Sabtu, 11 September 2021

Di Sayap Angin (Bag. 6)Cukup hadir saja. Dan waspada. Dalam kewaspadaan itu engkau akan selalu tahu apa yang benar dan apa yang salah. Dan benar dan salah bukanlah hal yang pasti - sesuatu mungkin benar di pagi hari dan mungkin salah di malam hari, dan sesuatu mungkin salah di malam hari dan mungkin benar di malam hari.Keadaan berubah. Seorang manusia yang waspada, seorang manusia yang sadar, tidak memiliki ide-ide tetap. Dia merespon secara spontan tetapi tidak ada ide tetap. Karena ide-ide tetapmu tidak pernah bertindak secara spontan. Tindakanmu selalu merupakan semacam reaksi - bukan tindakan sebenarnya.Ketika engkau bertindak karena spontanitas, tanpa ide, tanpa prasangka, maka ada tindakan nyata. Dan tindakan itu memiliki gairah dan intensitas di dalamnya. Tindakan itu asli dan langsung dari tangan pertama (dari diri sendiri). Tindakan itu membuat hidupmu kreatif dan itu membuat hidupmu menjadi perayaan terus-menerus. Karena setiap tindakan menjadi ekspresi keberadaanmu. Hati nurani adalah makhluk palsu.Ku pikir bahasa Prancis adalah satu-satunya bahasa yang memiliki satu kata untuk kesadaran dan hati nurani - satu kata, yang berarti keduanya. Dan itu indah. Hati nurani yang sejati seharusnya hanya kesadaran, tidak ada yang lain. Engkau harus menjadi lebih sadar.Tetapi dalam hal kesadaran, aku juga memiliki perbedaan pendapat dengan George Gurdjieff. Ketika dia mengatakan 'Sadarlah', dia mengatakan 'Sadarlah bahwa engkau ADA.' Dia bersikeras untuk mengingat diri sendiri. Sekarang, ini harus dipahami. Kesadaranmu memiliki dua polaritas. Salah satu polaritas adalah isinya. Misalnya, awan kemarahan ada di dalam dirimu - itulah isinya. Engkau menyadari awan kemarahan - yaitu ketika engkau berada sebagai kesadaran, saksi, kewaspadaan, pengamat. Jadi kesadaranmu dapat dibagi menjadi dua - pengamat dan yang diamati.Gurdjieff mengatakan: Lanjutkan mengingat si pengamat - mengingat diri sendiri (self-remembering). Buddha berkata: *Lupakan si pengamat, perhatikan saja yang diamati*. Dan jika engkau harus memilih antara Buddha dan Gurdjieff, ku sarankan engkau memilih Buddha. Karena ada bahaya dengan pemikiran Gurdjieff, yaitu engkau mungkin akan menjadi terlalu sadar akan diri, alih-alih menyadari diri. Engkau mungkin menjadi terlalu sadar akan diri. Engkau mungkin menjadi egois. Dan yang ku rasakan di banyak murid Gurdjieff, mereka telah menjadi manusia egois yang sangat hebat.Bukan berarti Gurdjieff seorang egois - dia adalah salah satu orang tercerahkan yang paling langka di zaman ini. Tetapi *metodenya berbahaya*: *sangat sulit untuk membedakan antara kesadaran akan diri dan mengingat diri.* Hampir tidak mungkin untuk membedakannya karena ini sangat halus. Dan untuk masyarakat yang bodoh, hampir selalu kesadaran akan diri yang akan menguasai mereka, bukan mengingat diri.Kata 'diri' itu sendiri berbahaya. Engkau menjadi semakin mantap akan gagasan tentang diri. Dan gagasan tentang diri mengisolasi dirimu dari keberadaan.Buddha berkata: Lupakan diri, karena tidak ada diri. Diri hanya ada dalam bahasa. Diri bukan sesuatu yang eksistensial. Engkau hanya perlu mengamati isinya. Dengan mengamati isi, isi mulai menghilang. Setelah isi menghilang, perhatikan kemarahanmu. Dengan terus memperhatikan kemarahan itu, engkau akan melihatnya menghilang. Begitu kemarahan hilang, ada keheningan. Tidak ada diri, tidak ada pengamat, dan tidak ada yang diamati. Ada keheningan. Keheningan ini dibawa oleh VIPASSANA, metode kesadaran Buddha.OSHOThis Very Body the Buddha-------------'

Tidak ada komentar:

Posting Komentar