JANGAN MENARUH UANG DI PIKIRAN DAN HATI ANDA,TARUHLAH DI DOMPET ATAU ATM
Sebagai makhluk cahaya, kita turun ke bumi dengan satu tujuan: merasakan kehidupan fisik dengan segala kenikmatan indrawi yang ditawarkannya. Makanan, seks, prestise, dan penghargaan sering menjadi pusat perhatian kita, memberi ilusi kebahagiaan yang tampak abadi. Namun, tanpa disadari, kita sering terjebak dalam perburuan tak berujung, terikat oleh keinginan untuk terus mengulang pengalaman tersebut.
Keinginan yang tidak terkendali ini adalah jebakan. Hal-hal duniawi yang kita anggap sebagai sumber kebahagiaan hanyalah sementara, tetapi dorongan untuk terus mengejarnya membuat kita terlena, menjadikan hidup sebagai siklus perburuan tanpa akhir. Ketika kita membiarkan kenikmatan-kenikmatan ini mengendalikan kita, kita menjadi terikat pada elemen-elemen bumi—keinginan yang membentuk rantai tak terlihat di sekitar kesadaran kita. Kenikmatan fisik dan duniawi bukanlah hal buruk, tetapi ketika kita kehilangan kendali dan membiarkan mereka mendikte hidup kita, kita mulai kehilangan jati diri sejati kita.
Spiritualitas Bukanlah Jalan Menuju Kesaktian atau Kekayaan
Namun, perlu dipahami bahwa spiritualitas bukanlah tentang menjadi sakti, kaya, atau hidup senang. Itu adalah ilusi. Spiritualitas adalah jalan menuju kehancuran total dari apa yang kita pikir sebagai “diri.” Segala sesuatu yang bukan esensi sejati kita harus dihancurkan sehancur-hancurnya, hingga kita seperti menjadi debu yang ditiup angin. Kita dipatahkan, dihancurkan, hingga tidak ada lagi ego yang tersisa. Inilah esensi dari spiritualitas—pembebasan dari segala ikatan duniawi, termasuk ide-ide tentang kehebatan, kekayaan, dan kesuksesan.
Spiritualitas adalah tentang membuang, menjatuhkan semua keinginan yang mengikat kita. Oleh karena itu, lepaskan uang dari pikiran Anda. Jangan menaruh uang di dalam pikiran atau hati Anda. Uang adalah bagian dari dunia luar—taruhlah di dompet, ATM, atau di tempat yang seharusnya, tetapi jangan memasukkannya ke dalam pikiran Anda. Hati dan pikiran hanya boleh diisi dengan kebahagiaan, sukacita, perayaan spiritual, dan kesadaran.
Pikiran yang terisi uang dan hal hal duniawi akan sulit menerima pencerahan
Untuk membebaskan diri dari jebakan perburuan duniawi ini, kita perlu mengembangkan kesadaran yang tajam terhadap diri sendiri. Alih-alih memburu kenikmatan secara membabi buta, kita bisa menikmati secukupnya dengan penuh kesadaran, tanpa membiarkan diri terperangkap oleh dorongan-dorongan tersebut. Menikmati dunia ini tidaklah salah, tetapi menikmati tanpa kesadaran adalah jalan menuju perbudakan batin.
Kenikmatan harus dihadapi dengan kesadaran penuh—seperti mengunyah makanan dengan sadar akan rasa, tekstur, dan sensasi tanpa berlebihan. Dalam setiap tindakan, jika kita hadir sepenuhnya, kenikmatan duniawi tetap bisa dirasakan tetapi tidak akan mencengkeram kita. Kita menjadi pengamat dari pengalaman itu, tidak lagi terseret dalam arus ketidaksadaran.
Menjatuhkan Dunia: Jalan Menuju Pembebasan
Untuk benar-benar merdeka, dunia ini harus dijatuhkan dari kesadaran kita. Bukan berarti kita meninggalkan dunia secara fisik, tetapi kita menolak terikat secara emosional dan mental pada ilusi kenikmatan abadi yang ia tawarkan. Dalam setiap hal yang kita lakukan, kita harus sadar bahwa dunia ini tidaklah abadi. Dengan mengingat ketidakkekalan ini, kita lebih mudah melepaskan keinginan untuk terus berburu dan memiliki.
Menjatuhkan dunia adalah tindakan pemberontakan batin terhadap rantai-rantai yang dibentuk oleh keinginan kita sendiri. Ketika dunia jatuh, rantai pun putus. Kita tidak lagi terjebak dalam perburuan, melainkan hidup dalam kebebasan batin yang sejati—kenikmatan bukanlah tujuan utama, tetapi sebuah pengalaman yang dapat diterima dan dilepaskan dengan mudah.
Sebagai makhluk cahaya, kita memang datang ke bumi untuk merasakan kenikmatan fisik, tetapi jangan biarkan itu merantai kita. Kenikmatan duniawi bukanlah hal yang perlu dihindari, melainkan perlu dinikmati dengan bijak dan penuh kesadaran. Jangan terjebak dalam ilusi bahwa hal-hal ini abadi. Nikmati secukupnya, sadarilah keberadaannya, dan ketika saatnya tiba, lepaskanlah dunia ini.
Yang lebih penting, jangan biarkan duniawi, terutama uang, menguasai pikiran dan hati Anda. Tempatkan uang di luar diri Anda—di dompet, ATM, atau di mana pun, tetapi jangan masukkan ke dalam pikiran. Hati dan pikiran Anda seharusnya diisi hanya dengan kebahagiaan sejati, kesadaran, dan perayaan spiritual. Karena, hanya dengan menjatuhkan dunia dan melepaskan segala ilusi, kita bisa benar-benar bebas.