Jumat, 06 Desember 2024

PAK SONHAJI SETELAH DIBERI GRATIS UMROH DAN UANG RATUSAN JUTA,SEKARANG GRATIS MOTOR

 PAK SONHAJI SETELAH DIBERI GRATIS UMROH DAN UANG RATUSAN JUTA,SEKARANG GRATIS MOTOR


Dalam perjalanan hidup, kisah Pak Son Heji, seorang penjual es keliling (ST), menjadi pelajaran luar biasa tentang kekuatan manifestasi dan kesadaran. Awalnya, beliau hanya seorang bakul kecil yang sempat mendapatkan komentar negatif dari Gus Miftah. Namun, apa yang terjadi setelah itu adalah bukti nyata bahwa hidup dapat berubah secara drastis, bahkan dari titik terendah sekalipun.


Setelah peristiwa  tersebut, bantuan mulai mengalir deras. Mulai dari uang Rp100 juta,400 JUTA,, hadiah Rp10 juta, hingga keberkahan lain seperti perjalanan umroh gratis. Yang terbaru, beliau menerima motor baru dari Boss John LBF, sebuah simbol penghargaan atas perjuangan hidupnya. Fenomena ini memperlihatkan bagaimana satu keberhasilan awal dapat membuka pintu-pintu rezeki yang lebih besar dan lebih cepat datangnya.


Pelajaran dari Kelas SABDA: Manifestasi dan Kesadaran Murni


Kisah Pak Son Haji adalah gambaran sempurna dari apa yang diajarkan dalam Kelas SABDA. Dalam kelas ini, peserta diajarkan untuk menggabungkan dua kekuatan besar: ilmu kesadaran murni dan ilmu manifestasi.


1. Kesadaran Murni:

Peserta dilatih untuk mencapai state of being di mana mereka sadar sepenuhnya akan jati diri mereka. Kesadaran ini membantu seseorang mengenali kekuatan internal mereka dan melepaskan hambatan yang berasal dari pikiran atau emosi negatif. Dengan demikian, mereka hidup dalam kehadiran murni, tidak terjebak oleh masa lalu atau kekhawatiran masa depan.



2. Ilmu Manifestasi:

Setelah menemukan jati diri dan ketenangan pikiran, peserta belajar bagaimana menciptakan realitas mereka melalui niat yang jelas. Sama seperti Pak Son Heji yang manifestasinya terus berkembang, para peserta Kelas SABDA diajarkan cara menyalurkan energi mereka untuk mewujudkan apa pun yang mereka inginkan, baik itu dalam keuangan, kesehatan, hubungan, atau kedamaian batin.




Kunci Kesuksesan: Pengalaman Pertama Manifestasi


Pengalaman pertama sukses dalam manifestasi adalah titik penting. Ketika seseorang berhasil mewujudkan sesuatu untuk pertama kalinya, kepercayaan diri dan energinya meningkat secara eksponensial. Ini membuat proses manifestasi berikutnya menjadi lebih mudah dan lebih cepat. Sama seperti aliran rezeki yang dialami oleh Pak Son Heji, hal yang awalnya terlihat mustahil menjadi kenyataan secara beruntun.


Mengapa Kelas SABDA Begitu Berbeda?


Kelas SABDA tidak hanya berfokus pada satu aspek kehidupan, melainkan memadukan kesadaran dan manifestasi menjadi satu kesatuan utuh. Dengan metode sederhana yang memungkinkan perubahan cepat, seperti download aplikasi, peserta mampu:


Menghapus blok mental dan emosional.


Menemukan ketenangan dan jati diri sejati.


Menciptakan realitas yang sesuai dengan keinginan mereka.



Kisah Pak Son Heji hanyalah satu contoh kecil dari keajaiban yang bisa dicapai melalui gabungan ilmu kesadaran dan manifestasi. Kelas SABDA membuka pintu bagi siapa saja yang ingin mewujudkan impian mereka dan hidup dalam harmoni total.


Bagi Anda yang ingin mengalami keajaiban serupa, saatnya menjadikan kesadaran dan manifestasi sebagai bagian dari hidup Anda. Seperti Pak Son Heji, langkah kecil Anda hari ini bisa menjadi awal dari aliran keberuntungan yang tak terputus.




Kamis, 05 Desember 2024

MENGENDALIKAN PIKIRAN

 Mengendalikan Pikiran dengan KELAS SABDA: Solusi Sederhana dan Cepat


Pikiran, seperti remote control, sering sulit dikendalikan, bahkan oleh mereka yang bertahun-tahun mempelajari hukum tarik-menarik. SABDA, metode yang lahir dari perenungan mendalam tanpa panduan buku atau guru, menawarkan pendekatan revolusioner untuk mengondisikan pikiran dan perasaan dengan cepat dan mudah.


Konsep SABDA


1. Unduh: Untuk menciptakan kondisi pikiran atau emosi tertentu, cukup "download" perasaan yang diinginkan—cepat dan sederhana seperti mengunduh aplikasi.



2. Hapus: Ketika keheningan diperlukan, cukup matikan atau hapus "igornya," dan ketenangan langsung tercapai.



3. Wujudkan: Untuk manifestasi keinginan, cukup "unduh" apa yang ingin diwujudkan ke dalam realitas.




Keunggulan SABDA


Instan: Tidak membutuhkan waktu panjang atau metode kompleks.


Mudah: Siap digunakan siapa saja tanpa pengalaman sebelumnya.


Efektif: Menghadirkan ketenangan dan kemampuan mewujudkan dengan efisiensi tinggi.



SABDA menjadikan kendali atas pikiran dan realitas sesederhana klik tombol, memungkinkan Anda hidup dengan lebih damai dan penuh daya cipta.

APA SIH FLOW STATE ITU?

 The Flow atau flow state adalah kondisi mental optimal di mana seseorang begitu terfokus dan tenggelam dalam suatu aktivitas sehingga segala hal di sekitarnya seakan menghilang. Konsep ini diperkenalkan oleh psikolog Mihaly Csikszentmihalyi dalam bukunya "Flow: The Psychology of Optimal Experience."


Dalam flow state, seseorang merasa:


1. Sangat Fokus: Tidak ada gangguan, perhatian sepenuhnya terpusat pada tugas.



2. Kehilangan Kesadaran Waktu: Waktu terasa berjalan lebih cepat atau bahkan berhenti.



3. Efisiensi Tinggi: Segala sesuatu terasa "mudah" dan mengalir tanpa hambatan.



4. Kepuasan Mendalam: Aktivitas itu sendiri menjadi sumber kebahagiaan, bukan hasil akhirnya.



5. Hilangnya Kesadaran Diri: Ego memudar, dan seseorang benar-benar tenggelam dalam apa yang mereka lakukan.




Ciri-Ciri Kondisi Flow


Flow terjadi ketika:


Tantangan aktivitas dan kemampuan pribadi seimbang: Tidak terlalu sulit sehingga membuat frustrasi, tapi juga tidak terlalu mudah sehingga membosankan.


Tujuan jelas: Seseorang memahami apa yang ingin dicapai.


Umpan balik langsung: Progres atau hasil dapat langsung terlihat, memberi motivasi.



Contoh Flow dalam Kehidupan


1. Olahraga: Atlet sering mengalami flow saat sedang bermain atau bertanding, di mana mereka merasa "satu" dengan gerakan mereka.



2. Seni: Pelukis, musisi, atau penulis sering tenggelam dalam proses kreatif hingga lupa waktu.



3. Pekerjaan: Saat menyelesaikan tugas yang menarik dan menantang, seseorang dapat merasa produktif tanpa terganggu.



4. Meditasi atau Yoga: Ketika seseorang benar-benar hadir dalam momen tersebut, mereka masuk dalam flow.




Manfaat Flow


Meningkatkan produktivitas: Seseorang bekerja lebih cepat dan efisien.


Memperbaiki kualitas hasil: Fokus tinggi meningkatkan kreativitas dan presisi.


Kebahagiaan: Flow memberikan rasa puas dan kebahagiaan intrinsik.


Pengembangan diri: Flow mendorong seseorang untuk terus tumbuh karena selalu mencari keseimbangan antara tantangan dan kemampuan.



Cara Mencapai Flow


1. Pilih aktivitas yang menantang tetapi realistis: Temukan aktivitas yang sedikit di atas tingkat kemampuan Anda.



2. Tetapkan tujuan yang jelas: Miliki target spesifik agar Anda tahu ke mana arah fokus Anda.



3. Minimalkan gangguan: Singkirkan hal-hal yang dapat mengganggu konsentrasi.



4. Latihan konsistensi: Semakin sering Anda terlibat dalam aktivitas yang memungkinkan flow, semakin mudah mencapainya.



5. Hadir sepenuhnya dalam momen: Hindari multitasking, dan nikmati prosesnya.




Flow adalah salah satu kekuatan manusia yang luar biasa karena membawa seseorang ke puncak potensi mereka. Apakah Anda pernah mengalami flow? Jika ya, dalam aktivitas apa?


Di kelas sabda anda akan mengalami kondisi tersebut tanpa usaha dari anda

Rabu, 13 November 2024

 KUNCI HIDUP

Pikiran adalah salah satu faktor yang paling kuat dalam membentuk kehidupan manusia, karena pikiran adalah kendali atas takdir kita. Buddha pernah mengatakan, “What you think, you become. What you feel, you attract. What you imagine, you create.”


Terjemahannya: "Apa yang kau pikirkan, itulah yang kau wujudkan. Apa yang kau rasakan, itulah yang kau tarik. Apa yang kau bayangkan, itulah yang kau ciptakan."


Apa yang kita alami dalam hidup bukan hanya hasil dari tindakan, tetapi juga dari apa yang kita simpan dalam pikiran. Pikiran memiliki daya tarik, seolah menjadi magnet yang menarik berbagai pengalaman sesuai dengan keyakinan kita. Meskipun banyak orang menyadari kekuatan ini, mengubah isi pikiran bukan hal yang mudah. Ada yang dinamakan "mental blok," suatu kondisi di mana pikiran lama bertahan dan melawan setiap perubahan yang diupayakan. Hal ini menjelaskan kenapa seseorang sulit melepaskan kebiasaan buruk, mengubah pola pikir kemiskinan menjadi kelimpahan, dan mencapai perubahan-perubahan besar lainnya.


Menghentikan, menghapus, mengubah, atau mengganti pikiran memang bukan perkara sederhana.


Namun, di kelas Sabda 2, Anda tidak perlu terjebak dalam pertempuran dengan pikiran atau melawan mental blok. Untuk mencapai tujuan, Anda tidak perlu memaksakan perubahan yang berat pada diri sendiri.


Bagaimana bisa, tanpa usaha? Karena yang diperlukan hanyalah pemahaman. Ketika kita sepenuhnya mengerti akar dari apa yang kita alami, kita mendapati bahwa usaha keras tidak lagi diperlukan untuk mencapai apa yang kita inginkan.


Tanpa meditasi, tanpa visualisasi, tanpa afirmasi, tanpa bertarung melawan mental blok, tanpa mengendalikan energi, dan tanpa berfokus secara berlebihan. Dengan membiarkan segalanya berjalan secara alami, Anda akan menyaksikan bagaimana hidup mengalir dengan indah, tanpa perlu intervensi dari diri Anda.


Kelas Sabda 2 ini adalah solusi yang komprehensif dan mendalam untuk setiap tantangan dalam hidup Anda, baik itu terkait dengan kesejahteraan material maupun pertumbuhan spiritual.

Wa 085848355117

Kelas online biaya Rp.1000.000

Dan privat biaya Rp.10.000.000

Rabu, 25 September 2024

 JANGAN MENARUH UANG DI PIKIRAN DAN HATI ANDA,TARUHLAH DI DOMPET ATAU ATM

Sebagai makhluk cahaya, kita turun ke bumi dengan satu tujuan: merasakan kehidupan fisik dengan segala kenikmatan indrawi yang ditawarkannya. Makanan, seks, prestise, dan penghargaan sering menjadi pusat perhatian kita, memberi ilusi kebahagiaan yang tampak abadi. Namun, tanpa disadari, kita sering terjebak dalam perburuan tak berujung, terikat oleh keinginan untuk terus mengulang pengalaman tersebut.


Keinginan yang tidak terkendali ini adalah jebakan. Hal-hal duniawi yang kita anggap sebagai sumber kebahagiaan hanyalah sementara, tetapi dorongan untuk terus mengejarnya membuat kita terlena, menjadikan hidup sebagai siklus perburuan tanpa akhir. Ketika kita membiarkan kenikmatan-kenikmatan ini mengendalikan kita, kita menjadi terikat pada elemen-elemen bumi—keinginan yang membentuk rantai tak terlihat di sekitar kesadaran kita. Kenikmatan fisik dan duniawi bukanlah hal buruk, tetapi ketika kita kehilangan kendali dan membiarkan mereka mendikte hidup kita, kita mulai kehilangan jati diri sejati kita.


Spiritualitas Bukanlah Jalan Menuju Kesaktian atau Kekayaan


Namun, perlu dipahami bahwa spiritualitas bukanlah tentang menjadi sakti, kaya, atau hidup senang. Itu adalah ilusi. Spiritualitas adalah jalan menuju kehancuran total dari apa yang kita pikir sebagai “diri.” Segala sesuatu yang bukan esensi sejati kita harus dihancurkan sehancur-hancurnya, hingga kita seperti menjadi debu yang ditiup angin. Kita dipatahkan, dihancurkan, hingga tidak ada lagi ego yang tersisa. Inilah esensi dari spiritualitas—pembebasan dari segala ikatan duniawi, termasuk ide-ide tentang kehebatan, kekayaan, dan kesuksesan.


Spiritualitas adalah tentang membuang, menjatuhkan semua keinginan yang mengikat kita. Oleh karena itu, lepaskan uang dari pikiran Anda. Jangan menaruh uang di dalam pikiran atau hati Anda. Uang adalah bagian dari dunia luar—taruhlah di dompet, ATM, atau di tempat yang seharusnya, tetapi jangan memasukkannya ke dalam pikiran Anda. Hati dan pikiran hanya boleh diisi dengan kebahagiaan, sukacita, perayaan spiritual, dan kesadaran.


