AMBISI ELON MUSK MENGHAPUS BAHASA UNTUK INTERAKSI BERALIH KE TELEPATI
Elon Musk memiliki ambisi besar dengan perusahaan Starlink, yang awalnya bertujuan untuk mengatasi penyakit seperti Alzheimer dan stroke. Dengan teknologi implant otak yang dikembangkan, diharapkan kerja otak dapat terbantu, sehingga banyak penyakit berbahaya dapat diatasi. Teknologi ini telah terbukti berhasil di laboratorium. Namun, ambisi Elon Musk tidak berhenti di sana. Ia ingin melangkah lebih jauh, dengan cita-cita yang lebih luar biasa: menghapus bahasa manusia dan menggantinya dengan komunikasi berbasis getaran, frekuensi, atau yang disebut telepati.
Alasannya cukup masuk akal. Bahasa sering kali mempersempit informasi. Banyak kesalahpahaman terjadi karena kendala bahasa. Dalam masyarakat dan di media sosial, sering kali kita tidak bermaksud menyinggung orang lain, tetapi kata-kata kita dapat dengan mudah disalahartikan. Akibatnya, orang bisa tersinggung, marah, atau merasa dibenci, meskipun niat kita sebenarnya berbeda. Bahasa, dalam hal ini, menjadi penghalang bagi frekuensi sejati yang kita pancarkan. Orang hanya menangkap kata-kata, bukan energi atau niat di baliknya, yang pada akhirnya menciptakan potensi miskomunikasi yang tajam.
Inilah yang ingin diubah oleh Elon Musk. Ia berpendapat bahwa kata-kata atau bahasa menciptakan bias. Untuk menghilangkan bias ini, ia ingin manusia kembali ke bentuk komunikasi yang lebih alami, tanpa menggunakan kata-kata. Elon Musk membayangkan manusia dapat berkomunikasi melalui gelombang, frekuensi, atau telepati, seperti makhluk di dimensi gaib yang juga tidak menggunakan bahasa. Mereka berkomunikasi secara telepatik, menggunakan frekuensi dan getaran. Di alam gaib tertentu, tidak ada nama atau identitas. Mereka tidak tahu nama satu sama lain, karena identitas pribadi tidak penting. Mereka berinteraksi tanpa batasan identitas, dan komunikasi mereka menjadi satu kesatuan, tidak terdistorsi oleh kepribadian atau bahasa.
Dengan telepati dan frekuensi, maksud kita bisa disampaikan secara penuh dan sempurna, tanpa bias atau kesalahpahaman. Inilah yang ingin dikembangkan oleh Elon Musk. Di sisi lain, konsep serupa sebenarnya sudah diterapkan dalam Buddhisme oleh beberapa guru besar. Misalnya, ada seorang guru Buddha yang mengajar dengan menghadap ke tembok, bukan ke muridnya. Ia tidak ingin terpengaruh oleh kehadiran personal murid-muridnya. Dengan tidak melihat murid secara langsung, ia bisa menghindari bias atau distorsi yang mungkin timbul dari interaksi personal, termasuk prasangka atau emosi masa lalu, baik positif maupun negatif.
Interaksi guru ini berbasis getaran atau frekuensi, bukan pada identitas pribadi. Ini memungkinkan komunikasi yang lebih murni dan tidak terdistorsi. Hal ini juga terjadi dalam konteks modern, termasuk di media sosial. Beberapa orang, termasuk saya, memilih untuk tidak terlalu memperhatikan siapa yang berkomentar atau belajar dengan saya. Mengapa? Karena dengan mengetahui identitas seseorang, jawaban kita bisa terpengaruh oleh bias pribadi, entah karena kita menyukai atau tidak menyukai orang tersebut.
Oleh karena itu, cara terbaik untuk menjaga kemurnian interaksi adalah dengan fokus pada frekuensi dan getaran yang ditangkap, bukan pada identitas atau kepribadian seseorang. Saya membaca frekuensi Anda saat ini, dan Anda membaca frekuensi saya saat ini,lupakan saya sebagai siapa. Dengan cara ini, kita bisa berinteraksi di tingkatan yang lebih murni, bebas dari bias personal.
Tujuan ini sejalan dengan visi Elon Musk, dan kita sebenarnya sudah bisa mulai melakukannya sekarang.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar