembangkan melalui Samatha, meditator mungkin akan merasa kewalahan oleh aliran pikiran dan emosi yang terus-menerus. Ini dapat menyebabkan frustrasi dan bahkan mungkin membuat seseorang menyerah pada praktik meditasi.


Latihan Samatha Bhavana memungkinkan pikiran untuk mencapai tingkat ketenangan dan kedalaman yang lebih tinggi. Dengan ketenangan ini, meditator dapat mengamati sensasi, pikiran, dan emosi dengan lebih jernih dan tanpa keterikatan. Ini adalah kondisi yang ideal untuk mengembangkan wawasan melalui Vipassana.


Oleh karena itu, kombinasi antara Samatha dan Vipassana dianggap sangat efektif dalam praktik meditasi. Samatha memberikan dasar ketenangan dan konsentrasi yang kuat, sementara Vipassana memungkinkan meditator untuk mengembangkan wawasan mendalam tentang sifat sejati dari realitas dan diri mereka sendiri.

KENAPA AJARAN BUDHA DISEBUT AJARAN JALAN TENGAH

 KENAPA AJARAN BUDHA DISEBUT AJARAN JALAN TENGAH

Ajaran Buddha sering disebut sebagai "Jalan Tengah" atau "Majjhima Patipada" dalam bahasa Pali. Konsep ini diperkenalkan oleh Siddhartha Gautama, sang Buddha, sebagai cara hidup yang menghindari dua ekstrem. 


Dua Ekstrem

Sebelum mencapai pencerahan, Buddha menjalani berbagai praktik yang mencakup kehidupan dalam kemewahan dan kemudian hidup sebagai seorang pertapa yang sangat asketis. Dia menemukan bahwa kedua pendekatan ini tidak membawa kebahagiaan sejati atau pemahaman yang mendalam.


1. **Hedonisme**: Kehidupan dalam kemewahan dan pemuasan indera, yang dianggap membawa kesenangan tetapi tidak menghasilkan kebijaksanaan atau pembebasan dari penderitaan.


2. **Asketisme Ekstrem**: Praktik penyiksaan diri dan penolakan terhadap kebutuhan dasar tubuh, yang dianggap membawa penderitaan tetapi tidak membawa pencerahan atau kebebasan sejati.


Kehidupan Awal

Siddhartha Gautama lahir sebagai pangeran dan menjalani kehidupan mewah di istana. Saat melihat penderitaan di luar istana, ia memutuskan untuk mencari cara mengatasi penderitaan.


 Pencarian Melalui Asketisme

Siddhartha meninggalkan kehidupan istana dan menjalani praktik asketisme yang sangat ketat selama enam tahun, tetapi tidak menemukan pencerahan.


 Penemuan Jalan Tengah

Menyadari bahwa penyiksaan diri tidak efektif, Siddhartha mulai mencari keseimbangan. Pada suatu saat, ia mendengar seorang pemetik senar gitar yang sedang menyetel instrumennya. Pemetik senar itu menjelaskan bahwa jika senar terlalu kencang,(asketisme) akan putus, dan jika terlalu kendur,(hedonisme) tidak akan menghasilkan suara yang baik. Siddhartha menyadari bahwa kebenaran yang sama berlaku dalam praktik spiritual: harus ada keseimbangan antara kemewahan dan penyiksaan diri.


Meditasi di Bawah Pohon Bodhi

Setelah mendengar pemetik senar, Siddhartha duduk di bawah pohon Bodhi dan bermeditasi hingga mencapai pencerahan, menjadi Buddha.


Ajaran Jalan Tengah

Buddha mengajarkan Jalan Tengah yang menghindari dua ekstrem, dirumuskan dalam Empat Kebenaran Mulia dan Jalan Mulia Berunsur Delapan, sebagai cara mencapai kebebasan dari penderitaan.


 Empat Kebenaran Mulia dan Jalan Mulia Berunsur Delapan

Jalan Tengah ini terwujud dalam ajaran Buddha tentang Empat Kebenaran Mulia dan Jalan Mulia Berunsur Delapan:


1. **Empat Kebenaran Mulia**:

   - Kebenaran tentang Dukkha (penderitaan)

   - Kebenaran tentang Asal Mula Dukkha (keinginan)

   - Kebenaran tentang Akhir dari Dukkha (Nirvana)

   - Kebenaran tentang Jalan Menuju Akhir dari Dukkha (Jalan Mulia Berunsur Delapan)


2. **Jalan Mulia Berunsur Delapan**:

   - Pandangan Benar

   - Niat Benar

   - Ucapan Benar

   - Tindakan Benar

   - Penghidupan Benar

   - Usaha Benar

   - Perhatian Benar

   - Konsentrasi Benar


Ingin belajar meditasi

Wa 085848355117