Pikiran yang terisi uang dan hal hal duniawi akan sulit menerima pencerahan


Untuk membebaskan diri dari jebakan perburuan duniawi ini, kita perlu mengembangkan kesadaran yang tajam terhadap diri sendiri. Alih-alih memburu kenikmatan secara membabi buta, kita bisa menikmati secukupnya dengan penuh kesadaran, tanpa membiarkan diri terperangkap oleh dorongan-dorongan tersebut. Menikmati dunia ini tidaklah salah, tetapi menikmati tanpa kesadaran adalah jalan menuju perbudakan batin.


Kenikmatan harus dihadapi dengan kesadaran penuh—seperti mengunyah makanan dengan sadar akan rasa, tekstur, dan sensasi tanpa berlebihan. Dalam setiap tindakan, jika kita hadir sepenuhnya, kenikmatan duniawi tetap bisa dirasakan tetapi tidak akan mencengkeram kita. Kita menjadi pengamat dari pengalaman itu, tidak lagi terseret dalam arus ketidaksadaran.


Menjatuhkan Dunia: Jalan Menuju Pembebasan


Untuk benar-benar merdeka, dunia ini harus dijatuhkan dari kesadaran kita. Bukan berarti kita meninggalkan dunia secara fisik, tetapi kita menolak terikat secara emosional dan mental pada ilusi kenikmatan abadi yang ia tawarkan. Dalam setiap hal yang kita lakukan, kita harus sadar bahwa dunia ini tidaklah abadi. Dengan mengingat ketidakkekalan ini, kita lebih mudah melepaskan keinginan untuk terus berburu dan memiliki.


Menjatuhkan dunia adalah tindakan pemberontakan batin terhadap rantai-rantai yang dibentuk oleh keinginan kita sendiri. Ketika dunia jatuh, rantai pun putus. Kita tidak lagi terjebak dalam perburuan, melainkan hidup dalam kebebasan batin yang sejati—kenikmatan bukanlah tujuan utama, tetapi sebuah pengalaman yang dapat diterima dan dilepaskan dengan mudah.


Sebagai makhluk cahaya, kita memang datang ke bumi untuk merasakan kenikmatan fisik, tetapi jangan biarkan itu merantai kita. Kenikmatan duniawi bukanlah hal yang perlu dihindari, melainkan perlu dinikmati dengan bijak dan penuh kesadaran. Jangan terjebak dalam ilusi bahwa hal-hal ini abadi. Nikmati secukupnya, sadarilah keberadaannya, dan ketika saatnya tiba, lepaskanlah dunia ini.


Yang lebih penting, jangan biarkan duniawi, terutama uang, menguasai pikiran dan hati Anda. Tempatkan uang di luar diri Anda—di dompet, ATM, atau di mana pun, tetapi jangan masukkan ke dalam pikiran. Hati dan pikiran Anda seharusnya diisi hanya dengan kebahagiaan sejati, kesadaran, dan perayaan spiritual. Karena, hanya dengan menjatuhkan dunia dan melepaskan segala ilusi, kita bisa benar-benar bebas.

Minggu, 22 September 2024

 BERTINDAK TIDAK SELALU MENYELESAIKAN SOLUSI

Bertindak kadang juga bikin nambah masalah.karna tindakan biasanya di dasari dan diambil dari otak Reptil.

Tindakan ngawur karena dorongan ketakutan keterpaksaan dan kehawatiran atau tindakan dari keinginan dan ambisi.


Kadang kadang TIDAK MELAKUKAN APA APA  justru menyelamatkan dari masalah yang lebih besar.


Pengalaman nyata pernah bertindak karna dorongan rasa takut dan kehawatiran sampai pada ahirnya terpaksa mengambil tindakan yang seharusnya tidak dilakukan tapi terpaksa dilakukan karena terdesak kondisi.

Hingga pada satu titik dimana TIDAK BISA LAGI MELAKUKAN TINDAKAN KARENA TIDAK ADA JALAN LAGI.dengan terpaksa BERHENTI BERTINDAK   Dan Allohumma mboh.pasrah.tetapi ternyata pasrah atau tidak berbuat apa apa tidak buruk hasilnya.ternyata setelah  tanpa melakukan apa apa dan tenang,masalah yang di bayangkan tidak terjadi.semua baik baik saja tanpa perlu usaha apa apa.


Ahirnya tertawa sendiri.ternyata cuman begitu permainannya.batin sambil ngucap WASHUU.kalo tau begini ngapain kemaren GEDEBUKAN Nyari cara usaha sana sini alah mbelgedes.


Ternyata hanya MATRIX yang tidak semenakutkan apa yg pikiran gambarkan.sebenarnya masalah itu akan berahir dengan sendirinya tanpa perlu di cari jalannya.saat ia datang dia tetap datang dan saat ia pergi ia pergi.usaha yang dulu saya usahakan ternyata tidak pernah menjawab permasalahan.justru masalah selesai tanpa usaha.jadi usaha usaha tersebut tidak berguna dan hanya membuat kacau saja.


Hal ini pun kemudian saya gunakan untuk cek orang lain.disaat punya masalah saya mengamati dari jauh.saat dia berusaha mengatur hidupnya dengan berbagai cara pada ahirnya justru menambah masalahnya.tapi saya diam saja mengamati dan tetap konsisten TIDAK MELAKUKAN APA APA.Dia ribut bikin bisnis ini itu saya cuma diam.karena dia akan tau sendiri lewat waktu.dan benar,sekarang orang  tersebut sudah tidak melakukan apa apa dan lucunya dia cuma bikin usaha kecil kecilan dan jalan.padahal dulu ngoyo perhitungan matang modal jumbo dan lain lain.yang pada ahirnya BERANTAKAN.


Setelah MENEP PIKIRANE,Tenang anteng,sentuhan sentuhan kecil yg di lakukannya tanpa perencanaan dan ambisi, justru pelan pelan tumbuh baik.

Jumat, 20 September 2024

 AMBISI ELON MUSK MENGHAPUS BAHASA UNTUK INTERAKSI BERALIH KE TELEPATI

Elon Musk memiliki ambisi besar dengan perusahaan Starlink, yang awalnya bertujuan untuk mengatasi penyakit seperti Alzheimer dan stroke. Dengan teknologi implant otak yang dikembangkan, diharapkan kerja otak dapat terbantu, sehingga banyak penyakit berbahaya dapat diatasi. Teknologi ini telah terbukti berhasil di laboratorium. Namun, ambisi Elon Musk tidak berhenti di sana. Ia ingin melangkah lebih jauh, dengan cita-cita yang lebih luar biasa: menghapus bahasa manusia dan menggantinya dengan komunikasi berbasis getaran, frekuensi, atau yang disebut telepati.


Alasannya cukup masuk akal. Bahasa sering kali mempersempit informasi. Banyak kesalahpahaman terjadi karena kendala bahasa. Dalam masyarakat dan di media sosial, sering kali kita tidak bermaksud menyinggung orang lain, tetapi kata-kata kita dapat dengan mudah disalahartikan. Akibatnya, orang bisa tersinggung, marah, atau merasa dibenci, meskipun niat kita sebenarnya berbeda. Bahasa, dalam hal ini, menjadi penghalang bagi frekuensi sejati yang kita pancarkan. Orang hanya menangkap kata-kata, bukan energi atau niat di baliknya, yang pada akhirnya menciptakan potensi miskomunikasi yang tajam.


Inilah yang ingin diubah oleh Elon Musk. Ia berpendapat bahwa kata-kata atau bahasa menciptakan bias. Untuk menghilangkan bias ini, ia ingin manusia kembali ke bentuk komunikasi yang lebih alami, tanpa menggunakan kata-kata. Elon Musk membayangkan manusia dapat berkomunikasi melalui gelombang, frekuensi, atau telepati, seperti makhluk di dimensi gaib yang juga tidak menggunakan bahasa. Mereka berkomunikasi secara telepatik, menggunakan frekuensi dan getaran. Di alam gaib tertentu, tidak ada nama atau identitas. Mereka tidak tahu nama satu sama lain, karena identitas pribadi tidak penting. Mereka berinteraksi tanpa batasan identitas, dan komunikasi mereka menjadi satu kesatuan, tidak terdistorsi oleh kepribadian atau bahasa.


Dengan telepati dan frekuensi, maksud kita bisa disampaikan secara penuh dan sempurna, tanpa bias atau kesalahpahaman. Inilah yang ingin dikembangkan oleh Elon Musk. Di sisi lain, konsep serupa sebenarnya sudah diterapkan dalam Buddhisme oleh beberapa guru besar. Misalnya, ada seorang guru Buddha yang mengajar dengan menghadap ke tembok, bukan ke muridnya. Ia tidak ingin terpengaruh oleh kehadiran personal murid-muridnya. Dengan tidak melihat murid secara langsung, ia bisa menghindari bias atau distorsi yang mungkin timbul dari interaksi personal, termasuk prasangka atau emosi masa lalu, baik positif maupun negatif.


Interaksi guru ini berbasis getaran atau frekuensi, bukan pada identitas pribadi. Ini memungkinkan komunikasi yang lebih murni dan tidak terdistorsi. Hal ini juga terjadi dalam konteks modern, termasuk di media sosial. Beberapa orang, termasuk saya, memilih untuk tidak terlalu memperhatikan siapa yang berkomentar atau belajar dengan saya. Mengapa? Karena dengan mengetahui identitas seseorang, jawaban kita bisa terpengaruh oleh bias pribadi, entah karena kita menyukai atau tidak menyukai orang tersebut.


Oleh karena itu, cara terbaik untuk menjaga kemurnian interaksi adalah dengan fokus pada frekuensi dan getaran yang ditangkap, bukan pada identitas atau kepribadian seseorang. Saya membaca frekuensi Anda saat ini, dan Anda membaca frekuensi saya saat ini,lupakan saya sebagai siapa. Dengan cara ini, kita bisa berinteraksi di tingkatan yang lebih murni, bebas dari bias personal.


Tujuan ini sejalan dengan visi Elon Musk, dan kita sebenarnya sudah bisa mulai melakukannya sekarang.

 Ciri-Ciri Warid atau Gerakan Murni Ilahi


Warid, atau ilham yang datang dari sumber ilahi, memiliki ciri khas yang membedakannya dari pikiran atau dorongan emosional biasa. Berikut adalah beberapa ciri-ciri utama yang bisa dikenali:


1. Halus dan Tenang

Warid datang tanpa tekanan atau dorongan kuat. Rasanya mengalir dengan lembut, tanpa disertai emosi yang berlebihan, seperti amarah, ketakutan, atau kebahagiaan ekstrem.

Sehingga tidak ada emosi Ragu atau yakin,dorongannya seperti tidak ada dorongan sama sekali.seperti terjadi begitu saja KLIK tetapi tidak ada batin yang mendorongnya.


2. Tanpa Keinginan atau Kepentingan Pribadi

Ilham murni tidak diwarnai oleh ego atau kebutuhan pribadi. Pesan yang datang terasa netral, tidak dalam tema menguntungkan atau merugikan seseorang secara pribadi.


3. Jelas Tapi Sederhana

Pesan ilahi biasanya singkat dan langsung, tanpa kerumitan. Seperti dorongan untuk melakukan sesuatu yang baik tanpa memikirkan imbalan.


4. Meninggalkan Rasa Damai

Setelah menerima warid, biasanya muncul perasaan damai dan ringan. Tidak ada kecemasan atau keraguan yang menyusul.hampir seperti kosong dari emosi perasaan dan pikiran atau kata lainnya tidak ada apa apa.


Jadi Warid biasanya datang tanpa didahului oleh pikiran yang aktif atau proses berpikir yang panjang. Ini muncul secara tiba-tiba,saat tidak berpikir. seperti sebuah inspirasi atau dorongan yang murni, tanpa melalui analisis atau pertimbangan logis. Seolah-olah pesan tersebut muncul dari kedalaman batin atau dari luar kesadaran sehari-hari, tanpa dipengaruhi oleh keinginan atau pemikiran yang biasa.


Contohnya, saat sedang diam tanpa memikirkan apapun, tiba-tiba muncul dorongan untuk melakukan sesuatu yang baik, atau menyadari kebenaran tertentu. Anda merasa bahwa hal tersebut bukan hasil dari proses berpikir, melainkan sesuatu yang datang begitu saja.


Ketika Anda sedang dalam perjalanan, tiba-tiba muncul dorongan halus untuk membantu seseorang di pinggir jalan yang sedang kesusahan. Tidak ada rasa ingin dipuji atau merasa harus membantu, hanya perasaan tenang untuk menolong. Setelah itu, Anda melanjutkan perjalanan dengan hati yang ringan, tanpa memikirkan tindakan tersebut lebih jauh. Ini adalah salah satu tanda gerakan murni ilahi yang bergerak tanpa embel-embel ego atau dorongan emosi.

 3JENIS KESADARAN

1. Kesadaran Pancaindra: Alat ini adalah penyaksi yang terikat pada alam material atau dunia fisik. Kesadaran ini mencakup persepsi yang berasal dari indera-indera fisik seperti penglihatan, pendengaran, perasaan, penciuman, dan pengecapan. Lingkup penyaksiannya terbatas pada dunia bumi dan materi, sehingga kesadaran ini masih berada dalam siklus ruang dan waktu yang membatasi eksistensi alam fana.


Kesadaran atau sang pengamat ini tidak bisa digunakan untuk melihat dimensi lain.karena kemampuan penyaksiannya terbatas pancaindera saja.jadi untuk bisa menembus alam gaib,perlu mengganti alat penyaksiannya ke fersi 2


2. Kekuatan Batin atau Kasyaf( fersi 2): Ini adalah kemampuan untuk menyaksikan objek-objek yang berada di luar batasan fisik, seperti alam gaib, roh, dewa, alam tumimbal lahir, atau alam neraka. Meskipun kasyaf memungkinkan seseorang untuk melihat lintas dimensi, kesadaran ini masih berada dalam siklus dunia fana karena objek yang disaksikan masih termasuk dalam alam yang terikat oleh ruang dan waktu, meskipun berada di luar dimensi material.orang indigo,orang yang bisa Remot viewing,astral projection,untuk melihat tumimbal lahir,untuk mendengar percakapan mahluk lain,orang orang starsheed.


