Obsesi Terhadap Surga dan Dampaknya.
Banyak orang terobsesi dengan konsep surga, melihatnya sebagai tujuan akhir yang begitu mulia sehingga mereka merasa perlu melakukan apa pun untuk mencapainya. Sayangnya, obsesi ini kadang-kadang menyebabkan tindakan kriminal dan kekerasan. Di Indonesia, kita telah melihat beberapa kasus radikalisme yang berakar pada keinginan ekstrem untuk masuk surga. Berikut ini lima kasus radikalisme yang terjadi di Indonesia:
1. **Bom Bali (2002)**: Serangan bom yang menewaskan lebih dari 200 orang ini dilakukan oleh kelompok radikal yang percaya bahwa tindakan mereka akan membawa mereka ke surga.
2. **Bom Marriot (2003)**: Serangan di hotel JW Marriott Jakarta juga didorong oleh ideologi radikal yang sama.
3. **Bom Thamrin (2016)**: Serangan teroris di pusat Jakarta ini juga dilakukan dengan motivasi untuk mendapatkan tempat di surga.
4. **Bom Surabaya (2018)**: Serangkaian bom bunuh diri di gereja-gereja di Surabaya, dilakukan oleh satu keluarga, juga didorong oleh keinginan untuk masuk surga.
5. **Penyerangan Markas Polri (2018)**: Serangan di markas kepolisian oleh teroris yang juga mencari jalan menuju surga melalui tindakan radikal.
Semua tindakan ini dilakukan dengan harapan mendapatkan surga, padahal tindakan tersebut malah membawa penderitaan bagi banyak orang.
Konsep Surga dalam Buddhisme
Dalam Buddhisme, surga memang ada, tetapi bukan tempat yang lebih baik dari bumi. Alam surga dalam Buddhisme dikenal dengan nama **Sukhavati** atau **Tushita**. Alam-alam ini memang memiliki beberapa kelebihan, antara lain:
1. **Kebahagiaan dan Ketenangan**: Di surga, para makhluk menikmati kebahagiaan dan ketenangan yang jauh dari penderitaan fisik dan emosional yang ada di bumi.
2. **Lingkungan yang Indah**: Alam surga digambarkan sangat indah, penuh dengan pemandangan yang menenangkan dan mempesona.
3. **Kondisi Ideal untuk Meditasi**: Di sana, makhluk dapat bermeditasi tanpa gangguan, sehingga lebih mudah mencapai pencerahan.
Namun, di balik kelebihan tersebut, alam surga juga memiliki kelemahan yang tidak dimiliki di bumi, yaitu:
1. **Keterbatasan Waktu**: Kehidupan di surga tidak abadi. Meskipun sangat lama, makhluk yang tinggal di sana pada akhirnya harus mengalami kematian dan kelahiran kembali di alam lain.
2. **Kurangnya Tantangan**: Kebahagiaan yang terus-menerus dan lingkungan yang terlalu nyaman di surga membuat makhluk di sana cenderung tidak termotivasi untuk berjuang dan berkembang secara spiritual.
Mengapa Bumi Adalah Tempat Terbaik dan Paling Efektif
Menurut Buddha, bumi adalah tempat terbaik dan paling efektif untuk mencapai pencerahan karena:
1. **Adanya Penderitaan**: Penderitaan di bumi, baik fisik maupun mental, memotivasi manusia untuk mencari jalan keluar dan mencapai pencerahan.
2. **Kesempatan untuk Belajar**: Di bumi, kita memiliki banyak kesempatan untuk belajar dari pengalaman, baik yang menyenangkan maupun yang menyakitkan.
3. **Kesempatan Berlatih Dharma**: Bumi menyediakan kondisi yang ideal untuk mempraktikkan ajaran-ajaran Buddha, termasuk meditasi dan pengembangan moral.
Dengan demikian, daripada mengejar surga sebagai tujuan akhir, Buddha mengajarkan kita untuk fokus pada kehidupan di bumi ini, menggunakan kesempatan yang ada untuk berkembang secara spiritual dan mencapai pencerahan. Obsesi terhadap surga hanya akan mengalihkan perhatian kita dari tujuan sebenarnya, yaitu pembebasan dari siklus kelahiran dan kematian (samsara).
Tidak ada komentar:
Posting Komentar