Kesadaran atau sang pengamat fersi 2 ini tidak bisa digunakan untuk melihat diluar Ruang dan waktu.maka teropongnya atau alatnya perlu di upgrade ke fersi 3


3. Syuhud (Makrifat)sang penyaksi fersi 3: Ini adalah alat penyaksian tertinggi, yang tidak terikat oleh ruang dan waktu. Melalui syuhud, seseorang menyaksikan Allah atau mencapai makrifat, sebuah kesadaran yang melampaui alam fana, baik alam material maupun alam gaib. Syuhud tidak lagi terpengaruh oleh siklus ruang dan waktu, karena ia berada di luar batasan-batasan tersebut. Inilah kesadaran murni yang melampaui semua bentuk fenomena dan pengalaman duniawi.


Kesadaran pada poin 1 dan 2 masih terikat pada siklus ruang dan waktu, sehingga termasuk dalam dunia fana. Sementara kesadaran syuhud berada di luar siklus tersebut, berada dalam ranah ilahi yang tak terbatas.

Kamis, 19 September 2024

 KITA ADALAH CERMINAN WUJUD ILAHI

Bayangkan seorang bernama Brahman berdiri di hadapan seribu cermin. Cermin-cermin itu memiliki bentuk yang berbeda-beda, dan masing-masing diberi nomor dari 1 hingga 1000. Ketika Brahman berdiri di depan cermin-cermin tersebut, dia melihat 1000 refleksi dirinya, namun setiap refleksi tampak berbeda tergantung pada bentuk cermin. Beberapa cermin mungkin cembung, lainnya cekung, atau bahkan berliku-liku, yang memengaruhi cara pantulan Brahman terlihat di dalamnya. Ketika Brahman bergerak, refleksi di dalam cermin juga bergerak, namun setiap refleksi bergerak dengan cara yang berbeda, sesuai dengan bentuk cermin yang memantulkan gambarnya.


Misalnya, jika Brahman mengangkat tangan kanannya, beberapa cermin mungkin menampilkan tangan kirinya yang terangkat, sementara yang lain memutar gerakan tersebut, membuatnya tampak terdistorsi atau terbalik. Meskipun demikian, semua gerakan itu pada dasarnya adalah gerakan Brahman, bukan cerminan di dalam cermin.


Cermin Ke-7: Agung Sucipta


Di antara seribu cermin, cermin nomor 7 diberi nama Agung Sucipta. Setelah diberi nama, refleksi yang muncul dalam cermin itu mulai mengidentifikasi dirinya sebagai "Agung." Dia merasa bahwa dia memiliki eksistensi dan kemampuannya sendiri untuk bergerak. Ketika Brahman mengangkat tangannya, Agung dalam cermin melihat dirinya bergerak, dan berpikir, "Aku sedang bergerak." Dia meyakini bahwa dia adalah individu yang nyata, terpisah dari Brahman, dan bahwa gerakannya adalah hasil dari keinginannya sendiri.


Selama perjalanan waktu, Agung mulai bertanya tentang asal usul dirinya. Dia merasa penasaran, dari mana dirinya berasal, dan apa tujuan eksistensinya. Dia mencari makna tentang siapa dirinya, berpikir bahwa dia adalah individu yang unik dan otonom.


Namun, seiring waktu, pencariannya membawanya pada pemahaman yang lebih mendalam. Setelah merenung lama, Agung mulai menyadari bahwa dirinya tidaklah nyata secara independen. Dia hanyalah refleksi dari Brahman, yang berdiri di luar cermin. Apa yang dia lihat sebagai gerakan dan keberadaannya sendiri hanyalah pantulan dari gerakan Brahman. Agung mulai memahami bahwa dia bukanlah entitas terpisah; dia adalah bagian dari Brahman yang tak terbatas.


Kesadaran Diri: Menyadari Identitas Sejati


Ketika Agung menyadari bahwa dirinya hanyalah pantulan, dia juga menyadari bahwa identitasnya yang sebenarnya bukanlah Agung, melainkan Brahman. Nama Agung hanyalah label yang diberikan pada refleksi di dalam cermin ke-7. Pada hakikatnya, yang ada hanyalah Brahman, sementara Agung, bersama dengan refleksi-refleksi lainnya, hanyalah perwujudan dari satu kesadaran yang sama. Ketika Agung mencapai kesadaran ini, dia memahami bahwa keberadaannya yang sejati tidak pernah terpisah dari Brahman. Agung tidak pernah "ada" secara mandiri, karena dia hanyalah bayangan.


Dengan kesadaran ini, Agung melepaskan ilusi tentang dirinya sebagai individu terpisah. Dia memahami bahwa segala sesuatu yang dia pikirkan sebagai dirinya hanyalah bayangan yang terbentuk oleh cermin. Pada akhirnya, hanya ada Brahman, yang bergerak dan berefleksi melalui berbagai cermin, yang masing-masing memberikan pantulan yang unik.


Refleksi Kehidupan: Ilusi dan Kesadaran


Kisah ini mencerminkan perjalanan spiritual banyak orang. Dalam kehidupan sehari-hari, kita sering merasa bahwa kita adalah individu yang terpisah dengan keinginan, tindakan, dan identitas kita sendiri. Namun, seperti Agung, banyak di antara kita yang terjebak dalam ilusi bahwa kita adalah entitas mandiri yang dapat mengontrol segalanya. Kita lupa bahwa pada akhirnya, kita semua adalah bagian dari kesadaran yang lebih besar, yang terhubung satu sama lain dan pada sumber yang sama—Brahman, atau realitas tertinggi.

Dalam fersi sufi:alloh bercermin maka wujudlah aku


Hanya dengan perjalanan pencarian, pengamatan diri, dan merenungkan asal-usul kita, kita dapat mulai menyadari bahwa kita bukanlah "refleksi" yang terpisah. Apa yang kita sebut sebagai "aku" hanyalah cerminan dari sesuatu yang lebih besar dan lebih dalam. Kesadaran ini membawa kita pada pencerahan bahwa identitas kita yang sejati adalah satu dengan realitas yang lebih luas, yang tak dapat terdefinisikan hanya oleh cermin-cermin duniawi.


Dalam perjalanan ini, kita belajar untuk melepaskan keterikatan pada ilusi, memahami bahwa "gerakan" dan "tindakan" kita adalah pantulan dari kesadaran yang lebih tinggi. Pada akhirnya, tidak ada yang terpisah, karena segala sesuatu adalah manifestasi dari satu sumber yang sama.


Kisah tentang Brahman dan cermin ini mengajarkan kita tentang ilusi identitas dan pentingnya memahami diri yang sejati. Seperti Agung, kita semua adalah refleksi dari sesuatu yang lebih besar, yang bergerak melampaui bentuk, nama, dan kepribadian. Dengan memahami ini, kita dapat mulai melepaskan ilusi dan menemukan identitas kita yang sebenarnya—bahwa kita semua adalah satu dengan kesadaran yang lebih besar, dan bahwa identitas individu kita hanyalah pantulan sementara dari sesuatu yang tak terbatas.

Rabu, 18 September 2024

 FUNGSI PIKIRAN SEBENARNYA BUKAN UNTUK BERPIKIR,TAPI UNTUK INI


Banyak orang mengira pikiran fungsinya untuk berpikir.padahal tidak.pikiran memang bisa digunakan untuk berpikir tetapi tujuan utamanya bukan itu.


Apa tujuan dan fungsi pikiran?


Fungsinya sebagai pemancar atau penerima frekwensi tuhan atau semesta.

Analoginya seperti televisi yang berfungsi menerima frekwensi dari pusat dan menampilkannya dalam bentuk yang bisa di kenali.contoh di studio RCTI  jakarta sedang live siaran langsung acara GOSIP,Maka siaran tersebut butuh tv untuk menampilkannya di Pati jateng.RCTI mengirimkan acara tersebut dalam bentuk frekwensi dan tugas tv mengubahnya menjadi gambar gambar.bayangkan studio adalah tuhan atau semesta dan tv adalah pikiran kita.pikiran kita tidak di desain untuk berpikir atau memiliki siaran sendiri.tetapi berfungsi sebagai penangkap frkwensi tuhan dan kemudian mengubahnya menjadi   hal yang bisa di pahami.oleh karna itu pikiran memang cerdas.tetapi karena ia cerdas dia menganggap kemampuannya untuk mencipta gambar sendiri.padahal tidak.


Pikiran adalah sarana atau alat untuk menangkap frekwensi tuhan.tuhan atau semesta ingin di kenali.melalui pikiran ia bisa tampil.oleh karna itu pikiran seharusnya DIAM tidak membuat acaranya sendiri sesuai kepentingan pribadinya.tetapi dia diam sebagai RADAR penerima frkwensi ilahi yang muncul.dia harus menyiarkan siaran dari studio pusat.kalo pusat sedang siaran bola ya dia menampilkan bola.kalo pikiran sudah bisa kembali ke fungsi yg sebenarnya maka disinilah terjadi perkawinan ilahi.manunggaling kawula gusti.gusti sebagai pusat yg sedang siaran langsung dan anda sebagai penampilnya.aku adalah pikiran( hamba).pikiran yang menampilkan siaran langsung dari ilahi.pusat keberadaan semesta yang murni.


Kalo pikiran anda DIAM.anda menerima frkwensi ilahi tersebut.dan pikiran dengan kecerdasannya membumikan frekwensi tersebut menjadi bisa di pahami di bumi ini.jadi pikiran hanyalah PENERJEMAH frkwensi ilahi.


Ketika hamba sudah menyatu padu dengan ilahi maka anda menjadi wujud sempurna dari tuhan.karena tidak ada ego.anda hanya menerjemahkan apa yang tuhan berikan lewat pikiran.


Bagi yang sudah diam pasti paham akan hal ini.dan bisa merasakan kedatangan frekwensi ilahi ini muncul di pikirannya.pikiran adalah parabola penangkap sinyal sinyal ilahi.atau ibarat kata wadah untuk datangnya wahyu.jadi tugas kita bukan menggunakan pikiran untuk berpikir tetapi membersihkan pikiran dari kegiatan berpikir.

Ketika pikiran jernih,pikiran bisa menangkap wahyu atau ilham atau warid atau siaran langsung dari ilahi atau semesta.baru kemudian pikiran digunakan untuk menerjemahkannya kedalam bentuk bentuk kata kata yang bisa di pahami manusia.


Jadi kita sebenarnya tidak perlu pusing berpikir keras dalam menjalani hidup ini.seolah olah kita bisa melakukan segalanya.pikiran tidak perlu di peras untuk mencari solusi berbagai persoalan hidup.hidup anda sudah di jamin dan terjamin.hanya saja pikiran kotor dari be4bagai lintasan yg tidak perlu.hanya butuh diam tidak melakukan apa apa dan siaran tuhan bisa terbaca,inilah petunjuk hidup dalam segala hal.tuhan sudah mengatur dan memikirkan kita.

Hanya kita perlu mendengar siarannya melalui pikiran kita.buang kepanikan ketakutan keresahan pikiran pikiran reptil yang Reaktif.tenang diam santai rileks nyaman Sruput kopinya dan Dalam mode selalu siap menerima gelombang tuhan.KAMU ADALAH ANAK TUHAN jadi tidak mungkin di biarkan kelaparan.sebagai BAPA dia sudah Menanggung semua beban dan masalahmu.tapi sebagai anak.kamu harus nurut sama bapa.agar tidak di biarkan hidup menderita.tangannya selalu ada untuk anaknya .tapi jangan menjauh darinya.biarkan ia menjangkaumu menjamahmu.

Selasa, 17 September 2024

 KENALI OTAK ANDA DENGAN MENGETAHUI RAS

Mengenal RAS (Reticular Activating System) dan Cara Membaipasnya untuk Akses Pengetahuan Alam Semesta


Setiap hari, otak kita terpapar dengan informasi yang jumlahnya luar biasa banyak. Konon, alam semesta ini mengirimkan sekitar 11 juta GB informasi per detik kepada setiap individu. Namun, sebagian besar dari informasi ini tidak bisa di tangkap otak.Mengapa demikian? Di dalam otak kita, ada sebuah sistem penyaring yang disebut Reticular Activating System (RAS) atau sistem aktivasi retikular. RAS ini bertindak sebagai penyaring, yang hanya memungkinkan sebagian kecil dari 11 juta gb informasi tersebut disaring tinggal sekitar 7 sampai 8 GB untuk masuk ke kesadaran kita. Sisanya tersaring,mental atau dibuang 


RAS adalah mekanisme otak yang memastikan kita hanya fokus pada hal-hal yang relevan dengan kondisi, kebutuhan, atau konsep yang sudah ada dalam pikiran kita. Ketika kita memiliki pemikiran atau keyakinan tertentu, RAS membantu menyaring informasi yang sejalan dengan keyakinan tersebut, sedangkan informasi yang tidak relevan akan dilewatkan.

Jadi RAS ini membatasi ilmu pengetahuan yang masuk hanya di ambil yang sama dengan keyakinan,konsep,data otak,dan mindset kita.


Bagaimana RAS Bekerja?


Secara sederhana, RAS bertindak seperti penjaga gerbang. Ketika kita berada dalam situasi yang ramai, seperti di sebuah acara dengan banyak orang berbicara, kita mungkin mendengar seseorang menyebut nama kita. Meskipun ada ratusan suara lain di sekitar, nama kita terdengar lebih jelas. Ini adalah contoh bagaimana RAS memprioritaskan informasi yang penting bagi kita, dalam hal ini, nama kita sendiri.karena nama kita sudah ada didalam data otak kita.

Saat kita duduk di pinggir jalan,kita tidak melihat mobil pajero lewat.tapi begitu kita suka mobil pajero,atau membicarakannya atau menaruh perhatian,maka entah kenapa selalu muncul mobil pajero lewat.hal ini terjadi bukan karena dulu tidak ada pajero tetapi dulu otak kita belum ada data mobil tersebut.sehingga sebenarnya mobil pajero sering lewat,namun otak kita GAGAL MELIHATNYA.


Namun, banyak informasi yang lebih subtil dan dalam tidak bisa masuk karena disaring oleh RAS. Informasi yang mungkin bisa membuka pemahaman baru, perspektif yang berbeda, atau pengetahuan yang lebih luas tentang alam semesta sering kali tertutup oleh pola pikir kita yang sudah ada dan dianggap penting.

Mungkin saja peluang itu sangat banyak beterbangan di semesta yang sangat dekat dengan kita.namun otak kita gagal menangkapnya meskipun kita sangat butuh uang.hal itu karna otak kita memiliki saringan data RAS yang membatasi informasi masuk.

Yang cocok saja yang boleh masuk.yang tidak memiliki datanya tidak bisa masuk.disinilah mengapa manusia kemudian MENJADI MAHLUK TERBATAS.karena di otak kita ADA PEMBATASNYA.begitu RAS di jebol,kita menjadi alam semesta yang tanpa batas.


Membaypass RAS untuk Akses Lebih Banyak Pengetahuan


Bagi sebagian orang, ada cara untuk “membaipas” RAS. Mereka yang memiliki kemampuan atau pelatihan tertentu mampu membuka diri terhadap lebih banyak informasi yang tersedia di alam semesta tanpa terhalang oleh penyaringan RAS. Ini adalah orang-orang yang dapat mengakses pengetahuan atau wawasan yang biasanya tidak terlihat oleh orang lain. Bagaimana mereka melakukannya?


Ada beberapa metode yang sering digunakan untuk mencapai hal ini:


1. Meditasi dan Mindfulness: Salah satu cara paling efektif untuk mengatasi batasan RAS adalah melalui latihan meditasi dan mindfulness. Dengan meditasi, seseorang melatih pikiran untuk menjadi tenang, mengamati tanpa menghakimi, dan melewati lapisan-lapisan mental yang biasanya menghalangi akses ke informasi yang lebih mendalam. Dalam keadaan meditasi mendalam, RAS menjadi lebih lemah, sehingga lebih banyak informasi bisa mengalir masuk ke dalam kesadaran.


2. Visualisasi dan Intuisi: Banyak orang yang dapat membaipas RAS menggunakan teknik visualisasi atau dengan mengandalkan intuisi. Mereka tidak lagi hanya memproses informasi melalui logika rasional, tetapi juga melalui sinyal-sinyal subtil yang sering kali dilewatkan oleh pikiran sadar.


3. Pelatihan Kognitif: Beberapa teknik pelatihan kognitif memungkinkan individu untuk memperluas kapasitas mereka dalam menerima informasi. Ini termasuk latihan untuk memperkuat perhatian, meningkatkan fleksibilitas mental, dan mengurangi bias kognitif yang biasanya membatasi cara kita melihat dunia.


4. Pengalaman Puncak (Peak Experiences): Orang-orang yang mengalami momen puncak dalam hidup, seperti pengalaman spiritual yang sangat mendalam, sering kali melaporkan bahwa mereka dapat mengakses informasi yang terasa datang langsung dari alam semesta. Dalam momen-momen seperti ini, batasan-batasan yang biasanya diberlakukan oleh RAS tampaknya lenyap, dan orang tersebut merasa terhubung dengan segala sesuatu secara langsung.


Manfaat dari Membypass RAS


Ketika seseorang berhasil menonaktifkan atau membaipas RAS, mereka sering melaporkan peningkatan drastis dalam kapasitas kognitif dan kreativitas. Mereka bisa menerima informasi secara lebih langsung, tanpa perlu melalui saringan konsep atau keyakinan yang sudah ada sebelumnya. Hal ini memungkinkan mereka untuk melihat solusi baru, mengakses pengetahuan intuitif, dan memperluas pemahaman mereka tentang realitas.


Orang-orang yang mampu melampaui batasan RAS cenderung lebih inovatif, visioner, dan mampu berpikir di luar kotak. Mereka tidak terperangkap oleh pola pikir yang sudah mapan dan bisa lebih terbuka terhadap kemungkinan baru. Ini bukan hanya soal memiliki lebih banyak informasi, tetapi juga tentang memiliki akses ke informasi yang lebih mendalam dan kaya akan makna.


RAS adalah mekanisme penting dalam otak kita yang menjaga kita tetap fokus pada hal-hal yang relevan dengan dunia kita sehari-hari. Namun, bagi mereka yang ingin mengakses informasi dan pengetahuan dari alam semesta yang lebih luas, ada cara untuk membaipas atau mengurangi efek penyaringan RAS ini. Melalui meditasi, mindfulness, visualisasi, atau pengalaman spiritual yang mendalam, kita dapat membuka diri terhadap aliran informasi yang lebih besar dan mendapatkan wawasan yang lebih dalam tentang kehidupan dan alam semesta.


Dengan melatih pikiran untuk melewati batasan-batasan yang diciptakan oleh RAS, kita dapat menjadi individu yang lebih intuitif, terhubung, dan siap untuk menerima segala bentuk pengetahuan yang ditawarkan oleh alam semesta.

Minggu, 11 Agustus 2024

 Ada dua perbedaan pandangan dalam meditasi yang sangat mencolok. yang sering terjadi:


1. Meditasi Dianggap Sebagai Konsentrasi:

   - **Pandangan:** Banyak orang yang melihat meditasi sebagai latihan konsentrasi. Akibatnya, sering muncul pertanyaan tentang bagaimana cara meningkatkan konsentrasi, memusatkan pikiran, dan mengatasi gangguan. Dalam pandangan ini, meditasi adalah upaya untuk mencapai fokus mental yang mendalam.

   - **Penilaian:** Pandangan ini tidak sepenuhnya salah, tetapi juga tidak sepenuhnya benar. Meditasi konsentrasi memang membantu menstabilkan pikiran, namun ada lebih dari sekadar konsentrasi dalam praktik meditasi yang mendalam.


 2. Meditasi Dianggap Sebagai Relaksasi atau Kesadaran Tanpa Konsentrasi:

   - **Pandangan:** Di sisi lain, ada yang berpendapat bahwa meditasi seharusnya merupakan proses menyadari segala sesuatu tanpa perlu fokus atau tujuan tertentu. Pendukung pandangan ini sering mengkritik meditasi yang melibatkan konsentrasi atau tujuan tertentu. Bagi mereka, meditasi adalah tentang melarutkan ego dan keterikatan, bukan tentang mendapatkan sesuatu.

   - **Penilaian:** Pendekatan ini juga memiliki validitas, tetapi bisa menjadi terbatas jika tidak diimbangi dengan elemen konsentrasi yang membantu mencapai kedalaman kesadaran.


**Kelebihan dan Kelemahan Meditasi Konsentrasi:**


**Kelebihan:**

1. **Stabilitas Mental:** Membantu menstabilkan pikiran, sehingga gangguan dan pikiran acak berkurang.

2. **Ketenangan Batin:** Dapat membawa kedamaian dan ketenangan dalam pikiran, menciptakan ruang batin yang tenang.

3. **Fokus yang Mendalam:** Mengembangkan kemampuan untuk fokus pada satu objek atau pikiran untuk jangka waktu yang lama.

4. **Pengembangan Disiplin:** Meningkatkan disiplin mental, penting untuk mencapai kemajuan dalam praktik spiritual.

5. **Pengendalian Emosi:** Membantu menekan nafsu dan emosi yang bergejolak, membuat pikiran lebih terkendali.

6. **Pemurnian Jiwa:** Dapat digunakan sebagai alat untuk tazkiyyatun nafs (pemurnian jiwa), terutama dalam konteks Sufisme.

7. **Mengurangi Kecemasan:** Konsentrasi dapat mengurangi kecemasan dan stres dengan mengalihkan fokus dari masalah eksternal.

8. **Mendukung Meditasi Insight:** Memberikan fondasi stabil untuk melanjutkan ke praktik meditasi insight yang lebih dalam.

9. **Membantu dalam Penyembuhan:** Meningkatkan proses penyembuhan mental dan emosional melalui fokus dan ketenangan.

10. **Memperkuat Tekad:** Mengembangkan tekad dan ketahanan mental, yang diperlukan untuk praktik spiritual jangka panjang.


**Kelemahan:**

1. **Kekakuan Mental:** Terlalu fokus pada konsentrasi dapat menyebabkan kekakuan mental dan kurangnya fleksibilitas dalam berpikir.

2. **Terikat pada Hasil:** Ada risiko menjadi terlalu terikat pada pencapaian tertentu, seperti ketenangan atau kejernihan pikiran, yang bisa menghalangi perkembangan spiritual lebih lanjut.

3. **Mengabaikan Aspek Lain:** Fokus yang berlebihan pada konsentrasi dapat mengabaikan elemen penting lainnya dari meditasi, seperti kesadaran dan pemahaman.

4. **Menghalangi Kreativitas:** Konsentrasi yang terlalu ketat bisa menghalangi aliran kreativitas dan inspirasi yang alami.

5. **Risiko Keletihan:** Memusatkan pikiran dalam waktu lama bisa melelahkan dan menyebabkan keletihan mental.

6. **Mengurangi Keterbukaan:** Bisa mengurangi keterbukaan terhadap pengalaman baru atau penemuan spiritual.

7. **Meningkatkan Ketegangan:** Jika dilakukan tanpa relaksasi yang memadai, meditasi konsentrasi bisa meningkatkan ketegangan fisik dan mental.

8. **Mengabaikan Keseimbangan:** Bisa mengabaikan pentingnya keseimbangan antara konsentrasi dan kesadaran, yang keduanya sama-sama penting dalam meditasi.

9. **Peningkatan Ego:** Fokus pada pencapaian tertentu dalam konsentrasi bisa meningkatkan ego, yang bertentangan dengan tujuan spiritual.

10. **Keterpisahan dari Realitas:** Terlalu banyak fokus pada objek konsentrasi dapat membuat seseorang terpisah dari realitas sehari-hari dan keterhubungan dengan orang lain.


 **Kelebihan dan Kelemahan Meditasi Insight (Kesadaran Tanpa Didahului Meditasi Konsentrasi):**


**Kelebihan:**

1. **Kesadaran Total:** Mengembangkan kesadaran penuh terhadap segala sesuatu yang terjadi dalam pikiran dan tubuh tanpa penghakiman.

2. **Pengembangan Kebijaksanaan:** Memfasilitasi pemahaman mendalam tentang sifat eksistensi, ketidak-kekalan, dan ketiadaan ego.

3. **Pembebasan dari Samsara:** Mendorong pembebasan dari siklus kelahiran dan kematian melalui pemahaman yang mendalam.

4. **Keterbukaan terhadap Pengalaman:** Membantu dalam membuka diri terhadap berbagai pengalaman tanpa keterikatan atau penolakan.

5. **Mengurangi Keterikatan:** Mengurangi keterikatan pada objek, orang, dan ide, yang membawa pada kebebasan batin.

6. **Meningkatkan Fleksibilitas:** Meningkatkan fleksibilitas mental dan keterbukaan terhadap perubahan dan ketidakpastian.

7. **Membawa Kedamaian:** Bisa membawa kedamaian batin melalui penerimaan total terhadap apapun yang terjadi dalam momen ini.

8. **Mendorong Kesadaran saat Ini:** Fokus pada kesadaran momen-ke-momen membantu dalam hadir sepenuhnya dalam kehidupan sehari-hari.

9. **Memfasilitasi Penerimaan:** Mengajarkan penerimaan terhadap diri sendiri dan situasi tanpa perlu mengubahnya.

10. **Mengurangi Stres:** Memperbaiki respons terhadap stres dengan menerima keadaan yang ada tanpa perlawanan.


**Kelemahan:**

1. **Kurangnya Fokus:** Tanpa konsentrasi awal, meditasi bisa menjadi terlalu terbuka dan tidak terarah.

2. **Permukaan Kesadaran:** Bisa tetap berada di permukaan kesadaran tanpa mencapai kedalaman yang diperlukan untuk pembebasan.

3. **Risiko Kelebihan Stimulasi:** Tanpa stabilitas konsentrasi, pikiran bisa menjadi terlalu terstimulasi oleh berbagai pengalaman yang muncul.

4. **Kesulitan dalam Pengendalian Pikiran:** Tanpa fondasi konsentrasi, pikiran mungkin sulit untuk dikendalikan atau diarahkan.

5. **Mengabaikan Stabilitas Emosional:** Bisa mengabaikan pentingnya stabilitas emosional yang didapatkan dari meditasi konsentrasi.

6. **Kurangnya Tekad:** Kurangnya fokus bisa mengurangi tekad dan komitmen dalam praktik meditasi.

7. **Kehilangan Tujuan:** Bisa kehilangan tujuan spiritual yang lebih dalam jika tidak diimbangi dengan konsentrasi.

8. **Kurangnya Disiplin:** Bisa mengurangi disiplin mental yang penting untuk kemajuan spiritual yang berkelanjutan.

9. **Meningkatkan Kebingungan:** Tanpa arah yang jelas, meditasi bisa menyebabkan kebingungan atau perasaan tersesat.

10. **Tidak Efektif untuk Semua:** Bagi sebagian orang, pendekatan ini mungkin kurang efektif tanpa stabilitas konsentrasi yang kuat.


Kedua pendekatan ini sesungguhnya saling mendukung. **Meditasi konsentrasi** berfungsi untuk menekan nafsu dan emosi agar stabil, membantu dalam mencapai ketenangan batin dan menjadi alat yang kuat untuk *tazkiyyatun nafs* (pemurnian jiwa) dalam Sufisme. **Meditasi insight**, di sisi lain, bertujuan untuk mengembangkan kesadaran total dan pembebasan dari samsara. Dengan kata lain, meditasi konsentrasi dan meditasi kesadaran adalah dua sisi dari koin yang sama.


Tidak perlu memilih salah satu pendekatan secara eksklusif, tetapi sebaiknya mengintegrasikan keduanya dalam praktik. **Meditasi konsentrasi** memberikan fondasi yang stabil untuk **meditasi kesadaran**, sementara **meditasi kesadaran** memperdalam dan memperluas pengalaman yang diperoleh dari konsentrasi. Dengan demikian, keduanya saling melengkapi dan mendukung dalam perjalanan spiritual menuju pencerahan dan kebebasan batin.


Konsentrasi hanya membuat nafsu dan pikiran tenang untuk sementara waktu(nafsul muthmainnah)

Maka perlu di lanjutkan dengan meditasi kesadaran dan mindfulness(meditatif/makrifat).untuk menjadi bijaksana.

Kalo dalam sufisme istilahnya wahdatus suhud(dicapai dng konsentrasi)

Dan wahdatul wujud(dicapai dengan meditatif sadar dalam segala aktifitas lahir batin)

Rabu, 07 Agustus 2024

 KENAPA ADA ORANG TERLAHIR JADI WARIA,CACAT,DAN GILA?

 Memahami Karma dalam Perspektif Buddhis


Dalam ajaran Buddhisme, karma adalah hukum sebab-akibat yang mendasari semua tindakan kita. Setiap pikiran, ucapan, dan perbuatan yang dilakukan dengan niat tertentu akan tersimpan di arus batin kita, menciptakan potensi karma yang akan mempengaruhi masa depan kita. Potensi karma ini bisa diklasifikasikan menjadi empat jenis:


1. **Karma Penghasil (Janaka Kamma)**: Ini adalah karma yang menghasilkan hasil tertentu dalam kehidupan kita. Misalnya, perbuatan baik yang kita lakukan dengan niat murni bisa menghasilkan kebahagiaan atau kesuksesan di masa depan.

   

2. **Karma Pendukung (Upathambhaka Kamma)**: Ini adalah karma yang mendukung karma penghasil. Misalnya, jika seseorang memiliki karma baik dari kehidupan sebelumnya, karma pendukung ini akan memperkuat hasil positif yang sudah ada.


3. **Karma Penghambat (Upapilaka Kamma)**: Ini adalah karma yang menghambat atau melemahkan hasil karma penghasil. Misalnya, jika seseorang melakukan perbuatan buruk, karma ini bisa menghambat keberhasilan atau kebahagiaan yang seharusnya didapatkan dari karma baik.


4. **Karma Penghancur (Upagathaka Kamma)**: Ini adalah karma yang bisa menghancurkan hasil karma penghasil. Misalnya, tindakan sangat buruk yang dilakukan seseorang bisa menghancurkan hasil baik dari karma yang sudah ada, seperti kebahagiaan atau kesuksesan yang dimiliki.


 Aplikasi Praktis dalam Kehidupan Sehari-Hari


Dari bangun tidur hingga tidur kembali, semua pikiran, ucapan, dan perbuatan kita akan tersimpan sebagai salah satu dari empat jenis karma ini. Misalnya, ketika kita berbuat baik kepada orang lain dengan niat tulus, kita menciptakan karma penghasil yang positif. Sebaliknya, ketika kita marah atau berbuat jahat, kita menciptakan karma penghambat atau bahkan penghancur.


 Contoh Nyata:


- **Karma Penghasil**: Seseorang yang secara konsisten membantu orang lain tanpa pamrih akan menciptakan karma baik yang akan menghasilkan kebahagiaan dan dukungan di masa depan.

  

- **Karma Pendukung**: Jika seseorang telah memiliki karma baik dari kehidupan sebelumnya, tindakan baik di kehidupan sekarang akan memperkuat hasil positif tersebut.


- **Karma Penghambat**: Jika seseorang melakukan tindakan buruk, seperti menipu orang lain, hasil positif dari karma baik sebelumnya bisa terhambat, mengurangi kebahagiaan yang seharusnya didapatkan.


- **Karma Penghancur**: Tindakan sangat buruk, seperti kekerasan atau pembunuhan, bisa menghancurkan semua hasil positif dari karma baik, menciptakan penderitaan yang besar di masa depan.


 Patisandhi Vinnana dan Kelahiran Tanpa Akar


Dalam konteks kelahiran kembali, ada konsep yang dikenal sebagai Patisandhi Vinnana, atau kesadaran penyambung kelahiran kembali. Beberapa individu dilahirkan dengan kondisi yang disebut sebagai "tanpa akar kebajikan" dalam Patisandhi Vinnana mereka. Ini berarti mereka tidak memiliki akar kebajikan seperti Alobha (ketidakterikatan), Adosa (ketidakekerasan), dan Amoha (kebijaksanaan).


Kasus Spesifik:


- **Orang Gila Sejak Lahir**: Individu yang dilahirkan dengan kondisi mental terbelakang atau gila sejak lahir sering kali dianggap sebagai manusia tanpa akar kebajikan. Kesadaran penyambung kelahiran mereka, Patisandhi Citta, tidak memiliki akar-akar kebajikan, sehingga mereka tidak bisa sembuh dan tetap dalam kondisi tersebut sampai mati. Ini sering kali disebabkan oleh karma buruk dari kehidupan sebelumnya, yang berkaitan dengan ketidakmampuan menerima kenyataan dan hidup menurut keinginan mereka.


- **Waria dan Individu dengan Kondisi Fisik Khusus**: Demikian pula, individu yang dilahirkan sebagai waria atau dengan kondisi fisik seperti mandul atau buta-tuli sejak lahir, juga termasuk dalam kategori manusia tanpa akar kebajikan. Kondisi mereka tidak bisa disembuhkan dan merupakan hasil dari karma buruk yang berkaitan dengan ketiadaan akar kebajikan di Patisandhi Vinnana mereka.


Karma memainkan peran penting dalam menentukan kualitas hidup kita, baik dalam kehidupan saat ini maupun dalam kelahiran kembali kita. Dengan memahami jenis-jenis karma dan bagaimana mereka bekerja, kita bisa lebih bijaksana dalam menjalani hidup kita sehari-hari, memastikan bahwa pikiran, ucapan, dan perbuatan kita menciptakan karma yang positif dan mendukung. Hal ini penting untuk menghindari kondisi kelahiran kembali yang penuh penderitaan, seperti yang dialami oleh individu yang dilahirkan dengan kondisi tanpa akar kebajikan.

Senin, 05 Agustus 2024

 KENAPA EFEK SPYCADELIC MIRIP PENGALAMAN MEDITASI?

Penggunaan zat-zat psikedelik seperti LSD, jamur psilocybin, dan ayahuasca oleh beberapa musisi, artis, dan pebisnis kelas dunia telah menarik perhatian banyak orang. Orang-orang seperti Steve Jobs dan lainnya mengakui bahwa zat-zat ini telah berperan dalam membantu mereka mencapai wawasan kreatif dan pemahaman mendalam. Berikut adalah penjelasan rinci mengenai alasan penggunaan zat-zat tersebut, serta bagaimana mereka mungkin berkaitan dengan kondisi meditasi dalam Buddhisme:


 Alasan Penggunaan Psikedelik

1. **Peningkatan Kreativitas**:

   - Banyak pengguna psikedelik melaporkan peningkatan kreativitas dan pemikiran "out-of-the-box". Misalnya, Steve Jobs mengaku bahwa LSD membantu dalam penemuan besar-besarnya karena membuka cara baru untuk melihat dan memahami masalah.

   

2. **Pengalaman Spiritual dan Mistis**:

   - Psikedelik dapat menghasilkan pengalaman yang mendalam, termasuk perasaan kesatuan dengan alam semesta, pemahaman mendalam tentang diri sendiri, dan perasaan kebahagiaan atau ketenangan yang mendalam. Ini sering kali dianggap sebagai pengalaman spiritual atau mistis.

   

3. **Penurunan Aktivitas Default Mode Network (DMN)**:

   - Penelitian menunjukkan bahwa psikedelik menurunkan aktivitas di DMN, bagian otak yang bertanggung jawab untuk pemikiran egois dan ruminasi. Penurunan aktivitas DMN bisa memberikan perasaan "larut" dalam pengalaman dan kesatuan dengan lingkungan sekitar.


Data Ilmiah

1. **Penelitian Tentang Kreativitas dan Kognisi**:

   - Studi menunjukkan bahwa psilocybin dan LSD dapat meningkatkan konektivitas jaringan otak, memungkinkan pola berpikir yang lebih kreatif dan asosiasi yang tidak biasa .

   

2. **Pengalaman Mistis dan Terapeutik**:

   - Penelitian yang dipublikasikan dalam jurnal *Journal of Psychopharmacology* menunjukkan bahwa psilocybin dapat menginduksi pengalaman mistis yang dalam, yang sering kali dikaitkan dengan peningkatan kesejahteraan mental dan penurunan gejala depresi dan kecemasan .

   

3. **Efek pada Default Mode Network**:

   - Penelitian yang dilakukan oleh Imperial College London menemukan bahwa psikedelik seperti LSD dan psilocybin menurunkan aktivitas di DMN, yang dapat mengakibatkan pengalaman ego-dissolution atau hilangnya batasan ego .


Psikedelik dan Kondisi Jhana dalam Meditasi Samatha

- **Jhana dan Samadhi**:

  - Dalam meditasi samatha, kondisi jhana adalah keadaan konsentrasi mendalam yang ditandai oleh ketenangan, kedamaian, dan kebahagiaan. Ada empat jhana utama yang semakin dalam tingkatannya, dan beberapa tingkat jhana dapat disamakan dengan pengalaman mistis yang diinduksi oleh psikedelik.


- **Perbandingan Pengalaman**:

  - Pengalaman yang dilaporkan oleh pengguna psikedelik, seperti perasaan kesatuan dengan alam semesta atau perasaan kebahagiaan yang mendalam, dapat memiliki kemiripan dengan pengalaman jhana dalam meditasi. Namun, jhana dicapai melalui disiplin meditasi yang mendalam dan berulang, sedangkan psikedelik memberikan akses yang lebih cepat tetapi mungkin tidak bertahan lama.


- **Peringatan dan Pertimbangan Etis**:

  - Penting untuk mencatat bahwa penggunaan psikedelik membawa risiko dan tantangan, termasuk potensi efek samping psikologis dan hukum. Meditasi, di sisi lain, adalah praktik yang lebih aman dan berkelanjutan untuk mencapai kesadaran mendalam dan pencerahan.


Psikedelik seperti LSD, jamur psilocybin, dan ayahuasca dapat memberikan pengalaman yang mendalam dan kreatif, yang dapat meningkatkan pemikiran inovatif dan memberikan wawasan spiritual. Namun, mereka bukan pengganti untuk praktik meditasi yang konsisten dan mendalam seperti samatha, yang secara tradisional digunakan untuk mencapai jhana dan pencerahan dalam Buddhisme.


**Referensi:

1. Carhart-Harris, R. L., et al. (2014). "The entropic brain: a theory of conscious states informed by neuroimaging research with psychedelic drugs." *Frontiers in Human Neuroscience*.

2. Griffiths, R. R., et al. (2006). "Psilocybin can occasion mystical-type experiences having substantial and sustained personal meaning and spiritual significance." *Psychopharmacology*.

3. Carhart-Harris, R. L., et al. (2012). "Neural correlates of the psychedelic state as determined by fMRI studies with psilocybin." *Proceedings of the National Academy of Sciences*.

Minggu, 04 Agustus 2024

 Obsesi Terhadap Surga dan Dampaknya.

Banyak orang terobsesi dengan konsep surga, melihatnya sebagai tujuan akhir yang begitu mulia sehingga mereka merasa perlu melakukan apa pun untuk mencapainya. Sayangnya, obsesi ini kadang-kadang menyebabkan tindakan kriminal dan kekerasan. Di Indonesia, kita telah melihat beberapa kasus radikalisme yang berakar pada keinginan ekstrem untuk masuk surga. Berikut ini lima kasus radikalisme yang terjadi di Indonesia:


1. **Bom Bali (2002)**: Serangan bom yang menewaskan lebih dari 200 orang ini dilakukan oleh kelompok radikal yang percaya bahwa tindakan mereka akan membawa mereka ke surga.

2. **Bom Marriot (2003)**: Serangan di hotel JW Marriott Jakarta juga didorong oleh ideologi radikal yang sama.

3. **Bom Thamrin (2016)**: Serangan teroris di pusat Jakarta ini juga dilakukan dengan motivasi untuk mendapatkan tempat di surga.

4. **Bom Surabaya (2018)**: Serangkaian bom bunuh diri di gereja-gereja di Surabaya, dilakukan oleh satu keluarga, juga didorong oleh keinginan untuk masuk surga.

5. **Penyerangan Markas Polri (2018)**: Serangan di markas kepolisian oleh teroris yang juga mencari jalan menuju surga melalui tindakan radikal.


Semua tindakan ini dilakukan dengan harapan mendapatkan surga, padahal tindakan tersebut malah membawa penderitaan bagi banyak orang.


Konsep Surga dalam Buddhisme


Dalam Buddhisme, surga memang ada, tetapi bukan tempat yang lebih baik dari bumi. Alam surga dalam Buddhisme dikenal dengan nama **Sukhavati** atau **Tushita**. Alam-alam ini memang memiliki beberapa kelebihan, antara lain:


1. **Kebahagiaan dan Ketenangan**: Di surga, para makhluk menikmati kebahagiaan dan ketenangan yang jauh dari penderitaan fisik dan emosional yang ada di bumi.

2. **Lingkungan yang Indah**: Alam surga digambarkan sangat indah, penuh dengan pemandangan yang menenangkan dan mempesona.

3. **Kondisi Ideal untuk Meditasi**: Di sana, makhluk dapat bermeditasi tanpa gangguan, sehingga lebih mudah mencapai pencerahan.


Namun, di balik kelebihan tersebut, alam surga juga memiliki kelemahan yang tidak dimiliki di bumi, yaitu:


1. **Keterbatasan Waktu**: Kehidupan di surga tidak abadi. Meskipun sangat lama, makhluk yang tinggal di sana pada akhirnya harus mengalami kematian dan kelahiran kembali di alam lain.

2. **Kurangnya Tantangan**: Kebahagiaan yang terus-menerus dan lingkungan yang terlalu nyaman di surga membuat makhluk di sana cenderung tidak termotivasi untuk berjuang dan berkembang secara spiritual.


Mengapa Bumi Adalah Tempat Terbaik dan Paling Efektif


Menurut Buddha, bumi adalah tempat terbaik dan paling efektif untuk mencapai pencerahan karena:


1. **Adanya Penderitaan**: Penderitaan di bumi, baik fisik maupun mental, memotivasi manusia untuk mencari jalan keluar dan mencapai pencerahan.

2. **Kesempatan untuk Belajar**: Di bumi, kita memiliki banyak kesempatan untuk belajar dari pengalaman, baik yang menyenangkan maupun yang menyakitkan.

3. **Kesempatan Berlatih Dharma**: Bumi menyediakan kondisi yang ideal untuk mempraktikkan ajaran-ajaran Buddha, termasuk meditasi dan pengembangan moral.


Dengan demikian, daripada mengejar surga sebagai tujuan akhir, Buddha mengajarkan kita untuk fokus pada kehidupan di bumi ini, menggunakan kesempatan yang ada untuk berkembang secara spiritual dan mencapai pencerahan. Obsesi terhadap surga hanya akan mengalihkan perhatian kita dari tujuan sebenarnya, yaitu pembebasan dari siklus kelahiran dan kematian (samsara).

 **Memanggil Makhluk Tertentu untuk Manfaat Tertentu dalam Tradisi Yajna**(sadh guru)


Dalam tradisi spiritual tertentu, manusia dapat memanggil makhluk-makhluk tertentu untuk mendapatkan manfaat spesifik, sehingga memiliki keunggulan dalam mencapai hal-hal yang melebihi kemampuan normal mereka. Tradisi ini mengenali berbagai jenis makhluk berdasarkan kualitas mereka. 


Di antara makhluk-makhluk ini, ada manusia, sifat-sifat hewan, dan berbagai makhluk yang tidak terlihat oleh mata biasa. Beberapa di antaranya dikenal sebagai kategori Gautam Veda, Yaksha, Gandharva, dan Deva. Selain itu, ada berbagai dewa seperti dewa monyet, dewa gajah, dewa buah, dewa sayuran, dan dewa bunga. Ini bukanlah imajinasi belaka, melainkan realitas yang terjadi karena kekuatan-kekuatan tertentu yang telah diidentifikasi dan dipersonifikasikan, sehingga menciptakan metode untuk mengakses kekuatan-kekuatan tersebut. 


Yaksha, misalnya, adalah proses melalui mana seseorang dapat menemukan akses ke kekuatan tertentu dalam keberadaan, sehingga memiliki keunggulan dalam mencapai hal-hal yang melebihi kemampuan normal mereka.


**Konsep Yajna: Persembahan dan Pengorbanan**


Kata "yajna" sering diterjemahkan sebagai pengorbanan. Namun, dalam bahasa Inggris, pengorbanan sering dipahami sebagai memberikan sesuatu untuk mendapatkan sesuatu yang lain, atau memberikan sesuatu tanpa mendapatkan apa-apa. Yajna lebih dari sekadar pengorbanan; itu adalah kombinasi dari persembahan, oblasi, dan pengorbanan. Yajna adalah sebuah ritual yang bertujuan untuk menyenangkan kekuatan-kekuatan tertentu dalam keberadaan.


Dalam budaya lain, makhluk-makhluk ini umumnya tidak diidentifikasi dan diklasifikasikan dengan benar, dan sering kali hanya disebut sebagai malaikat. Namun, dalam tradisi ini, makhluk dengan kualitas berbeda diidentifikasi secara khusus, dan sesuai dengan itu, seseorang memanggil makhluk tertentu untuk mendapatkan manfaat tertentu. Ada ilmu dan proses yang mendalam di balik ini, dan hingga hari ini, Yaga dan Yajna masih digunakan oleh banyak orang. 


**Efektivitas Yajna dan Yaga**


Bagi banyak orang, praktik ini mungkin tidak berhasil karena tidak dilakukan dengan benar. Namun, bagi banyak lainnya, ini sangat efektif. Banyak orang yang sangat diuntungkan oleh proses ini, mencapai apa yang mereka inginkan di dunia material melalui penggunaan Yaga dan Yajna dengan cara tertentu. Bahkan di zaman modern ini, 95% orang India melakukan Yaga dan Yajna sebelum memasuki rumah baru, meskipun mereka mungkin sangat terdidik dan berpengetahuan luas.


**Yajna sebagai Cara Hidup**


Di Vishavi, tidak ada ritual khusus yang dilakukan karena mereka adalah jenis yang berbeda. Jika seseorang berada pada tingkat kesadaran dan energi tertentu, segala sesuatu yang mereka lakukan adalah Yajna. Tidak diperlukan ritual terpisah karena cara hidup mereka sendiri adalah Yajna. Yajna adalah cara untuk mengakses dimensi yang saat ini tidak dapat diakses. Salah satu bentuknya adalah Yajna ritualistik, di mana seorang ahli melakukan sesuatu untuk Anda sehingga Anda menerima manfaat. Bentuk lainnya adalah menjadikan proses kehidupan Anda sendiri sebagai Yajna.


**Contoh Yajna dalam Kehidupan Sehari-Hari**


Setiap pagi, seseorang mungkin duduk dan melakukan Shakti Chalana Kriya atau Shanti Mahamudra. Ini adalah Yajna internal. Tanpa rasa persembahan, seseorang tidak akan pernah mengetahui esensi dari praktik tersebut. Jika dijadikan proses, ini adalah Yajna yang sangat kuat di mana hal-hal terjadi di dunia, bukan hanya untuk diri sendiri, tetapi juga untuk orang-orang di sekitar dengan indah.


Jika 1% dari dunia bisa menjadi meditatif, 99% sisanya akan merasakan manfaatnya tanpa melakukan apa-apa. Seperti halnya seseorang menanam pohon mangga, 100 orang bisa memakannya. Jika seseorang menjadikan proses kehidupannya sendiri sebagai Yajna, ribuan orang bisa mendapatkan manfaatnya.


**Kisah Pengorbanan Seorang Ibu**


Contoh yang nyata dari Yajna dalam kehidupan sehari-hari dapat dilihat pada sosok ibu yang seluruh hidupnya dihabiskan untuk melayani suami dan anak-anaknya tanpa pernah memikirkan diri sendiri. Ibu saya adalah contoh hidup dari pengorbanan total. Meskipun terdidik, seluruh hidupnya didedikasikan untuk keluarganya. Kami tidak pernah mendengar dia mengatakan "Aku mencintaimu," tetapi tidak pernah terlintas dalam pikiran kami apakah dia mencintai kami atau tidak karena cara hidupnya yang penuh pengorbanan.


Dia selalu memastikan semua orang dalam keluarga telah makan sebelum dia sendiri makan. Bahkan, dia akan memberi makan semut di halaman belakang terlebih dahulu sebelum makan sarapannya sendiri. Dalam pikiran orang modern, ini mungkin dianggap aneh, tetapi bagi ibu saya, semut memiliki hak yang sama untuk hidup di planet ini seperti dirinya. Persembahan kecil ini adalah bentuk pengorbanan, sebuah Yajna dalam kehidupannya sehari-hari.


Dengan memahami dan menjalani prinsip Yajna, kita dapat mencapai keseimbangan dan harmoni dalam kehidupan, memberikan manfaat tidak hanya untuk diri sendiri tetapi juga untuk orang-orang di sekitar kita.

 Cara Mengatasi Rasa Ngantuk Berat Saat Meditasi


Saat meditasi, rasa ngantuk berat bisa diatasi dengan cara mengamati dan memperhatikan dengan penuh kesadaran proses ngantuk itu sendiri. Perhatikan dengan cermat perubahan kesadaran yang mulai meninggalkan tubuh.


1. **Kesadaran Indera**

   - Kesadaran akan rangsangan dari pancaindra (penglihatan, pendengaran, penciuman, pengecapan, dan perabaan) mulai memudar. Anda mungkin mulai kehilangan sensasi fisik dari tubuh dan lingkungan sekitar.


2. **Kesadaran Mental**

   - Pikiran menjadi lebih tenang dan mulai kehilangan fokus pada pikiran-pikiran biasa. Proses berpikir melambat dan menjadi kabur.


3. **Kesadaran Perasaan**

   - Emosi dan perasaan mulai menghilang. Rasa senang, sedih, marah, atau takut mulai memudar dan digantikan oleh perasaan netral atau hening.


4. **Kesadaran Volisional**

   - Kehendak atau dorongan untuk melakukan sesuatu mulai menghilang. Keinginan untuk bergerak atau bertindak menjadi sangat lemah.


Jika kita dapat mencapai kondisi ini, maka kita akan menemukan sebuah pengalaman seperti terjun ke dalam sumur yang paling dalam, lalu mengalami:


- **Kehampaan**: Merasakan kekosongan tanpa pikiran atau perasaan yang mengganggu.

- **Kedamaian Mendalam**: Mengalami kedamaian yang sangat mendalam dan tenang.

- **Kehadiran Penuh**: Menyadari keberadaan murni tanpa gangguan dari pancaindra atau pikiran.


Pengalaman ini tidak akan kita alami ketika kita tidak awas dan tetap terjebak dalam kebiasaan sehari-hari.


Selain itu, kondisi ngantuk tersebut bisa menghilang, tubuh menjadi segar kembali, dan kita siap untuk melakukan meditasi dengan objek yang lain.


Dengan demikian, meditasi menjadi lebih efektif dan bermanfaat untuk perkembangan spiritual kita.

Kamis, 01 Agustus 2024

 KUNGFU PANDA MENGINGATKAN KITA BAHWA KONSEP DIRI ITU ABSURD/TIDAK ADA

Dalam ajaran Buddhisme, lima skandha adalah elemen-elemen dasar yang menyusun pengalaman individu. Namun, beberapa aliran atau interpretasi Buddhisme juga memperkenalkan konsep yang lebih mendalam untuk menjelaskan fenomena kesadaran dan eksistensi. Meski demikian, tidak ada konsep tambahan yang secara universal diterima sebagai "lapisan yang lebih halus" di luar lima skandha. Namun, kita bisa melihat konsep tambahan dalam beberapa tradisi atau ajaran tertentu untuk memperluas pemahaman tentang kesadaran dan realitas.


Konsep Anatta dan Ilustrasi dalam Kung Fu Panda


 Kung Fu Panda dan Ketiadaan Inti

Dalam film "Kung Fu Panda," Po, sang panda, berusaha mendapatkan kunci ilmu rahasia yang dianggap paling sakti. Namun, ketika akhirnya dia membuka gulungan rahasia tersebut, Po menemukan bahwa isinya kosong. Ini mengajarkan bahwa sesuatu yang dianggap inti atau esensi sebenarnya adalah ketiadaan. Ini sangat mirip dengan konsep anatta dalam ajaran Buddha.


Konsep Anatta dalam Buddhisme

Anatta adalah konsep dalam Buddhisme yang mengajarkan bahwa tidak ada inti diri yang tetap atau esensi yang abadi dalam setiap individu. Semua yang kita anggap sebagai "diri" hanyalah kombinasi dari berbagai elemen yang terus berubah dan tidak memiliki inti yang tetap.


 Lima Skandha dalam Buddhisme

Dalam Buddhisme, konsep diri dijelaskan melalui lima skandha (pancakkhandha), yaitu kumpulan elemen yang membentuk pengalaman individu. Lima skandha ini sering dianggap sebagai lapisan-lapisan yang menutupi ketiadaan inti diri:


1. **Rupa (Bentuk Fisik)**: Ini mencakup tubuh fisik dan semua bentuk materi yang dapat diamati.

2. **Vedana (Perasaan)**: Ini adalah sensasi atau perasaan yang timbul dari kontak dengan objek eksternal, baik yang menyenangkan, tidak menyenangkan, atau netral.

3. **Sanna (Persepsi)**: Ini adalah kemampuan untuk mengenali dan membedakan objek-objek.

4. **Sankhara (Formasi Mental)**: Ini adalah kebiasaan, niat, dan kondisi mental yang membentuk respons kita terhadap pengalaman.

5. **Vinnana (Konsi Pelindungan)**: Ini adalah kesadaran atau pengetahuan akan objek-objek melalui indra.


Ilustrasi Bawang Merah

Konsep anatta bisa diilustrasikan dengan bawang merah. Ketika kita mencoba menemukan inti dari bawang merah, kita mulai mengupas lapisan-lapisan kulitnya. Setelah mengupas semua lapisan, kita menyadari bahwa tidak ada inti di dalamnya, hanya lapisan-lapisan yang saling menutupi. Begitu juga dengan konsep diri dalam ajaran Buddha. Setiap lapisan skandha ini, ketika diupas dan dianalisis, tidak memiliki inti tetap atau esensi abadi.hanya ada kulit dan kulit.hanya maya dan maya tanpa inti.ketika kita kengupas selubung maya bagian luar kita bertemu maya yang lebih halus.begitu seterusnya hingga titik terdalamnya tidak ada apa apa.semuanya semu.


Lapisan yang Lebih Halus dalam Beberapa Tradisi Buddhis

Meskipun lima skandha adalah konsep dasar, beberapa tradisi atau interpretasi Buddhisme memperkenalkan pemahaman yang lebih dalam atau halus, seperti:


1. **Alaya-vijnana (Kesadaran Penyimpanan)**: Dalam tradisi Yogacara atau Vijnanavada, ada konsep kesadaran penyimpanan yang dianggap sebagai dasar dari semua pengalaman mental. Ini adalah lapisan kesadaran yang menyimpan jejak-jejak karmis dan potensi-potensi yang muncul sebagai pengalaman hidup.


2. **Tathagatagarbha (Benih Kebuddhaan)**: Beberapa aliran Mahayana mengenalkan konsep Tathagatagarbha, yaitu benih atau potensi untuk menjadi Buddha yang ada dalam setiap makhluk. Ini bisa dianggap sebagai lapisan paling halus yang merupakan potensi murni untuk mencapai pencerahan.


  dalam Buddhisme Tidak seperti ajaran lain yang mungkin mencari "diri sejati" atau "hakikat," Buddhisme menekankan bahwa semua elemen yang kita anggap sebagai bagian dari diri hanyalah ilusi yang terus berubah. Tidak ada esensi abadi atau diri sejati yang bisa ditemukan.(Sama seperti po kungfu panda yang mencari hakikat rahasia ilmu dan ternyata ZONK)tidak ada kunci rahasia.


 kisah Po dalam "Kung Fu Panda" dan ajaran anatta dalam Buddhisme, kita belajar bahwa apa yang dianggap sebagai inti atau esensi sejati sebenarnya adalah ketiadaan. Kekuatan sejati dan pemahaman diri tidak berasal dari menemukan suatu esensi tetap, melainkan dari memahami bahwa tidak ada esensi tetap tersebut. Seperti bawang merah yang tidak memiliki inti, diri kita pun terdiri dari lapisan-lapisan yang tidak memiliki inti tetap, dan kesadaran ini membawa kita menuju kebebasan dari ilusi diri.


Dengan memasukkan konsep seperti Alaya-vijnana dan Tathagatagarbha, kita dapat lebih memahami kedalaman dan kerumitan ajaran Buddhisme mengenai kesadaran dan eksistensi. Namun, inti dari ajaran anatta tetaplah bahwa tidak ada esensi tetap yang abadi, dan pemahaman ini adalah kunci untuk mencapai pencerahan dan kebebasan sejati.

 TAHAPAN PENGALAMAN MEDITASI DARI DASAR HINGGA MENCAPAI PEMADAMAN TOTAL

Dalam praktik meditasi Buddhis, khususnya dalam Vipassana dan Samatha, meditator mengalami berbagai tahapan perkembangan kesadaran dan konsentrasi. Tahapan-tahapan ini dapat digambarkan sebagai perpindahan fokus dari objek eksternal ke kesadaran internal hingga mencapai pengalaman tanpa dualitas subjek-objek.


Tahapan Pengalaman Meditasi dalam Buddhisme


1. **Pengamat dan Objek (Subjek mengamati objek)**

   - **Tahapan Awal:**

     Pada tahap awal meditasi, meditator berperan sebagai pengamat (subjek) yang memperhatikan objek meditasi tertentu, seperti napas, sensasi tubuh, atau pikiran.

   - **Nama dalam Buddhisme:** 

     Ini adalah tahap dasar dalam **Samatha** atau **Vipassana** di mana perhatian diarahkan pada objek yang dipilih untuk mengembangkan **sati** (kesadaran) dan **samadhi** (konsentrasi).


2. **Terpusat pada Pengamat (Subjek lebih penting dari objek)**

   - **Tahapan Menengah:**

     Seiring waktu, fokus meditator mulai berpindah dari objek eksternal ke pengamat itu sendiri. Pada tahap ini, perhatian lebih banyak pada pengalaman internal dan kesadaran dari pengamat.

   - **Nama dalam Buddhisme:** 

     Ini bisa disebut sebagai pengembangan **samadhi** yang lebih dalam, di mana **ekaggata** (keterpusatan tunggal) mulai mendominasi, mengarahkan perhatian ke kesadaran internal.


3. **Mengamati Sang Pengamat (Mengamati Citta)**

   - **Tahapan Lanjut:**

     Pada tahap ini, meditator mulai mengamati kesadaran (citta) itu sendiri. Fokusnya adalah pada proses mental dan kesadaran yang mengamati, bukan lagi pada objek atau pengamat.

   - **Nama dalam Buddhisme:** 

     Ini berkaitan dengan praktik **Vipassana** yang mendalam di mana **sati** (kesadaran penuh) diarahkan pada **citta** dan **cetasika** (faktor mental), mengamati sifat sementara, tidak memuaskan, dan tidak adanya diri (anicca, dukkha, anatta).


4. **Lenyapnya Pengamat dan yang Diamati (Hanya ada proses pengamatan)**

   - **Tahapan Puncak:**

     Pada tahap tertinggi, dualitas antara subjek dan objek lenyap. Tidak ada lagi pengamat atau objek yang diamati, hanya ada proses pengamatan yang murni.

   - **Nama dalam Buddhisme:** 

     Ini adalah kondisi yang dapat dicapai dalam **Jhana keempat**, di mana hanya ada **upekkha** (ketenangan mendalam) dan **ekaggata** (kesatuan konsentrasi). Juga, dalam **Vipassana**, ini adalah tahap pencerahan di mana **anatta** (ketidak-adaan diri) sepenuhnya dipahami, mengarah pada pengalaman **Nirvana**.


 CARA PRAKTEK:


Pengamat dan Objek:

- **Samatha dan Vipassana Tahap Awal:**

  - Meditator duduk dalam meditasi dan memilih objek seperti napas. Perhatian diarahkan ke napas, mengamati masuk dan keluarnya napas. Pada tahap ini, ada perbedaan jelas antara pengamat (meditator) dan objek (napas).


 Terpusat pada Pengamat:

- **Pengembangan Samadhi:**

  - Setelah beberapa waktu, fokus mulai beralih dari hanya memperhatikan objek ke memperhatikan siapa yang memperhatikan (pengamat). Ini membantu memperdalam konsentrasi, di mana kesadaran mulai menyingkirkan gangguan eksternal dan internal, menjadi lebih stabil dan terpusat pada diri sendiri.


Mengamati Sang Pengamat:

- **Vipassana yang Mendalam:**

  - Meditator mulai mengamati kesadaran yang mengamati. Ini berarti fokus bukan lagi pada objek atau peran pengamat, tetapi pada proses mental dan kesadaran itu sendiri. Mengamati bagaimana pikiran dan kesadaran berfungsi, muncul dan lenyap, tanpa identifikasi dengan proses tersebut.


 Lenyapnya Pengamat dan yang Diamati:

- **Jhana Keempat dan Pencerahan:**

  - Pada tahap ini, dualitas lenyap. Meditator mengalami keadaan di mana tidak ada lagi perbedaan antara pengamat dan yang diamati. Hanya ada proses pengamatan murni yang terjadi tanpa adanya pengidentifikasian diri sebagai pengamat atau objek yang diamati. Ini adalah pengalaman kesadaran murni dan penuh dengan pemahaman mendalam tentang ketidak-adaan diri (anatta) yang mengarah pada Nirvana.


SETELAH PROSES TERSEBUT,BELUM SELESAI.MASIH ADA PROSES PANJANG LAGI:


Setelah mencapai tahap lenyapnya pengamat dan yang diamati dalam meditasi, proses selanjutnya dalam jalan spiritual Buddhis melibatkan pemahaman yang lebih mendalam dan realisasi total tentang sifat eksistensi. Maka meditator perlu melanjutkan lagi:


1. **Pengembangan Pencerahan Lebih Lanjut (Bodhi)**

   - **Insight Lebih Dalam (Vipassana):**

     Setelah mengalami kondisi tanpa dualitas subjek-objek, meditator dapat memperdalam pemahaman mereka tentang tiga ciri utama eksistensi: anicca (ketidakkekalan), dukkha (penderitaan), dan anatta (ketidak-adaan diri). Ini bisa mencakup pengamatan mendalam tentang bagaimana fenomena mental dan fisik terus berubah tanpa inti atau esensi yang tetap.


2. **Realisasi Empat Tingkat Kesucian (Arahantship Stages)**

   - **Sotapanna (Stream Enterer):**

     Pada tahap ini, meditator yang telah mencapai realisasi awal tentang anatta mulai melepaskan pandangan keliru tentang diri, keraguan tentang ajaran Buddha, dan ketergantungan pada ritus dan ritual. Ini adalah langkah pertama dalam menuju kebebasan penuh.

   - **Sakadagami (Once-Returner):**

     Seorang Sakadagami mengurangi nafsu dan kebencian secara signifikan, dan hanya akan terlahir kembali satu kali lagi sebelum mencapai Nirvana.

   - **Anagami (Non-Returner):**

     Seorang Anagami telah sepenuhnya menghilangkan nafsu dan kebencian, tidak akan terlahir kembali di dunia manusia atau alam rendah lainnya, tetapi akan mencapai Nirvana dari alam yang lebih tinggi.

   - **Arahant (Worthy One):**

     Seorang Arahant telah menghilangkan semua kekotoran batin (kilesa) dan telah mencapai kebebasan penuh dari siklus kelahiran dan kematian (samsara).


3. **Pengetahuan dan Visi Kebebasan (Vijja and Vimutti)**

   - **Penguasaan Meditasi:**

     Meditator yang telah mencapai tahap ini mengembangkan pengetahuan mendalam tentang fenomena mental dan fisik, serta mampu menggunakan meditasi untuk membantu orang lain.

   - **Vijja (Pengetahuan):**

     Ini merujuk pada kebijaksanaan mendalam tentang sifat eksistensi yang mengarah pada kebebasan dari penderitaan.

   - **Vimutti (Kebebasan):**

     Merupakan kebebasan total dari semua bentuk kekotoran batin dan penderitaan, serta realisasi penuh tentang Nirvana.


4. **Aktivitas Bodhisattva (Untuk Mahayana)**

   - **Pengembangan Bodhicitta:**

     Dalam tradisi Mahayana, setelah mencapai pemahaman mendalam, seseorang mungkin beraspirasi untuk menjadi Bodhisattva, seseorang yang bertekad untuk mencapai kebuddhaan demi menolong semua makhluk hidup. Ini melibatkan pengembangan **bodhicitta** (niat pencerahan) dan praktik **paramita** (kesempurnaan) seperti kemurahan hati, moralitas, kesabaran, usaha, meditasi, dan kebijaksanaan.

   - **Menyebarkan Dharma:**

     Membantu orang lain di jalan spiritual, mengajarkan Dharma, dan mendukung komunitas spiritual adalah aspek penting dari aktivitas Bodhisattva.


5. **Integrasi dalam Kehidupan Sehari-hari**

   - **Kesadaran Penuh (Mindfulness):**

     Mengintegrasikan pemahaman dan kebijaksanaan yang diperoleh dari meditasi ke dalam kehidupan sehari-hari, selalu hidup dengan kesadaran penuh dan belas kasih.

   - **Pelayanan Tanpa Diri:**

     Berperan dalam masyarakat dengan niat murni dan tanpa pamrih, melayani orang lain tanpa keterikatan pada hasil atau keuntungan pribadi.


Singkatnya adalah:

Setelah mencapai keadaan kesadaran murni dan melewati tahapan-tahapan lenyapnya subjek dan objek, proses lanjutan dalam jalan Buddhis mencakup:


1. **Pengembangan pencerahan lebih lanjut dan realisasi sifat eksistensi.**

2. **Pencapaian empat tingkat kesucian, menuju kebebasan penuh dari samsara.**

3. **Penguasaan pengetahuan dan kebijaksanaan yang mengarah pada kebebasan.**

4. **Dalam tradisi Mahayana, mengembangkan aktivitas Bodhisattva untuk menolong semua makhluk hidup.**

5. **Integrasi pemahaman spiritual ke dalam kehidupan sehari-hari dengan mindfulness dan pelayanan tanpa diri.**


Setiap tahap ini membawa meditator lebih dekat pada realisasi penuh dan pemahaman yang mendalam tentang ajaran Buddha, mengarah pada kebebasan total dari penderitaan dan kebangkitan spiritual yang sejati.

 PROSES TERBENTUKNYA KARMA BISA DILIHAT OLEH ORANG YANG MENCAPAI JHANA KE 4 DI SERTAI SATI SAMPAJANNA

Sati Sampajañña adalah kondisi kesadaran penuh yang melibatkan kewaspadaan (sati) dan pemahaman yang jelas (sampajañña). Ketika Sati Sampajañña ini mencapai tahap Jhana ke-4, seseorang memperoleh ketenangan dan kebijaksanaan yang mendalam. Jhana ke-4 adalah tingkat konsentrasi meditasi yang sangat tinggi dan murni, di mana pikiran benar-benar stabil dan damai. Dalam ajaran Buddha, terdapat 31 alam eksistensi yang mencakup berbagai tingkat keberadaan, mulai dari alam neraka hingga alam dewa dan brahma. Alam ini menggambarkan berbagai kondisi keberadaan yang bisa dialami makhluk hidup berdasarkan karma mereka. Arus batin mengacu pada aliran kesadaran yang terus-menerus bergerak dan dipengaruhi oleh berbagai karma. Karma adalah hasil dari tindakan, perkataan, dan pikiran yang dilakukan oleh makhluk hidup. Setiap tindakan memiliki potensi untuk berbuah di masa depan, baik sebagai karma baik (beruntung) atau karma buruk (apes).


Bayangkan seseorang yang bermeditasi dan mencapai tingkat konsentrasi yang sangat tinggi hingga Jhana ke-4. Dalam keadaan ini, pikiran mereka sangat jernih dan stabil, seperti danau yang tenang tanpa riak. Mereka memiliki pandangan yang sangat dalam dan tajam terhadap alam batin mereka sendiri dan orang lain. Dalam kondisi ini, orang tersebut bisa "melihat" arus batin semua makhluk di 31 alam. Ini seperti memiliki kemampuan untuk melihat aliran sungai yang mewakili kehidupan berbagai makhluk. Setiap aliran sungai ini memiliki berbagai potensi karma yang terkandung di dalamnya, yang bisa segera berbuah. Potensi karma bisa dianalogikan sebagai benih yang ditanam di dalam arus sungai. Benih ini bisa berupa karma baik atau buruk, tergantung pada tindakan yang dilakukan. Dalam arus batin, benih-benih ini tumbuh dan berkembang, dan pada waktu yang tepat, mereka akan berbuah. Jika benih itu baik, hasilnya adalah keberuntungan (buah karma baik). Jika benih itu buruk, hasilnya adalah kesialan (buah karma buruk).


Bayangkan dua orang yang berjalan di jalur sungai yang berbeda. Orang pertama berjalan di jalur sungai yang penuh dengan benih karma baik yang segera berbuah, sehingga mereka sering mengalami keberuntungan dalam hidup. Orang kedua berjalan di jalur sungai yang penuh dengan benih karma buruk, sehingga mereka sering mengalami kesulitan dan kesialan. Orang yang memiliki Sati Sampajañña yang diterangi Cahaya Jhana 4 bisa melihat dengan jelas arus batin ini dan memahami mengapa seseorang mengalami kehidupan yang penuh keberuntungan atau kesialan. Ini seperti memiliki peta yang menunjukkan jalur sungai dan melihat di mana benih-benih karma tertanam dan kapan mereka akan berbuah. Dengan memahami konsep ini, kita bisa lebih menyadari pentingnya tindakan kita sehari-hari. Setiap tindakan, perkataan, dan pikiran kita menanam benih dalam arus batin kita. Dengan berlatih mindfulness dan kebijaksanaan, kita bisa menanam lebih banyak benih karma baik yang akan menghasilkan buah keberuntungan di masa depan.

 APAKAH TERPUSAT PADA BHAVANGA CITTA BISA MENCAPAI NIBBANA?

Dalam Buddhisme, khususnya dalam ajaran Theravāda, pengalaman dan pengertian tentang **bhavanga citta** adalah bagian dari pemahaman yang mendalam tentang kesadaran, tetapi tidak secara langsung dikaitkan dengan pencapaian Nibbana (Nirvana).


1. **Pemahaman Bhavanga Citta**:

    - Memahami dan berfokus pada bhavanga citta, yang merupakan kesadaran dasar atau latar belakang, bisa membawa peningkatan pemahaman tentang sifat kesadaran.

    - Jika seseorang dapat memusatkan kesadaran secara kontinyu pada bhavanga citta, itu menunjukkan tingkat kedalaman dalam meditasi dan stabilitas mental.namun bhavanga citta juga merupakan sesuatu yang tidak kekal dan berubah.sehingga saat mencapai nibbana,bhavanga citta juga runtuh.


2. **Pergeseran Identitas**:

    -dengan terpusat pada bhavanga citra maka seseorang Mengalami pergeseran identitas dari "aku"adalah pikiran, tubuh, dan perasaan menjadi "aku" sebagai penyaksi kesadaran yang mendasar (bhavanga citta) dan bisa membawa perubahan dalam cara seseorang mengalami dan memahami diri dan dunia.

    - Ini bisa mengurangi keterikatan pada identitas ego dan membantu dalam memahami konsep "anatta" (tanpa diri) yang diajarkan dalam Buddhisme.


3. **Efek dan Perubahan**:

    - Fokus pada bhavanga citta dapat membawa kedamaian dan stabilitas mental yang lebih besar.

    - Mungkin ada peningkatan kesadaran dan pengurangan penderitaan emosional karena seseorang tidak lagi terlalu terikat pada pengalaman subjektif sehari-hari.


4. **Pemadaman Total atau Nibbana**:

    - Nibbana, atau pemadaman total, adalah pencapaian tertinggi dalam Buddhisme yang melibatkan penghentian total dari keinginan, kebencian, dan delusi (ketiga akar penderitaan).

    - Nibbana adalah keadaan yang melampaui semua bentuk kesadaran duniawi, termasuk bhavanga citta.

    - Meskipun fokus pada bhavanga citta bisa menjadi bagian dari jalan menuju pencerahan, itu bukan Nibbana itu sendiri. Nibbana adalah realisasi yang lebih dalam dan melibatkan pemadaman total dari segala bentuk kekotoran mental dan penderitaan.


Secara keseluruhan, sementara fokus pada bhavanga citta bisa membawa banyak manfaat dan kemajuan spiritual, itu bukan tujuan akhir dalam Buddhisme. Nibbana adalah keadaan yang lebih mendalam yang melibatkan pemahaman dan realisasi yang melampaui semua aspek kesadaran duniawi, termasuk bhavanga citta.

Rabu, 31 Juli 2024

 KEMELEKATAN/KETERIKATAN

Dalam ajaran Buddhisme, kemelekatan atau "tanha" (keinginan/nafsu) adalah salah satu dari tiga akar kejahatan (akusala-mula) yang menyebabkan penderitaan (dukkha). Ini adalah karakteristik kemelekatan pada berbagai entitas menurut pandangan Buddhisme:


1. **Manusia**:

   - **Keinginan sensual (kama-tanha)**: Keinginan akan kenikmatan indera seperti makanan, seks, dan hiburan.

   - **Keinginan untuk keberadaan (bhava-tanha)**: Keinginan untuk terus hidup, eksis, atau mendapatkan keberadaan tertentu.

   - **Keinginan untuk ketidakberadaan (vibhava-tanha)**: Keinginan untuk mengakhiri eksistensi, misalnya, keinginan untuk mati atau menghilang.


2. **Binatang**:

   - **Insting dasar**: Kemelekatan pada kebutuhan dasar seperti makanan, tempat tinggal, dan reproduksi.

   - **Perilaku teritorial**: Perlindungan terhadap wilayah atau kelompoknya dari ancaman luar.

   - **Naluri bertahan hidup**: Kecenderungan untuk menghindari bahaya dan mempertahankan hidup.


3. **Makhluk Halus (Deva)**:

   - **Kemelekatan pada kenikmatan surgawi**: Keinginan untuk terus menikmati kebahagiaan dan kemewahan yang ada di alam surgawi.

   - **Keinginan untuk mempertahankan status**: Keinginan untuk mempertahankan posisi dan status tinggi di antara para deva.


4. **Hantu Lapar (Preta)**:

   - **Keinginan yang tidak terpenuhi**: Keinginan yang tidak bisa dipuaskan, sering digambarkan dengan nafsu yang besar namun tidak pernah tercukupi.

   - **Kemelekatan pada masa lalu**: Terjebak dalam penyesalan atau keinginan yang berasal dari kehidupan sebelumnya.


5. **Makhluk Neraka (Naraka)**:

   - **Kebencian dan penderitaan**: Terjebak dalam lingkaran kebencian, rasa sakit, dan penderitaan yang ekstrem.

   - **Karma buruk**: Hasil dari tindakan buruk di kehidupan sebelumnya yang menyebabkan mereka terlahir di alam neraka.


6. **Asura (Makhluk Titan atau Setan)**:

   - **Kemelekatan pada kekuasaan dan konflik**: Sering digambarkan sebagai makhluk yang selalu dalam konflik dan memiliki keinginan kuat untuk berkuasa dan berperang.

   - **Kecemburuan**: Kemelekatan pada iri hati dan kecemburuan terhadap dewa-dewa.


Karakteristik kemelekatan ini menjelaskan bagaimana setiap entitas dalam pandangan Buddhisme terjebak dalam lingkaran samsara (kelahiran kembali) dan bagaimana kemelekatan ini menyebabkan penderitaan. Melepaskan kemelekatan adalah salah satu tujuan utama dalam praktik Buddhisme untuk mencapai pencerahan (nirvana).

Untuk alasan inilah mahluk mahluk ini eksis atau ADA.oleh karena itu di level pelajaran tinggi dalam semua ajaran,merasa ADA termasuk  suatu DOSA.dalam sufisme dinamakan ANANIYYAH ke aku an.dan termasuk syirik khofi.syirik yang lembut.

 VIPASSANA DAN BHAVANGA CITTA(SANG PENGAMAT YG DI LATIH DAN SANG PENGAMAT YANG SELALU ADA)

 Ini adalah dua jenis pengamat yang berbeda: pengamat yang diatur atau disengaja namanya (Vipassana) dan pengamat yang selalu ada (bhavanga citta). Ini merupakan wawasan yang menarik dan berharga dalam memahami kesadaran dan pengamatan. 


 1. **Pengamat yang Diatur atau Disengaja (Vipassana)**

   - **Pengamatan Disengaja**: Dalam praktik Vipassana, Anda secara aktif mengarahkan kesadaran untuk mengamati objek-objek tertentu seperti sensasi tubuh, pikiran, dan perasaan tanpa penilaian dan komentar( netral). Ini adalah bentuk pengamatan yang diatur atau disengaja.

   - **Kesadaran dan Perhatian**: Dalam mode ini, Anda menggunakan perhatian (sati) dan kebijaksanaan (panna) untuk menyadari objek-objek pengalaman dengan cara yang terfokus dan sistematis.

   - **Meditasi dan Latihan**: Pengamat disengaja ini adalah hasil dari meditasi dan latihan yang berulang, yang bertujuan untuk meningkatkan kesadaran dan pemahaman terhadap sifat sejati dari fenomena.

   - **Proses Kognitif**: Setiap momen pengamatan disengaja melibatkan serangkaian proses kognitif yang terstruktur, di mana kesadaran beralih dari satu objek ke objek lain secara berurutan.


2. **Pengamat yang Selalu Ada**

   - **Kesadaran Bawah Sadar**: Pengamat ini merujuk pada kesadaran yang selalu hadir, bahkan ketika Anda tidak secara aktif mengamati atau menyadari sesuatu. Ini mencakup kesadaran yang lebih mendalam atau bawah sadar yang terus-menerus bersaksi atau mengamati tanpa usaha sadar.

 Dalam Abhidhamma, ini bisa disamakan dengan bhavanga citta, kesadaran dasar yang berfungsi sebagai latar belakang dari semua aktivitas mental. Bhavanga citta terus mengalir ketika tidak ada objek yang jelas atau saat Anda tidak secara aktif terlibat dalam pengamatan.

   - **Keberlanjutan Kesadaran**: Ini menunjukkan bahwa kesadaran selalu hadir dan bersaksi, terlepas dari apakah Anda sedang dalam praktik meditasi atau tidak. Kesadaran ini mungkin tidak selalu fokus atau terarah, tetapi tetap ada sebagai latar belakang yang kontinu.

   - **Tanpa Upaya**: Pengamat ini tidak memerlukan upaya sadar atau pengaturan. Ini adalah bentuk kesadaran yang alami dan spontan, yang bersaksi terhadap semua pengalaman secara pasif.


Hubungan antara Subjek dan Objek

   - **Keterkaitan yang Tak Terpisahkan**: Anda mengamati bahwa subjek (pengamat) dan objek (yang diamati) selalu ada bersamaan. Tidak mungkin ada objek tanpa subjek yang menyadarinya, dan kesadaran subjek selalu memiliki objek untuk diamati.

   - **Kesadaran akan Kesadaran**: Ketika Anda menyadari suatu objek, sebenarnya Anda juga menyadari kesadaran yang telah ada sebelumnya. Ini menciptakan pemahaman bahwa kesadaran selalu ada dan bersaksi(sahadat). meskipun Anda mungkin tidak selalu menyadarinya secara aktif


Hal ini menggambarkan dua jenis pengamat: pengamat yang disengaja dalam praktik Vipassana dan pengamat yang selalu ada sebagai latar belakang objek. Keduanya menunjukkan aspek-aspek berbeda dari kesadaran. Pengamat disengaja melibatkan latihan aktif dan terarah(vipassana) sementara pengamat yang selalu ada menunjukkan keberlanjutan kesadaran tanpa upaya(bhavanga citta). Keterkaitan antara subjek dan objek menekankan bahwa kesadaran dan pengalaman selalu ada bersamaan, membentuk satu kesatuan yang tidak terpisahkan.sesuatu menjadi wujud karena kombinasi dari dua hal ini yaitu adanya objek dan adanya subjek yang tau atau sadar secara spontan.sehingga kemudian ada metode lanjutan yang disebut MENGAMATI SANG PENGAMAT,ATAU MENYADARI YANG SADAR,ATAU MENYAKSIKAN YG SELALU BERSAKSI.

 Spiritual dan agama itu berbeda.

Agama adalah jalan petunjuk metode cara sarana alat buku panduan dan google map untuk mengalami SPIRITUAL.

Sama seperti ILMU BELADIRI.ada gulat ada kempo ada tai kwon do ada jujitsu ada silat ada kapoera ada boxing ada ai kido ada karate ada wing chun ada jet kune do brucelee,ada ninjitsu Ada tarung drajat ada sambo ada samurai dan lain lain.bahkan dalam satu aliran beladiri banyak cabangnya.misal silat,ada psht pshw tapak suci perisai diri silat minang margoluyu kera sakti dan banyak lagi.

Ini mirip seperti agama.sebuah tehnik cara strategi jalan dan metode untuk satu tujuan

MENANG DALAM PERTARUNGAN.


Biasanya yang hanya belajar satu aliran beladiri cenderung fanatik dengan aliran beladirinya.padahal itu cuma cara dan sebuah metode saja.dan orang yang sudah belajar berbagai aliran beladiri cenderung bisa santai.bisa melihat kekurangan dan kelebihannya dan bisa meramu.maka lahirlah yang sekarang disebut mix martial art seni bela diri campuran.atau tarung bebas.pakai cara apapun yang penting MENANG.


Dan yang sudah tau banyak sekte dan aliran akan bisa tau master dari aliran A yang sakti.dan dari aliran B yg beneran hebat.dan biasanya mengakui kepiawaiannya karena paham betul.


Sama seperti itu juga,ada sahabat dari BUDHIS yang pernah melakukan penembusan lamgsung melalui jhana untuk melihat secara langsung dimana keberadaan syech siti jenar berada.dan dia melihat beliau berada di alam brahma/alam dewa/kalo islam nyebutnya alam surga.bahkan secara detail surga apa.


Ini menandakan didalam spiritual tidak ada doktren. Dari aliran apapun dari agama manapun bisa masuk alam surga,ASAL .......


Meskipun yang menembus orang budha.tetap akan mengakui kejernihan siti jenar.